Teks -- 1 Korintus 9:1-21 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life: 1Kor 9:1 - BUKANKAH AKU RASUL?
Nas : 1Kor 9:1
Paulus sendiri memberi teladan dari prinsip yang telah dipaparkan
dalam pasal 1Kor 8:13
(lihat cat. --> 1Kor 8:1),
...
Nas : 1Kor 9:1
Paulus sendiri memberi teladan dari prinsip yang telah dipaparkan dalam pasal 1Kor 8:13
(lihat cat. --> 1Kor 8:1),
[atau ref. 1Kor 8:1-13]
dengan rela mengesampingkan hak-hak pribadinya agar tidak menghambat Injil Kristus (ayat 1Kor 9:12;
lihat cat. --> 1Kor 9:19).
[atau ref. 1Kor 9:19]
Full Life: 1Kor 9:14 - HIDUP DARI PEMBERITAAN INJIL ITU.
Nas : 1Kor 9:14
Baik PL (Ul 25:4; bd. Im 6:16,26; 7:6) maupun PB
(Mat 10:10; Luk 10:7) mengajarkan bahwa mereka yang terlibat dalam
pemberitaan Fir...
Nas : 1Kor 9:14
Baik PL (Ul 25:4; bd. Im 6:16,26; 7:6) maupun PB (Mat 10:10; Luk 10:7) mengajarkan bahwa mereka yang terlibat dalam pemberitaan Firman Allah harus ditunjang oleh mereka yang menerima berkat rohani daripadanya
(lihat cat. --> Gal 6:6-10;
[atau ref. Gal 6:6-10]
Full Life: 1Kor 9:19 - AKU MENJADIKAN DIRIKU HAMBA DARI SEMUA ORANG.
Nas : 1Kor 9:19
Paulus memakai dirinya sebagai teladan mengenai prinsip penyangkalan
diri demi kepentingan orang lain ini
(lihat cat. -->...
Nas : 1Kor 9:19
Paulus memakai dirinya sebagai teladan mengenai prinsip penyangkalan diri demi kepentingan orang lain ini
(lihat cat. --> 1Kor 8:1).
[atau ref. 1Kor 8:1]
Dia melepaskan haknya karena mempertimbangkan keyakinan orang lain (Rom 14:15-21), supaya dia tidak membatasi pelayanannya atau menghambat Injil (ayat 1Kor 9:12). Ini tidak berarti bahwa Paulus mengorbankan prinsip-prinsip Kristen atau berupaya untuk menyenangkan orang lain dengan maksud agar dihargai oleh mereka (Gal 1:8-10). Ia menegaskan kesiapannya untuk menyesuaikan diri dengan keyakinan orang-orang yang ditolongnya, asal prinsip Kristen tidak dilanggar. Dia mengerti bahwa jika dia menyinggung orang lain dengan tidak memperhatikan keyakinan hati nurani mereka, pelayanannya kepada mereka demi kepentingan Kristus itu dapat betul-betul terhambat (ayat 1Kor 9:12,19-23;
lihat cat. --> 1Kor 8:1).
[atau ref. 1Kor 8:1]
Jerusalem: 1Kor 9:1-27 - -- Dalam soal daging yang dipersembahkan kepada berhala itu kasih kepada sesama harus diutamakan dari kebebasan hati nurani sendiri. Paulus dalam bab ini...
Dalam soal daging yang dipersembahkan kepada berhala itu kasih kepada sesama harus diutamakan dari kebebasan hati nurani sendiri. Paulus dalam bab ini memperlihatkan bagaimana karena kasihnya kepada sesama, manusia meninggalkan banyak hak yang diberikan kepadanya berkat tugasnya sebagai rasul.
Ialah atas beaya jemaat-jemaat Kristen.
Jerusalem: 1Kor 9:5 - seorang isteri Kristen Harafiah: seorang saudara perempuan. Memanglah orang-orang Kristen saling menyebut "saudara-saudari", Para rasul yang beristeri (seperti Kefas ialah P...
Harafiah: seorang saudara perempuan. Memanglah orang-orang Kristen saling menyebut "saudara-saudari", Para rasul yang beristeri (seperti Kefas ialah Petrus) biasanya menyerahkan urusan jasmaniah mereka kepada isterinya.
Ende: 1Kor 9:1 - Telah melihat Jesus Maksudnja: akupun rasul sedjati, sebab diberi wahju
dan dilantik mendjadi rasul, langsung oleh Kristus sendiri.
Batjalah Gal 1:12,16 dan tjatatan disi...
Maksudnja: akupun rasul sedjati, sebab diberi wahju dan dilantik mendjadi rasul, langsung oleh Kristus sendiri.
Batjalah Gal 1:12,16 dan tjatatan disitu.
Ende: 1Kor 9:2 - Meterai Tjap resmi dari Allah jang mengsahkan, bahwa Paulus rasul
sedjati. Sebab pekerdjaan Paulus sebagai "penanam" dengan begitu suburnja
"ditumbuhkan" oleh...
Tjap resmi dari Allah jang mengsahkan, bahwa Paulus rasul sedjati. Sebab pekerdjaan Paulus sebagai "penanam" dengan begitu suburnja "ditumbuhkan" oleh Allah dan Allah sendiri membuktikan, bahwa Paulus bekerdja atas nama Allah, dan pekerdjaannja dibenarkan olehNja.
Ende: 1Kor 9:5 - Seorang saudari ialah agaknja seorang wanita beriman jang mengurus
keperluan hidup sehari-hari bagi para rasul. Baik ingatlah akan wanita-wanita
jang biasa mengikuti ...
ialah agaknja seorang wanita beriman jang mengurus keperluan hidup sehari-hari bagi para rasul. Baik ingatlah akan wanita-wanita jang biasa mengikuti Jesus guna melajaniNja dan muridNja, menurut Luk 8:2-5; Mat 27:55-56; Mar 15:40-41.
Ende: 1Kor 9:12 - -- Biasanja pengadjar-pengadjar atau orang-orang jang berpidato dimuka umum,
menuntut bajaran dari para pendengar dan murid-muridnja. Hak mereka diakui s...
Biasanja pengadjar-pengadjar atau orang-orang jang berpidato dimuka umum, menuntut bajaran dari para pendengar dan murid-muridnja. Hak mereka diakui semua orang, dan orang-orang dari lingkungan umatpun rela membajar mereka.
Ende: 1Kor 9:12 - Menanggung semuanja segala susah-pajah mentjari penghidupan dan
membelandjai usaha kerasulan dengan kerdjatangan.
segala susah-pajah mentjari penghidupan dan membelandjai usaha kerasulan dengan kerdjatangan.
Ende: 1Kor 9:13 - -- Paulus ingat akan peraturan-peraturan jang berlaku dikenisah, jang ditentukan
oleh Allah sendiri, seperti diberitakan dalam Bil 18:8-32 dan Ula 18:1-4...
Paulus ingat akan peraturan-peraturan jang berlaku dikenisah, jang ditentukan oleh Allah sendiri, seperti diberitakan dalam Bil 18:8-32 dan Ula 18:1-4. Dan peraturan-peraturan kiranja serupa berlaku djuga untuk kuil-kuil Junani.
Ende: 1Kor 9:15 - Dari pada.... Kalimat ini harus dilengkapi dalam angan-angan seperti:
"dari pada menerima nafkah dari umat".
Kalimat ini harus dilengkapi dalam angan-angan seperti: "dari pada menerima nafkah dari umat".
Ende: 1Kor 9:15 - Kemegahanku jaitu terhadap pengadjar-pengadjar jang menuntut bajaran dari
umat dan mempersalahkan Paulus.
jaitu terhadap pengadjar-pengadjar jang menuntut bajaran dari umat dan mempersalahkan Paulus.
Ende: 1Kor 9:19 - -- Paulus mengurbankan kebebasannja dan menjesuaikan diri dengan semua orang,
supaja kerdjanja bagi keradjaan Allah berhasil.
Paulus mengurbankan kebebasannja dan menjesuaikan diri dengan semua orang, supaja kerdjanja bagi keradjaan Allah berhasil.
Ende: 1Kor 9:20-21 - Hukum disini berarti hukum taurat, tetapi dalam ajat 21 (1Ko 9:21
"aku umumnja tidak berhukum" dan "hukum Kristus" istilah itu digunakan dalam
arti umum.
Ref. Silang FULL: 1Kor 9:1 - aku rasul // orang bebas // Tuhan kita // dalam Tuhan · aku rasul: 1Kor 1:1; 1Kor 1:1; 2Kor 12:12
· orang bebas: 1Kor 9:19
· Tuhan kita: 1Kor 15:8; 1Kor 15:8
· dalam Tuhan: 1Ko...
· aku rasul: 1Kor 1:1; [Lihat FULL. 1Kor 1:1]; 2Kor 12:12
· orang bebas: 1Kor 9:19
· Tuhan kita: 1Kor 15:8; [Lihat FULL. 1Kor 15:8]
· dalam Tuhan: 1Kor 3:6; 4:15
· adalah meterai: 2Kor 3:2,3
Ref. Silang FULL: 1Kor 9:5 - seorang isteri // dan saudara-saudara // dan Kefas · seorang isteri: 1Kor 7:7,8
· dan saudara-saudara: Mat 12:46; Mat 12:46
· dan Kefas: 1Kor 1:12; 1Kor 1:12
· seorang isteri: 1Kor 7:7,8
Ref. Silang FULL: 1Kor 9:7 - dalam peperangan // kebun anggur · dalam peperangan: 2Tim 2:3,4
· kebun anggur: Ul 20:6; Ams 27:18; 1Kor 3:6,8
· dalam peperangan: 2Tim 2:3,4
· kebun anggur: Ul 20:6; Ams 27:18; 1Kor 3:6,8
Ref. Silang FULL: 1Kor 9:9 - sedang mengirik // Allah perhatikan · sedang mengirik: Ul 25:4; 1Tim 5:18
· Allah perhatikan: Ul 22:1-4; Ams 12:10
Ref. Silang FULL: 1Kor 9:10 - untuk kitalah // memperoleh bagiannya · untuk kitalah: Rom 4:23,24; Rom 4:23; Rom 4:24
· memperoleh bagiannya: Ams 11:25; 2Tim 2:6
· untuk kitalah: Rom 4:23,24; [Lihat FULL. Rom 4:23]; [Lihat FULL. Rom 4:24]
Ref. Silang FULL: 1Kor 9:12 - hak itu // mengadakan rintangan · hak itu: 1Kor 9:15,18; Kis 18:3; Kis 18:3
· mengadakan rintangan: 2Kor 6:3; 11:7-12
· hak itu: 1Kor 9:15,18; Kis 18:3; [Lihat FULL. Kis 18:3]
· mengadakan rintangan: 2Kor 6:3; 11:7-12
· mezbah itu: Im 6:16,26; Ul 18:1
Ref. Silang FULL: 1Kor 9:15 - hak-hak itu // Sungguh, kemegahanku · hak-hak itu: 1Kor 9:12,18; Kis 18:3; Kis 18:3
· Sungguh, kemegahanku: 2Kor 11:9,10
· hak-hak itu: 1Kor 9:12,18; Kis 18:3; [Lihat FULL. Kis 18:3]
· Sungguh, kemegahanku: 2Kor 11:9,10
· adalah keharusan: Rom 1:14; Kis 9:15; 26:16-18
Ref. Silang FULL: 1Kor 9:17 - menerima upah // ditanggungkan kepadaku · menerima upah: 1Kor 3:8,14
· ditanggungkan kepadaku: 1Kor 4:1; Gal 2:7; Kol 1:25
· menerima upah: 1Kor 3:8,14
Ref. Silang FULL: 1Kor 9:18 - tanpa upah // mempergunakan hakku · tanpa upah: 2Kor 11:7; 12:13
· mempergunakan hakku: 1Kor 9:12,15
· tanpa upah: 2Kor 11:7; 12:13
· mempergunakan hakku: 1Kor 9:12,15
Ref. Silang FULL: 1Kor 9:19 - aku bebas // semua orang // sebanyak mungkin · aku bebas: 1Kor 9:1
· semua orang: 2Kor 4:5; Gal 5:13
· sebanyak mungkin: Mat 18:15; 1Pet 3:1
Ref. Silang FULL: 1Kor 9:20 - orang-orang Yahudi // hukum Taurat · orang-orang Yahudi: Kis 16:3; 21:20-26; Rom 11:14
· hukum Taurat: Rom 2:12; Rom 2:12
· orang-orang Yahudi: Kis 16:3; 21:20-26; Rom 11:14
Ref. Silang FULL: 1Kor 9:21 - hukum Taurat // hukum Kristus · hukum Taurat: Rom 2:12,14
· hukum Kristus: Gal 6:2
· hukum Taurat: Rom 2:12,14
· hukum Kristus: Gal 6:2
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry: 1Kor 9:1-2 - Hak-hak Seorang Pelayan Kristen
Di dalam pasal ini tampaknya Rasul Paulus berusaha menjawab beberapa keberatan sepele terhadap dirinya.
I. Ia menegaskan misi dan wewenan...
- Di dalam pasal ini tampaknya Rasul Paulus berusaha menjawab beberapa keberatan sepele terhadap dirinya.
- I. Ia menegaskan misi dan wewenang kerasulannya, serta menunjukkan keberhasilannya di antara mereka sebagai kesaksian atas kerasulannya itu (ay. 1-2).
- II. Ia menegaskan adanya hak untuk mendapatkan nafkah dari pelayanannya, dan mendasari haknya itu dengan alasan bahwa itu sudah sewajarnya dan berdasarkan hukum Musa, serta menegaskannya juga sebagai hukum dasar dari Kristus (ay. 3-14).
- III. Ia menunjukkan bahwa ia telah melepaskan hak istimewa dan kekuasaan ini secara sukarela demi keuntungan mereka (ay. 15-18).
- IV. Ia memerincikan beberapa hal lainnya, yang dengannya ia telah menyangkal dirinya sendiri demi kepentingan rohaniah dan keselamatan orang lain (ay. 19-23). Dan,
- V. Ia menutup penjelasannya dengan menunjukkan apa yang telah menggelorakan hatinya untuk menempuh jalan ini, yaitu harapan untuk memperoleh suatu mahkota yang tidak dapat rusak (ay. 24 sampai selesai).
Hak-hak Seorang Pelayan Kristen (1 Korintus 9:1-2)
- Di dalam pekerjaan pelayanannya, Rasul Paulus yang terberkati, tidak saja menjumpai perlawanan dari luar, tetapi juga menghadapi rongrongan dari dalam. Ia dicela. Saudara-saudara palsu mempersoalkan kerasulannya, dan sangat giat menjelek-jelekkan sifatnya dan menenggelamkan nama baiknya. Khususnya di sini, di Korintus, tempat yang telah dibantunya dengan melakukan begitu banyak kebaikan, sehingga sebenarnya ia sangat layak mendapat balas jasa dari mereka. Namun, ada saja orang-orang yang menjengkelkan dirinya dengan masalah-masalah ini. Perhatikanlah, tidak aneh dan juga bukan merupakan hal yang baru bagi seorang hamba Tuhan untuk menghadapi balasan yang buruk atas niat hati mereka yang baik kepada banyak orang, atas segala pelayanan mereka yang tekun dan berhasil di antara orang-orang itu. Jika tidak mengakui sifat kerasulannya, beberapa orang di antara orang-orang Korintus itu mempertanyakannya. Atas kecaman mereka itu, Rasul Paulus di sini menjawab dengan cara menempatkan dirinya untuk menjadi suatu contoh luar biasa mengenai penyangkalan diri, demi kebaikan orang-orang lain, seperti yang telah ia anjurkan di dalam pasal sebelumnya. Selanjutnya,
- 1. Ia menegaskan tugas kerasulan dan sifatnya: Bukankah aku rasul? Bukankah aku telah melihat Yesus, Tuhan kita? Menjadi saksi kebangkitan-Nya merupakan salah satu bagian utama dari tanggung jawab kerasulannya. “Nah,” kata Rasul Paulus, “Bukankah aku telah melihat Tuhan? Walaupun tidak segera setelah kebangkitan-Nya, bukankah setelah kenaikan-Nya?” (Lih. 4:8). “Bukankah aku orang bebas? Bukankah aku memiliki tugas, tanggung jawab, dan kuasa yang sama seperti rasul-rasul lainnya? Kebutuhan akan rasa hormat, penghargaan, atau nafkah hidup seperti apa yang mereka bisa minta sedangkan aku tidak punya kebebasan untuk menuntut hal yang sama seperti mereka?” Bukan karena ia tidak mempunyai hak untuk hidup dari Injil sehingga ia menopang dirinya dengan hasil pekerjaan tangannya sendiri, tetapi karena demi alasan-alasan lain.
- 2. Ia menunjukkan keberhasilan pelayanannya di antara mereka serta kebaikan yang telah ia berikan kepada mereka, sebagai bukti kerasulannya: “Bukankah kamu adalah buah pekerjaanku dalam Tuhan? Melalui berkat Kristus atas pekerjaan-pekerjaanku, bukankah aku telah membangun sebuah jemaat di antara kamu? Hidupmu di dalam Tuhan adalah meterai dari kerasulanku. Pertobatanmu melalui pelayananku merupakan penegasan Allah atas tugasku.” Perhatikanlah, para pelayan Kristus tidak boleh merasa aneh bila bukti pelayanan mereka ditunjukkan oleh orang-orang yang telah mengalami kuasa pelayanan dan hadirat penyertaan Allah dalam pelayanan mereka.
- 3. Dengan tepat Rasul Paulus mencela sikap tidak menghormati dari jemaat Korintus: “Sekalipun bagi orang lain aku bukanlah rasul, tetapi bagi kamu aku adalah rasul (ay. 2). Aku sudah bekerja keras begitu lama dan membuahkan begitu banyak hasil di antara kamu, sehingga kamu, di atas semua yang lain, harus mengakui dan menghormati peranku, dan tidak malah mempertanyakannya.” Perhatikanlah, bukan hal yang baru bagi para pelayan Tuhan yang setia untuk menjumpai perlakuan terburuk ketika seharusnya mereka mendapatkan yang terbaik. Sama seperti jemaat mana pun, jemaat Korintus seharusnya percaya dan tidak meragukan tugas kerasulannya. Malah, mereka memiliki sangat banyak alasan, mungkin lebih banyak dibandingkan jemaat-jemaat lainnya, untuk menghormati dia. Ia sangat berperan dalam membawa mereka mengenal dan beriman kepada Kristus. Ia telah bekerja keras di antara mereka, hampir dua tahun, dan ia bekerja demi maksud baik, sebab banyak umat Allah di kota ini (lih. Kis. 18:10-11). Sungguh keterlaluan sikap tidak tahu berterima kasih dari orang-orang yang mempertanyakan kuasa kerasulannya ini.
Matthew Henry: 1Kor 9:3-14 - Hak-hak Seorang Pelayan Kristen Hak-hak Seorang Pelayan Kristen (1 Korintus 9:3-14)
Setelah menegaskan wewenang kerasulannya, Rasul Paulus melanjutkan penegasannya atas hak-hak ...
Hak-hak Seorang Pelayan Kristen (1 Korintus 9:3-14)
- Setelah menegaskan wewenang kerasulannya, Rasul Paulus melanjutkan penegasannya atas hak-hak yang melekat pada jabatannya, khususnya hak yang dapat menopang hidup sehari-hari.
- I. Rasul Paulus menyatakan hak-hak ini (ay. 3-6): “Inilah pembela-anku terhadap mereka yang mengeritik aku, artinya orang-orang yang mempertanyakan wewenangku, atau alasan-alasan di balik perilakuku, jika benar aku ini seorang rasul, adalah ini: Tidakkah kami mempunyai hak untuk makan dan minum (ay. 4), atau hak untuk menopang hidup? Tidakkah kami mempunyai hak untuk membawa seorang isteri Kristen, dalam perjalanan kami, seperti yang dilakukan rasul-rasul lain dan saudara-saudara Tuhan dan Kefas, dan bukan hanya untuk mencukupi diri kami sendiri, tetapi juga mencukupi hidup mereka? Meskipun pada waktu itu Rasul Paulus hidup melajang, ia juga berhak mengambil seorang istri jika ia menghendakinya dan membawanya serta dan mengharapkan kebutuhan hidupnya juga tersedia seperti dirinya sendiri oleh jemaat-jemaat. Mungkin Barnabas juga memiliki seorang istri, seperti halnya rasul-rasul lain yang pasti beristri, dan membawanya serta bersama mereka. Sebab, istilah saudari perempuan – adelphēn gynaika, yang digunakan di sini harus diartikan sebagai istri, dan ini jelas dari hal ini, yaitu bahwa sangat tidak pantas bagi para rasul untuk membawa-bawa seorang perempuan dalam perjalanan pelayanan mereka, kecuali itu adalah istri-istri mereka. Perkataan Paulus itu juga menyiratkan bahwa para rasul berkuasa atas istri mereka, dan dapat menghendaki pelayanan dari istri-istri itu bagi mereka. Kekuasaan seperti ini tidak bisa dimiliki siapa pun kecuali atas istri atau pelayan. Nah, para rasul yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sendiri, tampaknya tidak mampu membeli atau mempekerjakan budak atau pelayan-pelayan untuk menyertai perjalanan mereka. Untuk tidak membangkitkan kecurigaan bahwa para rasul ini membawa pelayan-pelayan perempuan, terlebih lagi perempuan lain yang bukan istri mereka. Para rasul tidak akan pernah melakukan sesuatu yang menimbulkan kecurigaan seperti itu. Itulah sebabnya dengan terang-terangan Rasul Paulus menegaskan bahwa ia juga mempunyai hak untuk menikah seperti halnya rasul-rasul lainnya, dan harus mendapat nafkah untuk kebutuhan hidup istrinya, bahkan juga anak-anaknya, jika ia memang menikah dan punya anak. Ia berhak menuntut nafkah hidup ini dari jemaat sehingga tidak perlu lagi melakukan pekerjaan tangan untuk mendapatkannya. Atau hanya aku dan Barnabas sajakah yang tidak mempunyai hak untuk dibebaskan dari pekerjaan tangan? (ay. 6). Singkatnya, Rasul Paulus di sini menuntut haknya untuk dicukupi kebutuhan hidupnya oleh jemaat, untuk dia maupun orang-orangnya. Inilah yang diwajibkan dari jemaat itu, dan yang dapat ia tuntut dari mereka.
- II. Rasul Paulus lanjut terus dengan memberikan beberapa alasan lain untuk membuktikan tuntutan atas haknya itu.
- 1. Alasan dari kehidupan sehari-hari dan harapan kemanusiaan. Orang-orang yang bekerja dan berusaha di dunia ini berharap dapat hidup dari usahanya itu. Para prajurit mengharapkan bayaran atas tugas pelayanan mereka. Petani dan gembala mengharapkan nafkah hidup dari jerih payah mereka. Mereka menanam anggur, dan memangkas serta merawatnya dengan baik, dengan harapan dapat menghasilkan buah. Jika mereka memberi makan kawanan ternak, itu dengan harapan akan diberi makan dan pakaian juga dari kawanan ternak itu! Siapakah yang pernah turut dalam peperangan atas biayanya sendiri? Siapakah yang menanami kebun anggur dan tidak memakan buahnya? Siapakah yang menggembalakan kawan-an domba dan yang tidak minum susu domba itu? (ay. 7-9). Perhatikanlah, merupakan hal yang wajar dan sangat masuk akal bagi para pelayan Tuhan untuk mengharapkan nafkah hidup dari jerih payah mereka.
- 2. Rasul Paulus meneguhkan alasannya dengan memakai hukum Taurat bangsa Yahudi: Apa yang kukatakan ini bukanlah hanya pikiran manusia saja. Bukankah hukum Taurat juga berkata-kata demikian? (ay. 8). Apakah ini berdasarkan alasan umum dan kebiasaan yang lazim digunakan belaka? Tidak, ini juga selaras dengan hukum Taurat yang tua itu. Di dalamnya Allah memerintahkan supaya jangan memberangus mulut lembu yang sedang mengirik atau menghalanginya makan ketika ia sedang menyiapkan jagung untuk kebutuhan manusia. Maksud utama Allah memberikan hukum ini bukanlah untuk kepentingan lembu itu, tetapi untuk mengajar manusia bahwa segala dorongan yang layak harus diberikan kepada orang-orang yang kita pekerjakan, atau mereka yang bekerja bagi kebaikan kita, yakni supaya para pekerja itu dapat turut menikmati buah hasil jerih payah mereka. Pembajak harus membajak dalam pengharapan, dan pengirik harus mengirik dalam pengharapan untuk memperoleh bagiannya (ay. 10). Hukum Taurat menyampaikan hal ini demi kepentingan kita. Perhatikanlah, orang-orang yang memberikan hidup mereka untuk kebaikan jiwa kita, tidak boleh diberangus mulutnya, tetapi harus diberi makan.
- 3. Rasul Paulus memakai keadilan umum untuk mendukung alasannya: Jadi, jika kami telah menaburkan benih rohani bagi kamu, berlebih-lebihankah, kalau kami menuai hasil duniawi dari pada kamu? Apa yang ditabur oleh para rasul itu jauh lebih baik daripada yang mereka harapkan dapat dituai. Para rasul itu telah mengajarkan jalan menuju hidup yang kekal kepada mereka, dan berusaha sungguh-sungguh supaya mereka dapat memilikinya. Pasti itu bukanlah hal yang besar, kalau para rasul yang telah memberikan diri mereka dalam pekerjaan pelayanan ini, mengharapkan dukungan untuk kehidupan jasmaniah mereka di dunia ini. Para rasul ini telah menjadi alat untuk menyalurkan berkat-berkat rohani yang lebih besar, sehingga tidakkah mereka mempunyai hak mendapat bagian dari hasil duniawi yang diperlukan untuk menopang hidup sehari-hari mereka? Perhatikanlah, orang-orang yang menerima berbagai manfaat rohaniah melalui pelayanan firman tidak boleh merasa enggan untuk mencukupi kehidupan hidup para pelayan firman yang melakukan pekerjaan ini. Kalau mereka telah menerima manfaat yang nyata, tentunya mereka tidak boleh enggan melakukan hal ini. Masakan telah menerima begitu banyak kebaikan dari para pelayan firman, namun enggan melakukan sedikit kebaikan kepada mereka! Apakah ini sikap yang adil dan tahu berterima kasih?
- 4. Rasul Paulus memakai tindakan mereka yang menopang nafkah hidup orang lain sebagai alasan: “Kalau orang lain mempunyai hak untuk mengharapkan hal itu dari pada kamu, bukankah kami mempunyai hak yang lebih besar? Kamu membolehkan orang lain menerima sokongan nafkah hidup ini dan mengakui hak mereka sebagai hal yang pantas, tetapi siapakah yang lebih pantas daripada aku untuk menerima hak ini dari jemaat Korintus? Siapakah yang telah menunjukkan bukti bahwa dia telah melayani jemaat ini lebih besar daripada aku? Siapakah yang telah bekerja begitu keras untuk kebaikanmu, atau yang melakukan pelayanan yang serupa di antara kamu?” Perhatikanlah, para pelayan Tuhan harus dihargai dan dicukupi sesuai dengan kepantasannya. “Tetapi,” kata Rasul Paulus, “kami tidak mempergunakan hak itu. Sebaliknya, kami menanggung segala sesuatu, supaya jangan kami mengadakan rintangan bagi pemberitaan Injil Kristus. Kami tidak bersikeras menuntut hak kami, melainkan lebih suka berjerih payah demi melayani kepentingan Injil dan mengusahakan keselamatan jiwa-jiwa.” Rasul Paulus melepaskan haknya, supaya jangan sampai tuntutannya dapat menjadi penghalang bagi keberhasilannya. Ia menyangkal diri, karena khawatir tuntutannya akan menghalangi pelayanannya. Tetapi ia menyatakan haknya itu, supaya jangan sampai penyangkalan dirinya itu justru terbukti membahayakan pelayanan Injil. Perhatikanlah, kemungkinan besar Rasul Paulus sebenarnya lebih menyuarakan hak orang-orang lain dan ia dengan sukarela mengabaikan haknya sendiri. Jelas di dalam hal ini, dasar pijakan yang menggerakkan dia adalah keadilan, dan bukan cinta diri.
- 5. Rasul Paulus menunjukkan alasan yang diambil dari ketentuan hukum bangsa Yahudi di zaman dahulu kala: “Tidak tahukah kamu, bahwa mereka yang melayani dalam tempat kudus mendapat penghidupannya dari tempat kudus itu dan bahwa mereka yang melayani mezbah, mendapat bahagian mereka dari mezbah itu? (ay. 13). Dan, jika imam-imam bangsa Yahudi dahulu itu didukung pemeliharaannya dari hal-hal kudus yang kemudian dipersembahkan, tidakkah para pelayan Kristus harus didukung juga dari pelayanan mereka? Bukankah sudah sangat banyak alasan bahwa kami juga harus dicukupi seperti mereka?” Ia menegaskan bahwa hal itu juga telah menjadi ketetapan Kristus: “Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu (ay. 14), harus mempunyai hak memperoleh santunan nafkah hidup, walaupun tidak harus menuntutnya dan mendesak-desak.” Merupakan kewajiban umat untuk memelihara kehidupan pelayan mereka, oleh karena ketetapan Kristus, walaupun tidak wajib bagi setiap pelayan Tuhan untuk menuntut atau menerimanya. Ia dapat melepaskan haknya, sama seperti yang dilakukan oleh Rasul Paulus, dan tidak berdosa karena itu. Tetapi, orang melanggar ketetapan Kristus itu bila menolak melakukannya atau menahannya. Mereka yang memberitakan Injil berhak untuk hidup oleh Injil itu. Sedangkan orang-orang yang mengalami pelayanan para pemberita Injil itu tetapi tidak peduli dengan nafkah hidup mereka, berarti lalai melaksanakan kewajiban mereka terhadap Kristus dan tidak memberi hormat yang sepatutnya kepada mereka.
Matthew Henry: 1Kor 9:15-18 - Pengabdian Rasul Paulus Pengabdian Rasul Paulus (1 Korintus 9:15-18)
Walaupun demikian, di sini Rasul Paulus memberitahukan bahwa ia telah melepaskan hak istimewanya dan ...
Pengabdian Rasul Paulus (1 Korintus 9:15-18)
- Walaupun demikian, di sini Rasul Paulus memberitahukan bahwa ia telah melepaskan hak istimewanya dan menjelaskan alasan mengapa ia melakukan hal itu.
- I. Rasul Paulus memberi tahu mereka bahwa di waktu yang lampau ia telah mengabaikan tuntutan atas hak-haknya: Tetapi aku tidak pernah mempergunakan satu pun dari hak-hak itu (ay. 15). Ia juga tidak pernah makan atau minum atas beban mereka, atau membawa seorang istri untuk dicukupi kebutuhannya oleh mereka, atau mengelak bekerja untuk mencukupi kebutuhan diri sendiri. Dari orang lain ia menerima santunan nafkah hidup, namun bukan dari mereka karena beberapa alasan khusus. Ia juga tidak menulis semuanya ini untuk menuntut haknya sekarang. Walaupun di sini ia menegaskan haknya, namun ia tidak menuntut haknya. Ia hanya menyangkal diri demi kepentingan mereka dan Injil.
- II. Kita membaca alasan yang diberikan atas penyangkalan dirinya. Ia tidak ingin kemegahannya hilang: Sungguh, kemegahanku tidak dapat ditiadakan siapa pun juga! (ay. 15). Kemegahan ini tidak menyiratkan adanya kesombongan, kecongkakan diri, atau mencari pujian orang, selain kepuasan dan penghiburan yang teramat sangat. Satu-satunya kesenangannya adalah memberitakan Injil tanpa memberatkan orang lain. Ia sudah meneguhkan hati bahwa ia tidak ingin kehilangan kepuasan ini di antara mereka. Keuntungan yang didapatnya dari menyebarluaskan Injil adalah kemegahannya, dan ia menghargainya melebihi hak-haknya atau hidupnya yang hanya satu-satunya itu: Sebab ia lebih suka mati dari pada kemegahannya ditiadakan, daripada ia dikatakan lebih menyukai upahnya dibandingkan pekerjaannya. Tidak, ia siap untuk menyangkal diri demi kepentingan Injil. Perhatikanlah, merupakan kemegahan seorang pelayan Tuhan untuk lebih mendahulukan keberhasilan pelayanannya daripada kepentingannya sendiri. Ia lebih suka menyangkal diri, supaya ia dapat melayani Kristus dan menyelamatkan jiwa-jiwa. Bukan dengan melakukan hal itu berarti ia telah melakukan lebih daripada semestinya. Ia tetap bertindak dalam batas-batas hukum kasih. Ia bertindak atas dasar-dasar pijakan yang benar-benar mulia. Dengan melakukan hal itu ia membawa banyak kemuliaan bagi Allah, dan orang-orang yang menghormati-Nya akan dihormati-Nya. Yang dikenan dan dipuji Allah adalah apa yang dipakai manusia sebagai dasar untuk menghargai dirinya dan mengambil penghiburan di dalamnya, walaupun ia tidak dapat membuat jasa dengan hal itu di hadapan Allah.
- III. Rasul Paulus menunjukkan bahwa penyangkalan diri ini lebih mulia serta memberikan lebih banyak kepuasan dan kesenangan kepadanya daripada yang diberikan oleh pemberitaannya sendiri: “Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil (ay. 16). Itu adalah tanggung jawabku, urusanku. Untuk pekerjaan inilah aku diangkat sebagai seorang rasul (1:17). Ini adalah suatu kewajiban yang dengan jelas dibebankan ke atasku. Ini sama sekali bukan soal kebebasan. Itu adalah keharusan bagiku. Aku akan berkhianat dan menjadi tidak setia atas kepercayaan yang diberikan kepadaku, aku melanggar sebuah perintah yang jelas dan tegas adanya, dan celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.” Orang-orang yang dikhususkan untuk memegang jabatan dalam pelayanan bertanggung jawab untuk memberitakan Injil. Celakalah mereka jika mereka tidak melakukannya. Tidak ada yang dikecualikan di sini. Namun, tidak ditugaskan kepada semua orang, juga tidak kepada para pemberita Injil, untuk melakukan pekerjaannya dengan cuma-cuma, untuk memberitakan firman tanpa memperoleh santunan nafkah hidup dari pekerjaan itu. Tidak dikatakan di sini, “Celakalah dia jika tidak memberitakan Injil sambil mencukupi kebutuhan dirinya sendiri.” Di dalam hal ini, Rasul Paulus lebih memilih bebas. Merupakan kewajiban baginya untuk memberitakan firman pada suatu waktu dan di dalam suatu keadaan tertentu tanpa menerima santunan nafkah hidup untuk pekerjaan itu. Namun, secara umum ia mempunyai hak untuk memperoleh santunan nafkah hidup, dan dapat mengharapkannya dari antara orang-orang yang di antara mereka ia berjerih payah. Walaupun ia tidak berlebihan ketika ia melepaskan haknya demi kepentingan Injil dan keselamatan jiwa-jiwa manusia, namun di sini ia melakukan suatu penyangkalan diri, ia melepaskan hak-hak istimewanya dan hak-hak lainnya. Ia melakukan sesuatu yang melebihi tanggung jawabnya serta pelayanannya secara umum, dan di sepanjang waktu mewajibkan dirinya untuk memberikan Injil. Celakalah ia, jika ia tidak memberitakan Injil. Namun kadang-kadang menjadi kewajiban bagi dia untuk meminta dengan tegas santunan nafkah hidupnya atas pekerjaan pemberitaan itu, dan jika ia menahan diri untuk tidak menuntut santunan nafkah hidup, ia melepaskan haknya, walaupun kadang-kadang orang me lakukan hal itu karena kewajiban umum kasih kepada Allah dan kemurahan hati kepada sesama manusia. Perhatikanlah, merupakan suatu pencapaian yang tinggi di dalam hidup keagamaan kita, jika kita mau melepaskan hak-hak kita demi kebaikan orang lain. Perbuatan ini mendatangkan upah khusus dari Allah. Karena,
- IV. Rasul Paulus menunjukkan kepada kita di sini bahwa jika kita menjalankan kewajiban dengan hati yang rela, kita akan memperoleh balasan yang mulia dari Allah: Andaikata aku melakukan hal ini, artinya, apakah aku memberitakan Injil atau tidak hidup dari pekerjaan pemberitaan Injil itu, menurut kehendakku sendiri, memang aku berhak menerima upah. Sungguh, hanya pelayanan dengan hati rela yang pantas memperoleh upah dari Allah. Tidak hanya menjalankan kewajiban dengan begitu saja, tetapi melakukannya dengan sepenuhnya hati itulah (yaitu dengan hati yang rela dan sukacita) yang Allah janjikan akan mendapat upah. Jauhkan hati kita dari kewajiban-kewajiban kita, maka Allah tidak akan menyukainya. Pekerjaan semacam itu hanyalah ibarat bangkai, tanpa kehidupan dan roh ibadah. Hanya orang-orang yang memberitakan firman dengan hati yang rela sajalah yang akan dikenan Allah dalam kewajiban ini. Mereka harus membuat pekerjaan mereka menjadi suatu kesenangan, dan jangan menganggapnya sebagai pekerjaan yang membosankan. Barangsiapa yang karena rasa hormat kepada Allah atau kepedulian akan jiwa-jiwa melepaskan tuntutan atas haknya untuk nafkah hidup, dan rela melakukan kewajiban pemberitaan Injilnya, maka dia akan dikenan dalam kewajibannya itu atau diberi upah atasnya. Walaupun begitu, baik pekerjaan itu dilaksanakan dengan hati yang rela maupun dengan keengganan, apakah dengan sepenuh hati atau tidak suka, semua pelayan Injil mendapat kepercayaan dan tugas dari Allah, dan mereka masing-masing harus memberikan pertanggungan jawab atasnya. Para pelayan Tuhan memiliki tugas pemberitaan Injil, atau jabatan sebagai bendahara – oikonomia (Luk. 16:2), yang dipercayakan kepada mereka. Perhatikanlah, pelayan-pelayan Kristus yang bekerja dengan hati yang rela tidak akan pernah kekurangan upah, dan hal itu diberikan sesuai dengan kesetiaan, semangat, dan kerajinan mereka. Begitu juga, hamba-hamba-Nya yang malas dan tidak bekerja dengan hati yang rela, semuanya akan dipanggil untuk memberikan pertanggungan jawab. Membawa nama-Nya dan mengaku untuk melakukan pekerjaan-Nya, akan membuat orang harus bertanggung jawab di hadapan penghakiman-Nya. Dan betapa sedihnya pertanggungan jawab yang diberikan oleh hamba-hamba yang malas!
- V. Rasul Paulus meringkas penjelasannya, dengan membeberkan di hadapan mereka pengharapan yang dimilikinya, yaitu akan upah besar atas penyangkalan dirinya yang luar biasa itu: Kalau demikian apakah upahku? (ay. 18). Upah apa yang aku harapkan dari Allah? Bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah. Atau, “tidak menuntut hak-hakku sehingga dapat menghancurkan maksud dan tujuan besar jabatanku, tetapi menolaknya demi kepentingan maksud dan tujuan pelayananku itu.” Merupakan suatu penyalahgunaan kekuasaan jika orang bekerja bertentangan dengan tujuan yang telah ditentukan. Dan Rasul Paulus tidak akan pernah menggunakan kekuasaannya atau hak istimewanya untuk memperoleh nafkah hidup melalui pelayanannya sedemikian rupa sampai dapat menggagalkan tujuan pelayanan itu. Karena itu, dengan rela dan gembira ia mau menyangkal diri demi kemuliaan Kristus dan kepentingan jiwa-jiwa. Para pelayan Tuhan yang mengikuti teladannya dengan sukacita dapat berharap juga akan memperoleh upah penuh.
Matthew Henry: 1Kor 9:19-23 - Pengabdian Rasul Paulus Pengabdian Rasul Paulus (1 Korintus 9:19-23)
Rasul Paulus mengambil kesempatan dari pembicaraan sebelumnya untuk menyebutkan beberapa contoh lain ...
Pengabdian Rasul Paulus (1 Korintus 9:19-23)
- Rasul Paulus mengambil kesempatan dari pembicaraan sebelumnya untuk menyebutkan beberapa contoh lain bagaimana ia menyangkal diri dan meninggalkan kebebasannya demi keuntungan orang-orang lain.
- I. Rasul Paulus menegaskan kebebasannya (ay. 19): Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang. Ia dilahirkan sebagai orang bebas, sebagai seorang warga negara Roma. Ia tidak pernah menjadi hamba siapa pun juga, juga tidak bergantung pada siapa pun juga untuk mendapatkan nafkah hidup, namun ia menjadikan dirinya hamba dari semua orang, supaya ia boleh memenangkan sebanyak mungkin orang. Ia bertingkah laku seperti seorang hamba. Ia bekerja keras untuk kebaikan mereka sebagai seorang hamba. Dengan cermat ia berusaha menyenangkan hati tuannya, layaknya seorang hamba. Dalam banyak hal ia bertindak seolah-olah ia tidak mempunyai hak istimewa. Semua ini ia lakukan supaya ia dapat memenangkan sebanyak mungkin orang, atau mempertobatkan lebih banyak orang menjadi Kristen. Ia menjadikan dirinya seorang hamba, supaya mereka dapat dimerdekakan.
- II. Rasul Paulus memerincikan beberapa contoh, di mana ia menjadikan dirinya hamba dari semua orang. Ia menyesuaikan dirinya dengan semua jenis orang.
- 1. Bagi orang Yahudi dan orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat, ia menjadi seperti orang Yahudi, supaya ia dapat memenangkan mereka ketika berada di bawah hukum Taurat. Walaupun ia menganggap hukum upacara simbolis sebagai kuk yang telah dilepaskan oleh Kristus, namun dalam banyak contoh ia tunduk kepada hukum itu, supaya ia dapat memengaruhi orang-orang Yahudi, menghilangkan prasangka mereka, membujuk mereka supaya mau mendengarkan Injil, dan memenangkan mereka bagi Kristus.
- 2. Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, yaitu bangsa-bangsa lain, baik yang telah mengikuti iman Kristen maupun yang tidak. Dalam hal-hal yang tidak mengandung dosa, ia dapat mengikuti kebiasaan dan kegemaran orang-orang ini demi keuntungan mereka. Ia akan bersoal jawab dengan ahli-ahli filsafat menurut cara mereka. Dan kepada orang-orang dari bangsa lain yang telah beriman kepada Kristus, ia bertingkah laku di antara mereka seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, seperti yang telah ia tegaskan dan ia jalankan, walaupun ia tidak bertindak seperti orang yang hidup di luar hukum Allah, tetapi hidup di bawah hukum Kristus. Ia tidak akan melanggar hukum Kristus untuk menyenangkan atau menghibur orang lain. Namun, ia akan menyesuaikan diri dengan semua orang, sejauh itu tidak melanggar hukum, asal saja ia dapat memenangkan beberapa orang. Rasul Paulus adalah rasul bagi bangsa-bangsa lain, sehingga orang bisa saja mengira bahwa ia tidak perlu menyesuaikan diri dengan orang-orang Yahudi. Namun, supaya dapat berbuat baik bagi mereka, dan memenangkan mereka bagi Kristus, ia mengabaikan wewenangnya itu dan melakukan hal sebaliknya, yaitu menyesuaikan diri dengan sebagian kebiasaan dan hukum-hukum mereka, tetapi dalam hal-hal yang tidak mengandung dosa. Dan walaupun berdasarkan wewenang seperti itu ia bisa menuntut kekuasaannya atas bangsa-bangsa lain, namun ia menyesuaikan dirinya sendiri dengan prasangka dan cara berpikir mereka, sepanjang ia melakukannya tanpa melanggar sesuatu yang dapat membuahkan dosa. Berbuat kebaikan selalu ia pikirkan dan usahakan di dalam kehidupannya. Supaya dapat mencapai tujuan ini, ia tidak menuntut hak-hak istimewa dan perlakuan berlebihan.
- 3. Bagi orang-orang yang lemah Rasul Paulus menjadi seperti orang yang lemah, supaya ia dapat menyelamatkan mereka yang lemah (ay. 22). Ia ingin melakukan yang terbaik bagi mereka. Ia tidak memandang rendah atau menghakimi mereka, tetapi ia menjadi seperti salah seorang dari mereka. Dengan sabar ia menggunakan kebebasannya untuk kepentingan mereka, dan berhati-hati supaya jangan sampai meletakkan batu sandungan di jalan mereka. Bilamana karena kelemahan pemahaman mereka atau karena kuatnya prasangka mereka, mungkin sekali mereka akan jatuh di dalam dosa, atau menjauh dari Injil dan jatuh ke dalam penyembahan berhala, maka ia menahan diri untuk tidak menggunakan kebebasannya itu. Ia menyangkal diri demi kepentingan mereka, supaya ia dapat menembus perasaan mereka dan memenangkan jiwa mereka. Singkatnya, bagi semua orang ia telah menjadi segala-galanya, supaya ia sedapat mungkin (dengan semua cara yang benar dan sah) memenangkan beberapa orang dari antara mereka. Ia tidak akan berbuat dosa melawan Allah untuk menyelamatkan jiwa sesamanya, tetapi dengan penuh sukacita ia siap menyangkal diri. Hak-hak Allah tidak dapat ia tolak, tetapi ia dapat menyangkali haknya sendiri, dan sangat sering ia melakukannya demi kebaikan orang-orang lain.
- III. Rasul Paulus memberikan alasannya mengapa ia bertindak seperti itu (ay. 23): Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian di dalamnya, yaitu untuk kemuliaan Kristus, yang memiliki Injil itu, dan untuk keselamatan jiwa-jiwa, yang menjadi tujuan dari rancangan Injil, dan supaya dia dan orang-orang itu dapat saling berhubungan dalam hak-hak istimewa Injil, atau mendapat bagian bersama dalam hak-hak istimewa Injil itu. Demi mencapai tujuan inilah ia merendahkan diri, menyangkal diri dengan kebebasannya, dan menyesuaikan diri dengan kesanggupan dan kebiasaan orang-orang yang ia layani, sejauh tidak melanggar hukum Kristus. Perhatikanlah, hati yang dihangati dengan semangat bagi Allah dan giat bagi keselamatan manusia, tidak akan menuntut dan mendesak hak-hak dan keistimewaan yang menghalangi rancangan ini. Barang siapa menggunakan kuasanya dalam Injil bukan untuk membangun tetapi merusak, dia menyalahgunakan kuasa itu, dan karena itu tidak dapat mengembuskan apa-apa dari roh Injil itu.
SH: 1Kor 9:1-18 - Menghargai hamba Tuhan. (Sabtu, 30 Agustus 1997) Menghargai hamba Tuhan.
Sering kita jumpai hamba Tuhan yang diperlakukan jemaat yang dilayaninya seolah kuda beban. Ia harus bekerja giat melayani de...
Menghargai hamba Tuhan.
Sering kita jumpai hamba Tuhan yang diperlakukan jemaat yang dilayaninya seolah kuda beban. Ia harus bekerja giat melayani dengan baik. Bila tidak, segudang cercaan dan gosip segera diberondongkan kepadanya. Meski mereka dituntut melayani sedemikian, jerih lelah mereka sering hanya dianggap pengabdian. Kesejahteraan hidupnya mungkin tidak diperhatikan dengan baik. Paulus menasihati jemaat agar tidak hanya cepat menuntut tetapi juga sigap menghargai dan memenuhi kewajiban dengan baik.
Tidak menuntut. Jemaat Korintus adalah buah pelayanan Paulus. Seharusnya Paulus berhak menuntut dukungan mereka. Tetapi karena ada penginjil lain, jemaat itu agaknya lupa akan Paulus. Sebagai pelayan Tuhan yang baik, Paulus tidak undur karena kecewa, walau itu tentu menyakitkan. Apa kunci ketahanan Paulus? Ia memandang pelayanannya adalah bagi Tuhan dan demi perkembangan jemaat-Nya. Hanya satu obat penawar racun kekecewaan dalam pelayanan: pandanglah Kristus yang empunya pelayanan dan yang berhak menerima pengabdian terbaik kita.
Doa: Ajarkan kami, para hamba-Mu dan jemaat-Mu, tahu meniru teladan kasih-Mu dalam sikap kami satu kepada yang lain.
SH: 1Kor 9:1-18 - Hak rasul dan pemberitaan Injil (Senin, 15 September 2003) Hak rasul dan pemberitaan Injil
Pada masa perkembangan gereja saat ini, tidak dapat dipungkiri
bahwa sering sekali kita mendengar rumor tak seda...
Hak rasul dan pemberitaan Injil
Pada masa perkembangan gereja saat ini, tidak dapat dipungkiri bahwa sering sekali kita mendengar rumor tak sedap tentang hamba Tuhan yang memasang tarif dalam pelayanannya. Kalau rumor itu benar, maka para hamba Tuhan harus meneladani Paulus dalam pelayanannya sebagai hamba Tuhan, yang tidak pamrih meskipun ia juga tidak menentang jemaat yang memberi dan hamba Tuhan yang menerima.
Jemaat Korintus menyangsikan kerasulan Paulus karena ia tidak mau
menerima bayaran dari mereka. Pada masa itu, di dunia Yunani-
Romawi, ada banyak guru agama dan filsuf yang menghidupi diri
mereka sendiri dari menerima bayaran, tetapi ada juga yang
menghidupi diri mereka tanpa menerima bayaran, khususnya para
filsuf. Tindakan Paulus menolak bayaran berarti menolak tunduk
pada si pembayar. Hal ini menyebabkan Paulus dihujat. Paulus
membela dirinya dengan mengatakan bahwa kerasulannya itu terbukti
dari buah-buah yang dilihat dan dinikmati oleh jemaat Korintus
(ayat 1, 2). Lebih lanjut, sebagai seorang rasul, Paulus memiliki
sejumlah hak sebagaimana rasul-rasul lainnya (ayat 4,5). Paulus
menyatakan bahwa dirinya berhak menerima bayaran dari jemaat
Korintus dengan berdasarkan: [1] pikiran logis manusia (ayat
Namun, Paulus menolak upah mereka karena ia tidak mau menjadi batu sandungan dalam penginjilan. Mengapa? Karena: [1] bagi Paulus pemberitaan Injil adalah tugas; [2] Injil yang dia beritakan memiliki makna lebih penting daripada upah yang berhak diterimanya. Sikap Paulus tersebut semakin menjelaskan kepada kita bahwa upah yang paling penting bagi Paulus adalah upah kebebasan untuk tidak menerima upah demi Injil (ayat 18).
Renungkan: Seberapa jauh kita berani mengorbankan hak kita demi Injil dan jiwa-jiwa yang dimenangkan bagi Tuhan?
SH: 1Kor 9:1-18 - Pelayan sebagai teladan (Sabtu, 19 September 2009) Pelayan sebagai teladan
Mengapa banyak pelayan Tuhan tak bisa memberikan teladan yang baik?
Mengapa sulit menjadi teladan? Khususnya bila menyan...
Pelayan sebagai teladan
Mengapa banyak pelayan Tuhan tak bisa memberikan teladan yang baik? Mengapa sulit menjadi teladan? Khususnya bila menyangkut sikap dan perilaku di seputar uang, harta milik, atau fasilitas.
Penyebabnya adalah karena yang bersangkutan tidak menempatkan hak dan pengorbanan secara tepat dan seimbang. Pertama, pelayan Tuhan harus hati-hati tentang haknya. Sifat dosa dapat membuat pelayan Tuhan egois sehingga bukan melayani sebaliknya menuntut pelayanan. Tak tertutup kemungkinan malah menjadikan Tuhan sebagai pelayan kepentingan dan kehormatan dirinya. Sebagai rasul, Paulus sebenarnya sudah berbuat sangat banyak. Secara manusiawi ia boleh disebut telah membuat jemaat Korintus berhutang Injil kepada Paulus. Maksudnya, pelayanan Pauluslah yang telah membuat mereka mengenal Kristus. Kegigihan dan pengorbanan Paulus telah menghasilkan banyak karunia yang dinikmati jemaat Korintus. Maka sebenarnya Paulus berhak atas hal-hal yang wajar, seperti membawa istri, beroleh tunjangan hidup, tidak usah bekerja agar dapat konsentrasi pada pelayanan, dsb. Menerima hak secara wajar adalah prinsip pertama agar seorang pelayan Tuhan menjadi teladan. Hanya jika ia menuntut lebih dari yang wajar, maka ia jatuh ke dalam ketamakan, keegoisan, dan menimbulkan citra buruk.
Kedua, keteladanan juga menyangkut kesediaan berkorban. Hak wajar yang seharusnya Paulus terima telah ia korbankan untuk menunjang kemajuan pelayanan. Maka karena tak beristri, ia tak perlu ongkos ekstra atau berbagi perhatian. Karena bekerja, ia tidak bergantung secara finansial pada dukungan pihak lain. Paulus meninggalkan keteladanan yang sangat terpuji. Namun di sini kita harus hati-hati. Berkorban berlebihan dalam pelayanan pun dapat membuat pelayan Tuhan meninggalkan teladan buruk. Jika pelayan Tuhan bekerja berlebihan sampai sakit-sakitan, misalnya. Atau sampai membuat anak-anaknya kehilangan ayah atau ibu karena mereka tidak punya waktu.
Maka layanilah Tuhan dan sesama dengan menjadi teladan, yaitu dengan membatasi hak dengan pengorbanan, pengorbanan dengan hak, secara seimbang.
SH: 1Kor 9:1-12 - Hak pelayan Tuhan (Jumat, 3 Mei 2013) Hak pelayan Tuhan
Mengapa tiba-tiba Paulus membicarakan hak rasuli di pasal 9 ini? Sepertinya ini topik yang tidak berhubungan dengan pasal 8. Namun,...
Hak pelayan Tuhan
Mengapa tiba-tiba Paulus membicarakan hak rasuli di pasal 9 ini? Sepertinya ini topik yang tidak berhubungan dengan pasal 8. Namun, kita bisa melihat hal ini sebagai teladan dari rasul Paulus. Seperti nasihat Paulus agar jangan sampai pengetahuan seseorang menjadi batu sandungan bagi orang lain (pasal 8), demikian juga hal rasuli jangan sampai mengganggu pelayanan rasul kepada jemaat. Itu sebabnya, walau memiliki hak rasuli, Paulus memilih tidak menggunakannya demi kepentingan pengabaran Injil (12b dst.). Di sisi lain, mungkin juga ada jemaat Korintus yang meragukan kerasulan Paulus.
Paulus meyakinkan jemaat Korintus bahwa dia benar-benar rasul Kristus (1-3). Bukankah mereka percaya kepada Kristus dari hasil pemberitaan Injilnya (1-2)? Gereja Korintus adalah buah pelayanan misi Paulus. Paulus menyadari betul akan haknya sebagai seorang rasul sama seperti para rasul dan hamba Tuhan lainnya (4-6). Untuk lebih menguatkan argumennya, Paulus membandingkan dirinya dengan contoh lazim saat itu, yaitu kehidupan seseorang yang menjalani hidup dari hasil profesinya (7).
Paulus mengajarkan prinsip Taurat yang terdapat di Ulangan 25:4. Paulus menjelaskan bahwa seorang pembajak mengharapkan hasil bajakan sama seperti pemilik pengirikan mengharapkan hasil gandum yang diirik. Bukan hanya lembu, tetapi pemilik pengirikan juga harus menikmati hasil pengirikan tersebut! Bagi Paulus itu berarti seorang pemberita Injil berhak menikmati berkat dari mereka yang menerima berita Injil, yaitu jemaat Korintus sendiri. Karena jemaat Korintus telah menerima berkat rohani dari pelayanan Injil Paulus, maka tidak berlebihan kalau Paulus menerima berkat jasmani dari jemaat Korintus (11-12a).
Kita adalah pelayan Kristus dan Tuhan menjanjikan upah bagi pelayan yang setia. Salah satu bentuk upah adalah buah pelayanan yang dapat kita lihat, seperti pertobatan atau pertumbuhan jemaat. Sebagai pelayan yang baik, sama seperti Paulus, bukan upah jasmani atau kepuasan jiwa yang kita kejar.
SH: 1Kor 9:1-27 - Hidup yang Diubahkan (Senin, 22 April 2019) Hidup yang Diubahkan
Seseorang bisa saja mengaku percaya kepada Kristus. Namun ironisnya, ia tidak mengalami perubahan yang mencerminkan imannya. Per...
Hidup yang Diubahkan
Seseorang bisa saja mengaku percaya kepada Kristus. Namun ironisnya, ia tidak mengalami perubahan yang mencerminkan imannya. Pertumbuhan spiritualitasnya stagnan (berhenti). Bisa dipastikan, orang seperti ini akan sulit melihat dan menikmati karya Kristus.
Berbeda halnya dengan kehidupan Rasul Paulus. Saat itu, memang ada sebagian jemaat yang meragukan otoritas kerasulannya. Alih-alih kecewa, Paulus malah membuktikan keraguan mereka salah. Melalui pertanyaan retorik, Paulus mengingatkan dan menegaskan kepada jemaat Korintus akan identitasnya. Ia menceritakan tentang pertobatan, perjumpaannya dengan Yesus, dan perjuangannya memberitakan Injil (1). Perubahan Paulus menjadi bukti bagi mereka bahwa Kristus mampu mengubah kehidupan seseorang. Tidak hanya sampai di situ, Tuhan juga memanggil dan memakainya untuk memberitakan Injil. Melalui perubahan hidupnya, Paulus dapat menyaksikan kuasa Tuhan dan kekuatan Injil. Buah dari pelayanannya adalah kehidupan jemaat di dalam Tuhan (2).
Bagaimana dengan kehidupan kita hari ini? Adakah hidup kita mengalami perubahan setelah mengenal Yesus? Apakah kita sudah meninggalkan dosa dan memancarkan kasih Kristus? Apakah kehidupan iman kita sudah mencerminkan karakter Kristus? Adakah buah yang kita hasilkan karena mengalami perubahan hidup?
Sesungguhnya, kita harus meneladai Paulus. Kita bisa menjadi agen perubahan zaman. Asalkan kita membiarkan Tuhan memperbarui hidup kita terus-menerus, kita pun dapat menjadi alat Tuhan untuk menolong orang lain agar bertumbuh kerohaniannya. Kita hanya perlu berkomitmen dan mendedikasikan totalitas hidup di hadapan-Nya. Kita harus membiarkan Tuhan berkarya secara efektif dalam hidup ini. Hanya tangan-Nya yang mampu membawa perubahan dalam hidup kita.
Doa: Tuhan, tolong ubahkan kami semakin indah di hadapan-Mu agar melalui hidup kami nama-Mu semakin dimuliakan. [STG]
SH: 1Kor 9:12-27 - Semua demi Kristus (Sabtu, 4 Mei 2013) Semua demi Kristus
Seseorang yang sangat mencintai pasangannya (suami atau istri), pasti akan melakukan apa saja demi membahagiakan pasangannya itu. ...
Semua demi Kristus
Seseorang yang sangat mencintai pasangannya (suami atau istri), pasti akan melakukan apa saja demi membahagiakan pasangannya itu. Ia akan rela berkorban materi, pikiran, perasaan, waktu, dan bila perlu nyawa ketika pasangannya sedang mengalami persoalan atau masalah. Dia juga tidak menuntut apa-apa selain kasih dan kesetiaan pasangannya.
Itulah yang dilakukan Paulus. Demi Kristus, ia rela menderita bahkan tidak menerima haknya sebagai rasul. Paulus berusaha menahan diri dari upah duniawi demi pemberitaan Injil Kristus (12b, 15). Seperti di ayat 1-12a, Paulus mengakui bahwa dia berhak menerima upah dari pemberitaan Injil yang dia lakukan (13-14). Akan tetapi, dia lebih mengutamakan pemberitaan Injil demi memenangkan jiwa dan membawanya kepada Kristus. Merupakan suatu keharusan bagi dia untuk melakukan tugas tersebut. Jika dia tidak melakukannya, Paulus justru merasa dirinya adalah orang yang celaka (16). Karena Paulus adalah hamba Kristus, maka upahnya adalah boleh memberitakan Injil Kristus, yang telah menebus dan menyelamatkan dirinya (17-18).
Demi memenangkan jiwa bagi Kristus, Paulus berusaha semaksimal mungkin beradaptasi dengan lingkungan di mana dia berada tanpa kehilangan identitasnya sebagai pengikut Kristus. Baik di antara orang Yahudi, non Yahudi, orang lemah, orang kuat, dsb. Paulus berusaha hidup seperti mereka sambil memberitakan Injil (20-23). Dirinya bagai seorang atlet yang sedang berlomba mengejar mahkota juara dengan mengikuti semua aturan yang ada. Meski proses menuju finis dipenuhi rintangan dan jalan yang berliku, tetapi dengan keyakinan dan penguasaan diri, ia akan dapat menerima mahkota kehidupan (24-27).
Semua yang dilakukan Paulus adalah untuk dan demi Kristus. Bagaimana dengan kita? Jikalau kita bisa melakukan segala sesuatu untuk pasangan yang kita cintai di dunia ini, bukankah kita juga seharusnya melakukan segala sesuatu untuk pasangan abadi kita, yaitu Yesus Kristus? Kiranya kesadaran bahwa kita adalah pengikut Kristus memotivasi kita.
SH: 1Kor 9:19-27 - Kerelaan demi Injil (Minggu, 31 Agustus 1997) Kerelaan demi Injil
Prinsip Paulus dalam pelayanan ini bukan suatu hal yang mudah untuk dilaksanakan. Memang lebih mudah dan aman untuk bersikap kaku...
Kerelaan demi Injil
Prinsip Paulus dalam pelayanan ini bukan suatu hal yang mudah untuk dilaksanakan. Memang lebih mudah dan aman untuk bersikap kaku sambil bersembunyi di balik alasan bahwa kita berbuat demikian demi mempertahankan prinsip. Atau kebalikannya, mudah sekali menjadikan pelayanan yang komunikatif sebagai alasan untuk menutupi keinginan kompromi. Yang Paulus maksudkan jelas bukan yang terakhir ini. Paulus juga tidak menerima sikap yang pertama. Paulus bukan sedang belajar menjadi bunglon, tetapi menjadi hamba Kristus. Ia menaklukkan semua kepentingan dirinya, kebebasan dan haknya dalam upaya mempersempit jurang pemisah antara dirinya dan orang-orang yang dilayaninya demi memenangkan mereka bagi Kristus.
Berjuang dan menguasai diri. Sikap dan prinsip pelayanan Paulus ini membutuhkan perjuangan yang berat dan penguasaan diri yang kokoh. Untuk itu ia mendisiplin dirinya. Ia menggambarkan dirinya seperti seorang pelari. Dalam perlombaan semua berlomba, bertanding, tetapi hanya seorang yang akan keluar sebagai pemenang. Itu sebabnya bukan saja perlombaan itu saja harus ditempuhnya sebaik mungkin, tetapi persiapan sebelumnya pun harus sangat matang. Paulus menguasai dirinya supaya tidak diperbudak oleh keinginan-keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Paulus tidak ingin hidupnya menjadi sia-sia, karunia dan panggilan pelayanan yang Allah percayakan kepadanya tidak sampai sasaran. Tujuan Paulus ialah memperoleh mahkota abadi yang akan Tuhan karuniakan hanya bagi yang setia dan menang.
Renungkan: Tugas menyaksikan Injil bukan saja tugas para hamba Tuhan, tetapi tugas atau panggilan untuk setiap orang beriman. Sudahkah Anda menujukan seluruh potensi Anda untuk mencapai sasaran ilahi itu dalam hidup ini?
SH: 1Kor 9:19-27 - Hidup baru? Baru hidup! (Selasa, 16 September 2003) Hidup baru? Baru hidup!
Banyak orang berpikir bahwa keselamatan menjadi akhir dari
segalanya. Maksudnya, setelah mereka memiliki keyakinan akan
...
Hidup baru? Baru hidup!
Banyak orang berpikir bahwa keselamatan menjadi akhir dari segalanya. Maksudnya, setelah mereka memiliki keyakinan akan keselamatan di dalam Kristus, maka selesailah juga seluruh pergumulan hidup mereka. Mereka tinggal menikmati hidup dan menantikan saat kembali ke surga.
Namun dalam bagian ini, Paulus menjelaskan bahwa hidup baru bukanlah akhir dari tujuan kita di dunia ini, karena di dalam hidup kita memiliki tugas seperti Paulus, yaitu menyaksikan tentang hidup yang benar untuk memenangkan sebanyak mungkin orang (ayat 19), baik orang Yahudi, orang yang hidup di bawah hukum Taurat dan yang tidak (ayat 20,21), orang yang lemah, dan bagi semua orang (ayat 22). Paulus menggambarkan bahwa hidup baru adalah seperti sebuah pertandingan yang harus dimenangkan oleh orang Kristen yang baru hidup. Kalau dalam menghadapi satu pertandingan, seorang pelari berlatih selama 10 bulan dan membatasi kebebasan serta mendapat suatu peraturan yang ketat, tujuannya adalah memenangkan pertandingan dengan sesama pelari untuk mendapatkan mahkota yang fana (ayat 25). Waktu persiapan kita dalam menghadapi sebuah pertandingan melawan diri kita sendiri (ayat 25,27) adalah seumur hidup kita. Tujuan pertandingan tersebut adalah untuk mendapatkan mahkota yang abadi (ayat 25).
Setiap orang yang bernafas pasti meyakini bahwa mereka "hidup". Bukan sekadar hidup, tetapi "hidup" yang sesungguhnya yaitu hidup baru di dalam Kristus. Kita akan merasakan bahwa kita sudah benar- benar hidup. Paulus mengingatkan kepada setiap orang percaya masa kini bahwa hidup baru yang dianugerahkan Kristus kepada kita adalah awal dari kehidupan yang sesungguhnya.
Renungkan: Sudahkah Anda melatih dan menguasai diri Anda sedemikian rupa untuk bertanding demi merebut mahkota yang kekal?
SH: 1Kor 9:19-23 - Pelayan yang berempati (Sabtu, 26 September 2009) Pelayan yang berempati
Empati merupakan syarat mutlak bagi pelayan Tuhan. Paling tidak,
itulah sikap dan tindakan Paulus sepanjang pelayanannya....
Pelayan yang berempati
Empati merupakan syarat mutlak bagi pelayan Tuhan. Paling tidak, itulah sikap dan tindakan Paulus sepanjang pelayanannya. Dapat dikatakan bahwa prinsip ini adalah sumber efektivitas pelayanan Paulus. Apa sebenarnya empati? Apa bedanya dari simpati? Akar dari kedua kata itu adalah pathos, dari bahasa Yunani yang berarti perasaan. Simpati adalah sikap yang membuat orang merasakan perasaan atau suasana batin orang lain, sedangkan empati berarti sikap yang membuat orang masuk atau menempatkan diri dalam posisi orang lain sehingga ia memahami posisi dan kondisi orang tersebut.
Kepada orang Yunani, Paulus jadi seperti orang Yunani. Kepada orang bertaurat Paulus bagai Yahudi saleh yang menjunjung ting-gi Taurat. Terjemahan ke suasana sekarang, kira-kira begini: kepada orang Jawa, saya (nonJawa) jadi seperti orang Jawa (bahasa, cara berpikir, dll.). Kepada orang yang kritis, pelayan Tuhan berpikir secara kritis pula (Injil tidak gampangan). Kepada orang lemah, sang pelayan tidak datang sebagai orang sempurna tak ke-nal gagal atau masalah. Kepada orang kaya, pelayan Tuhan bersikap kaya juga (mungkin bukan kaya harta materi, tetapi kaya dalam anugerah-Nya yang melimpah). Kepada orang terpinggir (entah karena stigma sosial, kemiskinan, dosa, dlsb.) sang pelayan datang sebagai anak hilang yang ditemukan Bapa surgawi yang murah hati.
Semoga contoh-contoh tadi menolong kita menyelami maksud Paulus: bukan menganjurkan sikap kompromis membunglon, tetapi sikap konsisten dengan Allah yang dalam Kristus menjadi manusia sejati. Inkarnasi Kristus yang sesungguhnya lebih dalam dari empati, itulah sumber dari prinsip pelayanan Paulus. Dengan berinkarnasi Kristus menjadi sesama manusia. Ia berkawan dengan pemungut cukai, pelacur, tanpa ikut terseret arus dosa mereka. Ia menyentuh orang kusta, orang sakit pendarahan, tanpa dinajiskan tetapi merangkul, menerima, memulihkan mereka jadi utuh seperti rencana Allah semula. Dengan kata lain, kelimpahan anugerah Allah membuat pelayan Tuhan berempati, yaitu berbagi apa yang ia miliki kepada orang yang tidak memiliki, tetapi juga memikul beban orang lain sehingga orang itu diringankan.
Utley: 1Kor 9:1-2 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Kor 9:1-21 Bukankah aku rasul? Bukankah aku orang bebas? Bukankah aku telah melihat Yesus, Tuhan kita? Bukankah kamu adalah bu...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Kor 9:1-2
1 Bukankah aku rasul? Bukankah aku orang bebas? Bukankah aku telah melihat Yesus, Tuhan kita? Bukankah kamu adalah buah pekerjaanku dalam Tuhan? 2 Sekalipun bagi orang lain aku bukanlah rasul, tetapi bagi kamu aku adalah rasul. Sebab hidupmu dalam Tuhan adalah meterai dari kerasulanku.
1Kor 9:1 "Bukankah aku orang bebas" Ada serangkaian pertanyaan dalam konteks ini. USB4 memiliki empat belas, NASB memiliki enam belas, NKJV memiliki lima belas, NRSV enam belas, TEV telah empat belas, dan NJB memiliki dua belas. Tidaklah pasti apakah ini adalah pernyataan atau pertanyaan (lih. Ellingworth dan Hatton, Suatu Buku Pegangan atas Surat Pertama Paulus kepada jemaat Korintus, hal 193). Pertanyaan-pertanyaan dalam ay. 1-2 semuanya mengharapkan jawaban "ya". Pertanyaan dalam ay. 6,7,10,11 dinyatakan sehingga untuk mengharapkan jawaban "tidak".
Ini adalah penggunaan kata "bebas" dalam pengertian kebebasan rohani dalam Kristus (lih. 1Kor 9:19; 10:29), bukan kebebasan Romawi (yaitu, hak-hak politik). Di dalam Kristus orang percaya, yang sekarang didiami oleh Roh, yang sekarang diinformasikan oleh Injil, memiliki kebebasan untuk "tidak berbuat sesuatu"! Kekuatan dari "diri sendiri yang jatuh," si "aku yang pertama" dari Kej 3 telah diganti dengan "orang lain terlebih dulu"! Kebebasan dalam Injil bukanlah "kebebasan untuk. . ," tetapi "kebebasan tidak untuk. . "!. Hal ini sangat berbeda dari kebebasan politik yang benar-benar buah dari pohon pengetahuan baik dan jahat. Manusia yang jatuh tidak bisa menangani "kebebasan"! Tidak juga bisa orang percaya yang tidak dewasa!
□ "Bukankah aku telah melihat Yesus, Tuhan kita" Ini adalah sebuah PERFECT ACTIVE INDICATIVE, yang menyiratkan bahwa tindakan di masa lalu telah menghasilkan keadaan saat ini. Kerasulan Paulus sedang diserang karena ia bukan salah satu dari Dua Belas Murid aslinya. Kualifikasi untuk seorang rasul adalah bahwa seseorang telah bersama dengan Yesus selama hidup-Nya di dunia dan telah melihat Kristus yang telah dibangkitkan (lih. Kis 1:15-26). Paulus menegaskan bahwa ia telah melihat Kristus yang bangkit (lih. Kis 9:3,17,27; 22:14; 1Kor 15:8). Panggilan Paulus adalah dengan tindakan khusus dari Kristus untuk suatu misi khusus untuk bangsa-bangsa, yang menuntut wahyu yang khusus (lih. Kis 18:9; 23:11).
Paulus tidak hanya ditemui Yesus secara pribadi di jalan ke Damaskus, namun beberapa kali selama masa pelayanan Yesus, atau malaikat sebagai wakil Yesus, menampakkan diri kepadanya untuk mendorong dia (lih. Kis 18:9-11; 22:17-21), dalam Kis 27:23.
□ "Bukankah kamu adalah buah pekerjaanku dalam Tuhan" Bukti dari kerasulan Paulus adalah banyaknya gereja yang telah dibentuknya, yang salah satunya adalah Korintus (lih. 1Kor 4:15; 2Kor 3:1-3).
1Kor 9:2 "Sekalipun" Ini adalah sebuah KALIMAT FIRST CLASS CONDITIONAL, yang menunjukkan bahwa otoritas Paulus ditolak oleh kelompok-kelompok yang berbeda dalam gereja mula-mula (lih. Kis 15 dan Galatia).
□ "Sebab hidupmu dalam Tuhan adalah meterai dari kerasulanku" Sebuah meterai di dunia kuno adalah gumpalan hangat lilin untuk menutup surat atau paket di mana cincin tanda resmi dicapkan. Ini adalah jaminan bahwa isinya belum dibuka, ini menunjukkan siapa yang memiliki isi, dan ini menunjukkan keaslian dari isi tersebut, dan bahwa hal ini dikirim oleh orang yang tepat. Jenis meterai ini menjadi metafora kepastian Kristen (lih. Yoh 3:33; Rom 4:11).
Utley: 1Kor 9:3-7 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Kor 9:3-73 Inilah pembelaanku terhadap mereka yang mengeritik aku. 4 Tidakkah kami mempunyai hak untuk makan dan minum? 5 Tida...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Kor 9:3-7
3 Inilah pembelaanku terhadap mereka yang mengeritik aku. 4 Tidakkah kami mempunyai hak untuk makan dan minum? 5 Tidakkah kami mempunyai hak untuk membawa seorang isteri Kristen, dalam perjalanan kami, seperti yang dilakukan rasul-rasul lain dan saudara-saudara Tuhan dan Kefas? 6 Atau hanya aku dan Barnabas sajakah yang tidak mempunyai hak untuk dibebaskan dari pekerjaan tangan? 7 Siapakah yang pernah turut dalam peperangan atas biayanya sendiri? Siapakah yang menanami kebun anggur dan tidak memakan buahnya? Atau siapakah yang menggembalakan kawanan domba dan yang tidak minum susu domba itu?
1Kor 9:3 "pembelaanku" Istilah ini (yaitu, apologia) digunakan untuk suatu "pembelaan hukum" (lih. Kis 19:33; 22:1; 25:16, Fili 1:7,17; 1Pet 3:15). Secara sintaktis ay. 1Kor 9:3 bisa bersama dengan ay. 1Kor 9:2 atau ay. 1Kor 9:4. Terjemahan USB4, NRSV, dan TEV menunjukkannya bersama dengan ay. 1Kor 9:4, sedangkan NKJV dan NJB tidak memutuskan paragraph di sini.
□ "terhadap mereka yang mengeritik aku" Paulus sedang dikritik oleh beberapa kelompok atau kelompok teologis di Korintus (lih. 1Kor 2:15; 4:3). Mereka mengklaim
- 1. bahwa ia bukan Rasul yang sejati
- 2. bahwa ia mengubah berita dari para rasul Yerusalem
- 3. bahwa ia hanya berkhotbah untuk uang
Tuduhan ini tidak secara khusus dinyatakan, tetapi itu disimpulkan dari latar belakang sejarah dan dari pokok bahasan yang dipilih Paulus untuk ditangani.
1Kor 9:4 Ini memulai serangkaian pertanyaan (lih. ay. 4-7) di mana Paulus menegaskan haknya sebagai seorang Rasul yang didukung oleh gereja-gereja lokal. Namun demikian ia pribadi memilih untuk tidak menuntut hak-haknya (lih. 1Kor 9:15,18; 1Tes 2:6), melainkan ia malah menegaskan hak-hak pekerja Kristen lainnya.
1Kor 9:5 "untuk membawa… seperti yang dilakukan rasul-rasul lain?". Konteksnya tidaklah secara langsung menegaskan hak para Rasul untuk memiliki istri, meskipun hal ini tentu tersirat, melainkan hak para Rasul untuk memperoleh dukungan gereja bagi mereka dan istri mereka.
Istilah "rasul" dapat merujuk kepada Dua Belas Rasul atau penggunaannya yang lebih luas. (lih. Kis 14:4,14; Rom 16:6-7; 1Kor 4:9; Gal 1:9; Ef 4:11; Fili 2:25; 1Tes 2:6). Karena Petrus disebutkan secara terpisah, kelompok terakhirlah yang tersirat. Ada kemungkinan juga bahwa suatu kelompok (yaitu, salah satu dari kelompok perpecahan) di gereja ini menjunjung Kerasulan Petrus (lih. 1Kor 1:12; 3:22).
- NASB, NKJV, NRSV, NIV "istri yang percaya"
- TEV, NJB,
- NEB "seorang istri Kristen"
Dalam bahasa Yunani ada adalah pasangan ganda dari KATA BENDA, "saudari, istri," yang adalah kiasan untuk "istri yang beriman." Masalah kesejarahannya adalah bagaimana kata ini terkait dengan
- 1. para wanita yang menemani Yesus dan kelompok Kerasulan dan membantu mereka (lih. Mat 27:55; Mr 15:40-41)
- 2. wanita yang dibahas dalam 1Kor 7:36-38 (yaitu, anak perempuan atau teman perawan atau tunangan)
- 3. pelayanan dari istri-istri para pemimpin gereja yang mirip dengan diaken-diaken dari Rom 16:1 atau "daftar janda-janda" dari surat-surat Pastoral (lih. 1Tim 3:11; 5:9-10)
Kemungkinan semua ke Dua Belas murid asli menikah karena pembujangan di kalangan orang Yahudi sangatlah langka. Orang Yahudi menikah karena perintah dalam Kej 1:28; 9:1,7.
□ "seperti yang dilakukan rasul-rasul lain" Istilah "rasul" memiliki beberapa konotasi dalam PB.
- 1. mereka yang dipanggil oleh Yesus dan mengikuti-Nya selama hidup-Nya di dunia
- 2. Paulus dipanggil dalam suatu visi khusus di jalan ke Damaskus
- 3. Karunia yang terus berlangsung di dalam gereja (lih. Ef 4:11), yang mencakup beberapa orang Isu kenaskahannya di sini adalah apa penafsiran kita akan daftar Paulus tersebut.
- 1. para rasul lainnya
- 2. saudara-saudara Tuhan
- 3. Kefas
- 4. Barnabas dan Paulus
□ "Saudara-saudara Tuhan" Jerome (346-420 M) percaya mereka ini adalah sepupu Yesus; Epifanius (310- 403 M) mengatakan bahwa mereka adalah anak-anak dari pernikahan Yusuf sebelumnya. Kedua interpretasi ini jelas terkait dengan prasuposisi Katolik Romawi yang berkembang tentang Maria dan tidak ke PB. Maria memiliki anak-anak lagi setelah Yesus (lih. Mat 12:26; 13:55, Mr 6:3, Yoh 2:12; 7:3,5,10; Kis 1:14; Gal 1:19).
Itu berarti bahwa saudara-saudara tiri Yesus, yang aktif di dalam gereja, dipertimbangkan untuk menjadi pemimpin. Pada kenyataannya, salah satu dari kerabat Yesus adalah pemimpin Gereja Yerusalem selama beberapa generasi selama abad pertama, dimulai dengan Yakobus.
□ "Kefas" Ini adalah bentuk bahasa Aram dari kata Yunani Petros. Ini berarti batu besar atau batu (lih. Mat 8:14; Yoh 1:42). Kefas menikah (lih. Mr 1:30).
Paulus menyebut Petrus "Kefas" dalam 1Kor 1:12; 3:22; 9:5; 15:5 dan Gal 1:18; 2:9. Tapi dalam Gal 2:7,8,11,14 ia menyebutnya Petrus. Tampaknya tidak ada perbedaan teologis, kecuali sekedar keragaman sastra. Dia disebut Petrus mana-mana dalam Injil kecuali di Yoh 1:42.
Sangatlah menarik bahwa gereja telah membuat begitu banyak hubungan antara Petrus (yaitu, Petros) dan "batu karang ini" (yaitu, petra) dalam Mat 16:18. Yesus berbicara bahasa Aram dan tidak ada perbedaan sama sekali antara dua istilah ini dalam bahasa tersebut.
1Kor 9:6 "Barnabas" Barnabas juga disebut rasul, yang menunjukkan penggunaan yang lebih luas dari istilah ini (lih. Ef 4:11) daripada sekedar Dua Belas Rasul mula-mula (lih. Kis 14:14; 18:5).
- NASB, "tidak punya hak untuk dibebaskan dari pekerjaan tangan"
- NKJV "yang tidak mempunyai hak untuk dibebaskan dari pekerjaan tangan"
- NRSV "yang tidak mempunyai hak untuk dibebaskan dari pekerjaan untuk hidup"
- TEV "satu-satunya yang harus bekerja untuk hidup kita"
- NJB "satu-satunya yang tidak memiliki hak untuk berhenti bekerja"
Para rabi menegaskan martabat dari pekerja manual. Semua rabi harus memiliki pekerjaan sekuler karena dianggap berdosa untuk menerima uang karena mengajar kebenaran YHWH (lih. Pirke Abot 1Kor 1:13; 4:7). Paulus memilih untuk tidak memanfaatkan hak-haknya sebagai seorang pengkhotbah Injil (ay. 18), mungkin karena (1) warisan Yahudinya atau (2) serangan dari mereka yang mengklaim bahwa ia memanipulasi orang untuk uang (lih. Kis 20:33; 2Kor 11:7-12; 12:14-18).
1Kor 9:7-14 Dalam ayat ini ada beberapa contoh dari kehidupan sehari-hari yang digunakan sebagai analogi untuk menunjukkan kepantasan para pekerja Injil untuk menerima upah hidup dari gereja-gereja yang mereka layani (lih. Rom 15:27): (1) seorang tentara, ay. 1Kor 9:7; (2) seorang pemilik kebun anggur, ay. 1Kor 9:7; (3) seorang gembala, ay. 1Kor 9:7; (4)
lembu, ay. 1Kor 9:9; (5) seorang pembajak dan pengirik, ay. 1Kor 9:10; (6) seorang penabur, ay. 1Kor 9:11; dan (7) seorang imam, ay. 1Kor 9:13.
Utley: 1Kor 9:8-14 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Kor 9:8-148 Apa yang kukatakan ini bukanlah hanya pikiran manusia saja. Bukankah hukum Taurat juga berkata- kata demikian? 9 S...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Kor 9:8-14
8 Apa yang kukatakan ini bukanlah hanya pikiran manusia saja. Bukankah hukum Taurat juga berkata- kata demikian? 9 Sebab dalam hukum Musa ada tertulis: "JANGANLAH ENGKAU MEMBERANGUS MULUT LEMBU YANG SEDANG MENGIRIK!" Lembukah yang Allah perhatikan? 10 Atau kitakah yang Ia maksudkan? Ya, untuk kitalah hal ini ditulis, yaitu pembajak harus membajak dalam pengharapan dan pengirik harus mengirik dalam pengharapan untuk memperoleh bagiannya. 11 Jadi, jika kami telah menaburkan benih rohani bagi kamu, berlebih-lebihankah, kalau kami menuai hasil duniawi dari pada kamu? 12 Kalau orang lain mempunyai hak untuk mengharapkan hal itu dari pada kamu, bukankah kami mempunyai hak yang
lebih besar? Tetapi kami tidak mempergunakan hak itu. Sebaliknya, kami menanggung segala sesuatu, supaya jangan kami mengadakan rintangan bagi pemberitaan Injil Kristus. 13Tidak tahukah kamu, bahwa mereka yang melayani dalam tempat kudus mendapat penghidupannya dari tempat kudus itu dan bahwa mereka yang melayani mezbah, mendapat bahagian mereka dari mezbah itu? 14Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu.
- NASB "menurut penilaian manusia"
- NKJV "pikiran manusia saja"
- NRSV "pada otoritas manusia"
- TEV "untuk membatasi diri pada contoh-contoh sehari-hari"
- NJB "sekedar hikmat duniawi"
Naskah Yunaninya memiliki "bukan menurut manusia" (yaitu, anthropos, yang merujuk pada manusia). Paulus menggunakan frasa-frasa yang saling kontras ini beberapa kali (lih. 1Kor 3:3; 9:8; 15:32, Rom 3:5; Gal 1:11; 3:15). Ini adalah cara kiasan nya untuk mengkontras cara manusia duniawi dengan cara berpikir dan bertindaknya yang baru yang dipimpin oleh Roh (yaitu, ajaran Yesus atau wawasan Roh).
1Kor 9:9 "dalam hukum Musa ada tertulis" Cara Yahudi untuk menyelesaikan pertanyaan itu adalah dengan sebuah kutipan otoritatif, jika mungkin dari tulisan-tulisan Musa (yaitu, Kej - Ul), Karena itu, Paulus mengutip Ul 25:4 (lih. 1Tim 5:18).
□ "JANGANLAH ENGKAU MEMBERANGUS MULUT LEMBU" Ini adalah kutipan dari Septuaginta dari Ul 25:4. Istilah "mulut" ini adalah phimōsies, yang muncul dalam naskah kuno Yunani P46, א, A, B3, C, Db,c, K, L, P, dan manuskrip yang kecil di kemudian hari. Ini juga merupakan istilah yang digunakan dalam kutipan Paulus dari naskah yang sama dalam 1Tim 5:18.
Namun demikian, penyunting UBS4 lebih memilih variasi kēmōseis, yang juga berarti "mulut hewan," yang ditemukan dalam MSS B*, D*, F, dan G. Penalaran mereka adalah bahwa kata yang lebih jarang digunakan (mungkin adalah suatu istilah logat populer) mungkin adalah asli karena yang lainnya diharapkan dari Septuaginta dan kutipan dalam I Timotius sehingga mengapa seorang juru tulis harus merubahnya? Istilah yang terpilih sebagai asli tidak ada bedanya dalam penafsiran, tetapi tidak menggambarkan prinsip-prinsip kenaskahan dengan mana
para kritikus kenaskahan modern mengevaluasi naskah kuno Yunani Koine dalam upaya untuk memulihkan kata- kata asli dari tulisan asli si penulis. Lihat Lampiran Dua.
- NASB, "Allah tidak peduli tentang sapi, bukan?"
- NKJV "Lembukah yang Allah perhatikan?"
- NRSV "Tentang lembukah Allah peduli?"
- TEV "Sekarang, apakah Allah peduli pada lembu?"
- NJB"Tentang lembukah Allah peduli di sini?"
Ayat 9 dan 10 menunjukkan bagaimana sebuah teks PL diperluas (yaitu, untuk mengeluarkan arti penting atau penerapannya) untuk memenuhi kebutuhan dari zaman yang baru (lih. Rom 4:23-24; 15:4; 1Kor 9:10; 10:6,11). PL menunjukkan perawatan khusus untuk hewan (lih. Kel 21:33,35; 27:10-13; 23:5,12; Ul 5:14; 22:4). Yesus menyinggung hal kepedulian akan binatang ini (lih. Luk 13:15; 14:5, di mana Dia menerapkan prinsip rabbi yang "ringan dan berat"). Ini tidak berarti bahwa Tuhan tidak peduli tentang binatang, tetapi bahwa Ia juga peduli tentang orang-orang, dan dalam konteks ini, para pekerja Injil (lih. 1Tim 5:18). Hal ini mirip dengan Mat 6:26-34. Yesus menggunakan pengadaan Allah di alam sebagai cara untuk menegaskan penyediaan Tuhan bagi umat manusia yang diciptakan dalam gambar-Nya. Ini adalah teknik khas kerabian yang dikenal sebagai "yang lebih kecil ke yang lebih besar" atau "ringan dan berat," yang merupakan salah satu prinsip Hillel (lih. Aboth. De Rab. Nathan XXXVII dan Tosefta Sanhedrin c. 7). Ingat, Gamaliel adalah guru kerabian Paulus (lih. Kis 5:34; 22:3). Lihat Lampiran Tiga (Hermeneutika Kerabbian) dalam Ibrani di www.freebiblecommentary.org.
- NASB "Atau kitakah yang Ia maksudkan? Ya, untuk kitalah hal ini ditulis"
- NKJV "Atau bukankah Ia mengatakan semuanya ini bagi kita? Demi kitalah tidak diragukan lagi, hal ini ditulis "
- NRSV "Atau tidakkah Ia membicarakan semuanya ini demi kita? Memang sesungguhnya ini ditulis demi kita"
- TEV "Bukankah kita yang dimaksudkannya ketika ia mengatakan hal tersebut? Tentu saja itu ditulis untuk kita"
- NJB "atau tidakkah semua hal itu dikatakan untuk kepentingan kita? Jelaslah hal itu ditulis untuk kepentingan kita"
Beberapa kali Paulus menegaskan bahwa PL ditulis sebagai contoh bagi orang percaya PB (lih. Rom 4:23-24; 15:4, 1Kor 9:10; 10:6,11). Pelatihan kerabian Paulus mengajarkan kepadanya untuk menerapkan Hukum Taurat kepada situasi saat ini. Di sini ia sedang menggunakan argumen kerabian yang disebut "ringan dan berat" atau "yang lebih kecil ke yang lebih besar."
Dalam konteks Ul 25:4 aplikasi ini pasti tidak diketahui dan tidak perlu. Pertanyaan hermeneutisnya adalah, "Apakah Paulus menggunakan maksud asli dari penulis asli yang terinspirasi?" Jawabannya jelas, tidak! Tapi apakah ia menggunakan aplikasi yang sah dari suatu prinsip? Paulus memiliki inspirasi! Dia melihat kebenaran pada tingkat yang tidak bisa kita lihat! Namun demikian, kita tidak diilhami Allah, namun diterangi oleh Roh. Para penafsir modern tidak dapat mereproduksi metode hermeneutis dari para penulis PB. Oleh karena itu, yang terbaik adalah membiarkan mereka berbicara, tetapi membatasi diri kita sendirti untuk pendekatan gramatika-historis, yang mencari maksud dari penulis asli sebagai makna penentunya, tetapi memungkinkan banyak aplikasi yang berhubungan dengan maksud asli! Lihat Topik Khusus, Iluminasi dan Inspirasi, di awal dari 1Kor 2.
1Kor 9:11 "Jika… kalau" Keduanya adalah FIRST CLASS CONDITIONAL KALIMAT, yang dianggap benar dari sudut pandang penulis atau untuk tujuan sastranya.
Pertanyaan sesungguhnya adalah siapa orang yang lain yang mengklaim hak untuk membuat gereja Korintus mendukung mereka? Apakah guru-guru palsu keliling atau mereka yang adalah bagian dari kepemimpinan lokal? Kemungkinan ini merujuk pada para pemimpin lokal lainnya yang tidak akan mengijinkan gereja untuk mendukung mereka (lih terjemahan J. B. Phillips).
□ "menabur... menuai" Latar belakang pertanian PL tentang panen menjadi suatu prinsip rohani (lih. Ayub 4:8; Ams 22:8; Hos 8:7; Hag 1:6; Yoh 4:37, 1Kor 9:11; 2Kor 9:6,10; Gal 6:7-9).
□ "hasil duniawi" ini secara harfiah adalah ta sarkika, yaitu "hal-hal kedagingan," tapi bukan dalam pengertian berdosa, namun dalam suatu pengertian fisik yaitu apa yang diperlukan manusia untuk bertahan hidup di dunia ini (yaitu, air, makanan, tempat tinggal, pakaian, dll lih. Rom 15:27).
1Kor 9:12 "Jika" Ini adalah satu lagi KALIMAT FIRST CLASS CONDITIONAL. Para pemimpin lainnya menggunakan hak (yaitu, exousia) untuk kompensasi material.
□ "bukankah kami mempunyai hak yang lebih besar?" Ini merupakan sindiran terhadap fakta bahwa Pauluslah yang memulai gereja ini. Dia adalah bapa rohani mereka (lih. 1Kor 4:15). Sekarang mereka menolak hak-hak spiritualnya (ay. 1Kor 9:11,14; Rom 15:27), tetapi membiarkan orang lain untuk menuntut kompensasi materi.
□ "Sebaliknya, kami menanggung segala sesuatu," Ini adalah penggunaan secara metafora dari kata Yunani untuk "atap," yang berarti "menutupi", "menyembunyikan," atau "bertahan" (lih. 1Kor 13:7).
□ "rintangan" Ini adalah sebuah istilah militer yang kuat. Kata ini digunakan untuk memutus jalan untuk menghalangi musuh dari menggunakannya.
□ "Injil Kristus" Istilah "Injil" secara harfiah berarti "kabar baik." Ini melibatkan beberapa aspek.
- 1. kabar buruk awal dari dosa dan pemberontakan manusia
- 2. penyediaan Allah yang penuh kemurahan untuk berurusan dengan dosa manusia (yaitu, kematian Kristus)
- 3. undangan terbuka bagi setiap atau semua untuk menerima penyediaan Allah melalui pertobatan dan iman
Kabar baik tentang Yesus ini mencakup tiga aspek.
- 1. seseorang untuk disambut (yaitu, Yesus).
- 2. kebenaran tentang orang tersebut untuk dipercayai (yaitu, PB).
- 3. kehidupan yang mencontoh orang tersebut (yaitu, kehidupan yang seperti Kristus). Jika salah satu dari ketiga aspek ini disusutkan Injil menjadi rusak!
1Kor 9:13 "mereka yang melayani dalam tempat kudus mendapat penghidupannya dari tempat kudus itu" Ini merujuk pada para imam dan orang Lewi PL (lih. Im 7:6,8-10,14,28-36; Ul 18:1). Paulus menggunakan istilah yang digunakan dalam Septuaginta bagi pekerjaan keimaman (lih. Bil 3:7; 8:15) serta juga pekerjaan secara umum (lih. Kej 2:5,15; 3:23; 4:2,12; 29:27). Paulus melihat pelayanan Injil nya sebagai layanan imamat (lih. Rom 15:16).
1Kor 9:14 "Demikian pula Tuhan telah menetapkan," Ini pasti merujuk pada kata-kata Yesus dalam Mat 10:10 dan Luk 10:7. Paulus selalu berusaha untuk menyinggung ajaran-ajaran Yesus pada suatu pokok bahasan bila memungkinkan.
Utley: 1Kor 9:15-18 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Kor 9:15-1815 Tetapi aku tidak pernah mempergunakan satupun dari hak-hak itu. Aku tidak menulis semuanya ini, supaya akupun di...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Kor 9:15-18
15 Tetapi aku tidak pernah mempergunakan satupun dari hak-hak itu. Aku tidak menulis semuanya ini, supaya akupun diperlakukan juga demikian. Sebab aku lebih suka mati dari pada … ! Sungguh, kemegahanku tidak dapat ditiadakan siapapun juga! 16 Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil. 17 Kalau andaikata aku melakukannya menurut kehendakku sendiri, memang aku berhak menerima upah. Tetapi karena aku melakukannya bukan menurut kehendakku sendiri, pemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadaku. 18 Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil.
1Kor 9:15 "Tetapi aku tidak pernah mempergunakan satupun dari hak-hak itu." Ini adalah PERFECT MIDDLE INDICATIVE. Paulus tidak pernah menerima kompensasi dari Korintus, mungkin karena ada orang-orang di gereja ini yang menggunakan apa saja untuk menyerangnya. Dia menerima uang dari Filipi (lih. 1Kor 4:15) dan Tesalonika (lih. 2Kor 11:9), tetapi hanya di kemudian hari, tidak saat ia berada di sana.
□ "Sebab aku lebih suka mati dari pada … !" Betapa merupakan suatu pernyataan yang kuat yang berkaitan dengan menerima atau menolak kompensasi. Ada juga masalah ketatabahasaan pada titik ini yang menyebabkan beberapa variasi pada manuskrip Yunani. Paulus sangat emosional tentang subyek ini. Dia menerima uang dan bantuan dari Filipi (lih. Fili 4:15) dan Tesalonika (lih. 2Kor 11:9), mengapa tidak Korintus? Jelaslah karena hal inilah ia sedang diserang secara pribadi oleh beberapa kelompok, kelompok pemecah belah, atau guru palsu.
Ada suatu penangguhan pemikiran Paulus di tengah kalimat setelah kata "dari." Perhatikan bagaimana Alkitab NRSV dan NET menempatkan sebuah tanda garis, sedangkan NJB menempatkan titik, mencoba untuk menunjukkan suatu pemutusan ketatabahasaan. Bagaimana pemutusan ini mempengaruhi frasa berikutnya tidak pasti. Sepertinya ia bermaksud untuk menegaskan bahwa ia tidak akan mengambil uang dari gereja di Korintus, tetapi dia meninggalkan hal itu tak terkatakan! Ini adalah bagian yang sangat emosional. Paulus tersakiti, bereaksi, memohon, bukan sekedar mengajar suatu pokok bahasan. Hidupnya mengilustrasikan prinsip tersebut (yaitu, semua, segalanya, setiap waktu, dengan semua orang untuk Injil, lih. 2Kor 4:5-12; 6:3-13; 11:16-33)!
Sangatlah sulit untuk menafsirkan surat Paulus ketika kita tidak memiliki (1) surat yang ditulis gereja kepadanya atau (2) pengetahuan yang spesifik tentang situasi lokal.
1Kor 9:16 "jika... jika" Keduanya adalah KALIMAT THIRD CLASS CONDITIONAL, yang berarti tindakan potensial.
□ "itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil" Paulus merasa terdorong untuk berkhotbah karena panggilan khusus Kristus di jalan ke Damaskus (lih. Kis 9:15; Rom 1:14). Ia seperti Yeremia di zaman dulu (lih. Yer 20:9). Ia harus membagikan Injil (lih. Kis 4:20).
1Kor 9:17 "Kalau… karena" Keduanya adalah KALIMAT FIRST CLASS CONDITIONAL, yang dianggap benar dari sudut pandang penulis atau untuk tujuan sastranya.
□ "pemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadaku" Ini adalah sebuah PERFECT PASSIVE INDICATIVE. Pekerja Injil memiliki baik hak istimewa perjanjian dan suatu tanggung jawab yang besar (lih. 1Kor 4:1; Gal 2:7; Ef 3:2; Kol 1:25). Lihat catatan yang lebih lengkap tentang penatalayanan di 1Kor 4:1.
Utley: 1Kor 9:19-23 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Kor 9:19-2319 Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memena...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Kor 9:19-23
19 Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang. 20 Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat. 21 Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah hukum Taurat. 22 Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka. 23 Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian dalamnya.
1Kor 9:19 "Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang" Ini adalah penekanan pada kebebasan Kristen yang benar (lih. 1Kor 9:1; 10:29; Gal 5:13). Martin Luther mengatakan, "Seorang Kristen adalah tuan yang bebas atas segala sesuatu dan tidak tunduk kepada siapa pun. Seorang Kristen adalah hamba yang melayani dalam segala hal, tunduk pada semua orang " Lihat catatan dari Rom 14; 15 pada 1Kor 6:12.
□ "aku menjadikan diriku hamba dari semua orang" Ini adalah penekanan pada tanggung jawab Kristen yang benar (lih. Rom 14:1-15:13; 2Kor 4:5). Karena Paulus adalah hamba Kristus, ia adalah seorang budak dari semua yang didatangi, dilayani dan diselamatkan oleh Kristus, baik orang percaya dan kafir. Lihat Topik Khusus: Kepemimpinan Hamba di 1Kor 4:1.
□ "supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang" Ini adalah istilah "keuntungan" (yaitu, kerdainō). Kata ini digunakan dalam berbagai pengertian dalam PB. Dalam konteks ini Paulus menggunakan istilah ini dalam arti penginjilan (lih. 1Kor 9:19,20,21,22 dan 1Pet 3:1). Ini adalah tujuan penginjilan yang tepat dari semua tindakan kita (lih. ay. 1Kor 9:22-23.). Intensionalitas penginjilan dalam setiap area kehidupan kita, bukan suatu metodologi tertentu, adalah kunci untuk keseimbangan yang tepat antara kebebasan Kristen dan tanggung jawab Kristen.
1Kor 9:20 Ayat ini mengungkapkan intensionalitas Paulus. Kepedulian utama Paulus adalah penginjilan (lih. ay. 1Kor 9:20-23; 10:31-33). Oleh karena itu, ia menyunat Timotius sehingga bisa bekerja dengan orang-orang Yahudi (lih. Kis 16:3), tapi tidak akan menyunatkan Titus (lih. Gal 2:3-5) agar tidak mengkompromikan kebebasan Injil di antara bangsa- bangsa lain.
□ "sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat" Sangatlah menarik bahwa Textus Receptus (yaitu, yang dikenal sebagai Naskah Barat), yang dikenal karena kecenderungan ekspansionis nya, tidak mencakup frasa yang jelas-jelas asli ini. Frasa ini ditemukan dalam naskah kuno Yunani P46, א, A, B, C, D*, F, G, P dan terjemahan Vulgata, Syria, Koptik, dan Armenia. Kita harus menghubungkan kata-kata Paulus di sini dengan kata- kata Yesus dalam Mat 5:17-20. Paulus tidak menjauhi Hukum Musa, tetapi melihat pemenuhan sejatinyadi dalam Kristus. Hukum Taurat bukanlah sarana keselamatan, tetapi masih merupakan (1) wahyu yang benar dan (2) cerminan dari kehendak Allah bagi umat manusia dalam masyarakat. Taurat berfungsi dalam pengudusan progresif, tapi bukan pembenaran. Lihat Topik Khusus pada 1Kor 9:9.
1Kor 9:21 "di bawah hukum Kristus," Ini adalah suatu cara PB untuk merujuk pada Perjanjian Baru dari Yer 31:31-34. Ada beberapa cara yang berbeda untuk mengutarakan hal ini oleh Paulus dan James ("hukum Roh kehidupan," Rom 8:2; "Hukum Kristus," Gal 6:2; "Hukum yang sempurna, hukum kemerdekaan," Yak 1:25; 2:12; "hukum kerajaan," Yak 2:8).
1Kor 9:22 "Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah" Makna dari "lemah" tidaklah pasti di sini karena kata ini telah digunakan dalam konteks ini bagi orang Kristen yang kelewat-cermat atau takhayul (lih. 1Kor 8:7,10). Ini mungkin berhubungan dengan para penyembah berhala takhayul (lih. ay. 1Kor 9:21). Terjemahan Williams bahkan menerjemahkannya sebagai "kelewat-cermat," yang merupakan penggambaran yang baik. Lihat Topik Khusus: Kelemahan di 2Kor 12:9.
□ "Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka" Perhatikan jumlah kata "semua/segala" (yaitu, berbagai bentuk dari pas) dalam frasa ini. Batin Paulus telah diubahkan dari yang berpusat pada diri sendiri menjadi berpusat pada Injil. Dia bebas untuk melayani Kristus, untuk melayani Injil, untuk melayani Kerajaan (lih. Rom 6:11; 7:4). Fleksibilitas, intensionalitas, dan kasih merupakan aspek penting dari kehidupan dan pelayanan Paulus!
Pikiran Paulus selalu pada penginjilan (lih. Rom 11:14; 1Kor 1:21; 7:16; 10:31-33; 1Tim 1:15). Namun, sangatlah menyedihkan untuk dikatakan bahwa kalimat terakhirnya memberikan petunjuk bahwa kebanyakan orang yang mendengar dia tidak merespon dalam iman terhadap beritanya. Mengapa beberapa orang mendengar (dengan telinga rohani) dan beberapa tidak, adalah misteri pemilihan dan kehendak bebas!
1Kor 9:23 Ini adalah sebuah ayat ringkasan, sebuah ayat transisi. Hal ini dapat merupakan bagian dari ay. 19-22 atau 24- 27 atau berdiri sendiri. Ayat ini tidak menganjurkan suatu keselamatan oleh perbuatan. Paulus tidak diselamatkan karena ia menginjil. Dia melakukannya karena dia telah menerima Injil dan mengenal perdamaian dan urgensinya.
Topik Teologia: 1Kor 9:2 - -- Pengudusan
Pekerjaan Allah di dalam Pengudusan Kita
Pengudusan dan Anak
Kita Dikaruniai Berkat di Dalam Kristus
Berkat B...
Topik Teologia: 1Kor 9:7 - -- Pengudusan
Nama dan Kiasan untuk Umat yang Dikuduskan
Gambaran dan Kiasan untuk Orang-orang Benar (Umat Allah)
Orang Benar adalah ...
- Pengudusan
- Nama dan Kiasan untuk Umat yang Dikuduskan
- Gambaran dan Kiasan untuk Orang-orang Benar (Umat Allah)
- Orang Benar adalah Seperti Petani
Topik Teologia: 1Kor 9:9 - -- Wahyu Allah
Wahyu Khusus
Kuasa Ilahi Kitab Suci
Nama-nama untuk Alkitab (Atau Pembagiannya)
Hukum Musa
1R...
- Wahyu Allah
- Pengudusan
- Nama dan Kiasan untuk Umat yang Dikuduskan
- Gambaran dan Kiasan untuk Orang-orang Benar (Umat Allah)
- Orang Benar adalah Seperti Petani
Topik Teologia: 1Kor 9:10 - -- Pengudusan
Nama dan Kiasan untuk Umat yang Dikuduskan
Gambaran dan Kiasan untuk Orang-orang Benar (Umat Allah)
Orang Benar adalah ...
- Pengudusan
- Nama dan Kiasan untuk Umat yang Dikuduskan
- Gambaran dan Kiasan untuk Orang-orang Benar (Umat Allah)
- Orang Benar adalah Seperti Petani
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Beriman kepada Allah
- Berharap kepada Allah
- Substansi dari Hal-hal yang Diharapkan
- Pengharapan Orang Percaya Terhadap Buah Pekerjaan Rohaninya
Topik Teologia: 1Kor 9:11 - -- Pengudusan
Nama dan Kiasan untuk Umat yang Dikuduskan
Gambaran dan Kiasan untuk Orang-orang Benar (Umat Allah)
Orang Benar adalah ...
- Pengudusan
- Nama dan Kiasan untuk Umat yang Dikuduskan
- Gambaran dan Kiasan untuk Orang-orang Benar (Umat Allah)
- Orang Benar adalah Seperti Petani
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab untuk Mencari Kebajikan dan Kualitas Pribadi
- Bermurah Hati
Topik Teologia: 1Kor 9:12 - -- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
Tanggung Jawab untuk Mencari Kebajikan dan Kualitas Pribadi
Bermurah Hati
Maz...
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab untuk Mencari Kebajikan dan Kualitas Pribadi
- Bermurah Hati
Topik Teologia: 1Kor 9:16 - -- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
Tanggung Jawab Terhadap Sesama
Tugas Terhadap Orang Lain Pada Umumnya atau Terh...
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Orang Lain Pada Umumnya atau Terhadap Orang Kristen
- Memberitakan Injil Melalui Kata dan Perbuatan
- Bagaimanakah Injil Harus Diberitakan
- Sebagai Tugas dari Allah
- Gereja
- Organisasi dan Jabatan Gereja
- Para Pelayan Umum
- Kualifikasi Pemimpin
- Ima 10:3-11 Ima 21:5-6 Yos 1:8 1Sa 2:35 2Ta 6:41 Ezr 7:10 Yes 52:11 Yer 1:7-8 Yer 3:14-15 Yer 20:8-9 Mal 2:6-7 Mat 10:16-25 Mat 20:25-28 Mat 23:8-11 Luk 12:42-44 Luk 24:49 Yoh 10:2-5,11-16 Yoh 13:13-17 Yoh 17:15-20 Kis 4:8,31 Rom 2:21-23 1Ko 2:2 1Ko 3:5-9 1Ko 4:1-2,10-13 1Ko 9:16-23 2Ko 2:15-17 2Ko 4:1-11 2Ko 6:3-10 Gal 6:17 1Te 2:3-12 1Ti 6:11-14 2Ti 1:13-14 2Ti 2:1-7,15,20-26 2Ti 3:14 Tit 2:1,7-8 Yak 3:13 1Pe 4:10-11
Topik Teologia: 1Kor 9:17 - -- Umat Manusia Pada Umumnya
Manusia Diciptakan dengan Kuasa Pemilihan
Mereka Membuat Pilihan Seturut dengan Pengalaman Personal
K...
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Manusia Diciptakan dengan Kuasa Pemilihan
- Mereka Membuat Pilihan Seturut dengan Pengalaman Personal
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Orang Lain Pada Umumnya atau Terhadap Orang Kristen
- Memberitakan Injil Melalui Kata dan Perbuatan
- Bagaimanakah Injil Harus Diberitakan
- Sebagai Tugas dari Allah
- Gereja
- Organisasi dan Jabatan Gereja
- Para Pelayan Umum
- Kualifikasi Pemimpin
- Ima 10:3-11 Ima 21:5-6 Yos 1:8 1Sa 2:35 2Ta 6:41 Ezr 7:10 Yes 52:11 Yer 1:7-8 Yer 3:14-15 Yer 20:8-9 Mal 2:6-7 Mat 10:16-25 Mat 20:25-28 Mat 23:8-11 Luk 12:42-44 Luk 24:49 Yoh 10:2-5,11-16 Yoh 13:13-17 Yoh 17:15-20 Kis 4:8,31 Rom 2:21-23 1Ko 2:2 1Ko 3:5-9 1Ko 4:1-2,10-13 1Ko 9:16-23 2Ko 2:15-17 2Ko 4:1-11 2Ko 6:3-10 Gal 6:17 1Te 2:3-12 1Ti 6:11-14 2Ti 1:13-14 2Ti 2:1-7,15,20-26 2Ti 3:14 Tit 2:1,7-8 Yak 3:13 1Pe 4:10-11
TFTWMS: 1Kor 9:1-2 - Hak-hak Kerasulan Paulus HAK-HAK KERASULAN PAULUS (1 Korintus 9:1, 2)
1 Bukankah aku rasul? Bukankah aku orang bebas? Bukankah aku telah melihat Yesus, Tuhan kita? Bukankah k...
HAK-HAK KERASULAN PAULUS (1 Korintus 9:1, 2)
1 Bukankah aku rasul? Bukankah aku orang bebas? Bukankah aku telah melihat Yesus, Tuhan kita? Bukankah kamu adalah buah pekerjaanku dalam Tuhan? 2 Sekalipun bagi orang lain aku bukanlah rasul, tetapi bagi kamu aku adalah rasul. Sebab hidupmu dalam Tuhan adalah meterai dari kerasulanku.
Ayat 1, 2. Hubungan pertanyaan Bukankah aku rasul? Bukankah aku orang bebas? Bukankah aku telah melihat Yesus, Tuhan kita? Bukankah kamu adalah buah pekerjaanku dalam Tuhan? dengan penyembahan berhala tidak langsung jelas.
Konteksnya di sini sangat penting. Dalam pasal 7 Paulus sudah mulai menjawab pelbagai pertanyaan yang gereja Korintus kirimkan kepada dia. "Sekarang tentang" dalam 8:1 (NASB) telah memperkenalkan seri kedua tentang pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan penyembahan berhala. Sekilas, pasal 9 sampai 11 tampaknya mulai bergerak untuk menjauhi pelbagai pertanyaan yang gereja Korintus telah tanyakan. Namun, pemeriksaan yang lebih dekat mengungkapkan bahwa rasul itu tidak sedang mengubah masalah itu sama sekali. Sebaliknya, ia sedang mengacu kepada contoh dirinya sendiri untuk meyakinkan para penerima suratnya untuk merubah kekhawatiran tentang kebebasan mereka dengan kekhawatiran tentang pengaruh mereka. Seperti yang sering dilakukannya, rasul Paulus mengajukan dirinya sebagai model. Jika kesetiaan baru gereja Korintus kepada Allah membatasi kebebasan mereka untuk makan daging di kuil berhala, itu bukan lagi pembatasan dibandingkan dengan yang Paulus telah terapkan pada dirinya sendiri. Rasul Paulus mengajarkan Kristus dengan meniru kehidupan Krist-en.
Dalam 9:1 Paulus melontarkan beberapa pertanyaan retoris yang butuh jawaban "Ya." Ya, ia bebas. Tentu saja, ia adalah seorang rasul. Ia memang telah melihat Tuhan Yesus. Ya, gereja Korintus adalah bukti karyanya di dalam Tuhan. Namun begitu, keadaan bebas Paulus, bahwa ia telah melihat Tuhan, dan karyanya di dalam Tuhan bersifat lebih rendah bagi klaim utama: Misinya mencakup tanggung jawab, wewenang, dan hak istimewa jabatan rasul. Meski ia adalah seorang rasul, namun demi gereja Korintus dan karena ia melayani Yesus sebagai Tuhan, Paulus telah memilih untuk menanggung penderitaan daripada menuntut hak-haknya. Rasul itu menantang mereka yang berkeras bahwa mereka boleh makan daging di kuil-kuil berhala karena mereka bebas; mereka akan berbuat baik untuk mempertimbangkan cara Paulus menuntut kebebasannya sendiri. Dalam meminta mereka untuk tidak menuntut hakhak tertentu demi kerajaan Kristus, ia mendesak mereka untuk mengikuti apa yang ia praktikkan.
Pertanyaan Paulus tentang dirinya yang telah melihat Tuhan diikuti oleh pertanyaan tentang jabatan rasulnya untuk suatu alasan tertentu. Urutan pertanyaan-pertanyaan itu menunjukkan pemahaman Paulus bahwa jabatan rasul itu terkait dengan pengalaman sudah melihat Tuhan. Jabatan kerasulannya meminta bahwa ia dapat memberikan kesaksian pribadi tentang Tuhan yang bangkit (Kisah 1:21, 22). Ketika belakangan Paulus menceritakan penampakan kebangkitan Yesus, ia secara berhati-hati mengata-kan, "… yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku" (1 Kor. 15:8). Penampakan Kristus kepada Paulus di jalan menuju Damsyik adalah setara dengan penampakan-Nya kepada Kefas dan kepada lima ratus orang. Penampakan itu membuktikan klaim Paulus sebagai seorang rasul yang sama dengan rasul-rasul di Yerusalem (2 Kor. 11:5; Gal. 1:15, 16).
Pada titik ini dalam hubungan rasul itu dengan gereja di Korintus, tidak terlihat bahwa otoritasnya menghadapi tantangan yang signifikan. Fakta bahwa gereja itu telah menyurati dia untuk meminta nasihatnya (7:1) menunjukkan sikap hormat gereja itu terhadap otoritasnya. Paulus tampaknya mengharapkan jawaban atas semua empat pertanyaan retoris di 9:1 itu sebagai jawaban yang sama jelasnya bagi gereja Korintus dan juga bagi dirinya. Berdasarkan konsensus, Paulus adalah orang bebas, ia adalah seorang rasul, ia telah melihat Tuhan, dan gereja Korintus adalah karyanya dalam Tuhan. Pada saat Paulus menulis 2 Korintus, jabatan rasulnya diserang berat (2 Kor. 11:22-29) tetapi ketika ia menulis 1 Korintus, ia menganggap gereja Korintus menerima kerasulannya.
Kitab kedua Korintus menggambarkan bahwa kondisi di gereja yang baru terbentuk itu telah berubah dengan cepat. Setelah penulisan 1 Korintus, guru-guru baru muncul di Korintus, mungkin dikirim dari Yerusalem. Orang-orang ini berkeras bahwa otoritas Paulus tidak sama dengan otoritas para rasul di Yerusalem. Paulus dibenci karena "rasul-rasul palsu" itu telah dengan mudahnya didengar suaranya. Sejumlah besar orang di gereja itu siap menolak otoritas Paulus untuk mendukung orang lain yang disebut rasul-rasul. Namun begitu, tidak satu pun langkah-langkah defensif Paulus yang terlihat dalam 2 Korintus 10-13 terlihat dalam 1 Korintus.
Kata-kata Paulus mengisyaratkan tidak ada tantangan bagi kerasulannya. David E. Garland membuat ulasan ini:
... jika yang Paulus maksudkan adalah beberapa orang yang telah menyusup ke dalam masyarakat dan menabur benih beracun berupa kecurigaan tentang dia, itu lebih mungkin bahwa ia akan menyebut mereka dengan istilahnya yang biasa, tineß (tines, orang-orang tertentu; bdk. Rom. 3:8; 16:17-18; 2 Kor. 3:1; Gal. 1:7).1
Siapa saja lagi yang mungkin menantang kerasulannya, pastinya bukan satu orang pun dari Korintus. Ia mengatakan, Sekalipun bagi orang lain aku bukanlah rasul, tetapi bagi kamu aku adalah rasul.
Keberhasilan Paulus sebagai seorang pemimpin gereja ditingkatkan dengan sensitivitasnya yang hebat. Ia memiliki kasih sayang yang tulus untuk saudara-saudara di Korintus, seperti yang mereka miliki untuk dia. Niat baik di antara mereka jelas terlihat di 9:2. Baik rasul itu maupun para anggota gereja ini menyukai gagasan bahwa meterai kerasulan Paulus adalah buah yang ia telah hasilkan di tengah-tengah mereka (lihat 2 Kor. 3:2). Harapan mereka kepada Kristus adalah kesaksian bagi otoritas Paulus.
TFTWMS: 1Kor 9:3-7 - Hak-hak Pribadi Paulus HAK-HAK PRIBADI PAULUS (1 Korintus 9:3-7)
3 Inilah pembelaanku terhadap mereka yang mengeritik aku. 4 Tidakkah kami mempunyai hak untuk makan dan min...
HAK-HAK PRIBADI PAULUS (1 Korintus 9:3-7)
3 Inilah pembelaanku terhadap mereka yang mengeritik aku. 4 Tidakkah kami mempunyai hak untuk makan dan minum? 5 Tidakkah kami mempunyai hak untuk membawa seorang isteri Kristen, dalam perjalanan kami, seperti yang dilakukan rasul-rasul lain dan saudara-saudara Tuhan dan Kefas? 6 Atau hanya aku dan Barnabas sajakah yang tidak mempunyai hak untuk dibebaskan dari pekerjaan tangan? 7 Siapakah yang pernah turut dalam peperangan atas biayanya sendiri? Siapakah yang menanami kebun anggur dan tidak memakan buahnya? Atau siapakah yang menggembalakan kawanan domba dan yang tidak minum susu domba itu?
Ayat 3. Paulus telah mengantisipasi bahwa sikap tegasnya terhadap penyembahan berhala akan ditantang. Ia sadar bahwa posisinya sedikit dipertanyakan karena keadaannya sendiri tidak cukup sama dengan orang-orang yang harus mencari nafkah di Korintus. Ia tidak punya beban ekonomi atau sosial untuk dipikul ketika ia menolak untuk duduk di kuil berhala. Setidaknya beberapa orang di Korintus harus memikul beban itu. Ketegasan seperti itu mungkin terlihat mudah ketika guru itu meminta orang lain untuk memikul beban yang ia tidak harus pikul.
Pembelaan Paulus pada dasarnya adalah ini: "Saya mungkin tidak merasakan konsekuensi yang sama yang kalian rasakan ketika saya menolak makanan yang dipersembahkan kepada berhala. Namun, dalam situasi lain, saya memikul beban yang setidaknya seberat yang kalian harus pikul." Paulus menegaskan bahwa ia telah memberikan contoh yang tepat. Ia telah bertindak berdasarkan prinsip, bukan kenyamanan. Seperti yang ia harapkan dari mereka, Paulus telah mengalami pelbagai akibat tidak menyenangkan untuk melakukan apa yang terbaik bagi semua pihak. Ia telah menyerahkan hak pribadinya supaya dapat menjaga orang-orang Kristen yang lemah dari menghadapi masalah yang mungkin membahayakan iman mereka."Pembelaan" Paulus dimulai dengan klaim bahwa ia telah bertindak secara konsisten.
Ketika rasul itu berkeras bahwa makan daging yang dipersembahkan kepada berhala di kuil berhala adalah penyembahan berhala, yang ia harapkan dari umat Kristen di Korintus tidak lebih daripada yang ia harapkan dari dirinya sendiri. Perilaku pribadinya memberi kekuatan kepada nasihat moral dan agamanya. Itu harus selalu seperti itu bagi mereka yang memberitakan Kristus. Contoh pribadi dan prinsip abstrak memperkuat satu sama lain. Ketika itu tidak terjadi, injil tidak dipercaya karena orang yang hidupnya harus mewujudkan injil gagal memimpin dengan teladannya.
Ayat 4. Pertanyaan-pertanyaan retoris tambahan disampaikan kepada para penentangnya di 9:4-7. Paulus pertama-tama bertanya, Tidakkah kami mempunyai hak untuk makan dan minum? Jawaban yang jelas adalah "Kami punya." Dengan menggunakan jenis "kami" yang luas, Paulus menyertakan rasul-rasul dan pemberita-pemberita injil lain bersama dirinya. Bentuk negatif oujk (mē ouk, "tidakkah kami") adalah yang paling tegas yang bahasa Yunani dapat ungkapkan. Kata kuncinya adalah ejxousi÷a (exousia, "otoritas, hak"). Dengan menggunakan gaya bahasa sastra yang disebut "metonymy," Paulus menggunakan makanan dan minuman untuk melambangkan sarana untuk mempertahankan hidup. Para rasul memiliki hak untuk mengharapkan dari gereja sumber daya materi yang mereka butuhkan untuk hidup. "Hak [Paulus] untuk makan dan minum" agak sejajar dengan hak orang-orang di Korintus yang sedang berusaha untuk mereka tuntut ketika mereka mengklaim masih dapat makan daging yang dipersembahkan kepada berhala. Keduanya paralel dalam pengertian ini: Pilihan untuk melepaskan hak itu dalam kedua kasus itu adalah untuk kesejahteraan rohani orang lain.
Kasus Paulus terhadap makan daging di kuil berhala didasarkan pada dua pertimbangan. Pertama, itu pada dasarnya adalah salah karena itu adalah penyembahan berhala. Kedua, peserta dalam ritual seperti itu memiliki pengaruh yang merugikan orang-orang yang lemah. Untuk saat ini, ia bicara tentang kasus pengaruh. Baik rasul Paulus maupun para pembacanya harus jangan merugikan orang lain dengan memaksakan hak-hak mereka. Rasul itu memaparkan kejahatan yang melekat pada makan dalam perjamuan berhala dalam pasal berikutnya.
Ayat 5. Paulus telah melepaskan hak-hak yang lain juga. Ia terus menggunakan kata negatif yang tegas ketika ia bertanya, Tidakkah kami mempunyai hak …? dalam hal perkawinan. Paulus memiliki hak yang sama untuk kawin seperti yang dimiliki oleh rasul mana saja, termasuk Kefas atau saudara-saudara Tuhan. Diperlukan ketabahan yang cukup besar dari istri atau orang lain siapa saja yang melakukan perjalanan dengan Paulus, tetapi beberapa orang lain yang bereputasi tinggi di dalam gereja didampingi oleh istri mereka. Bahwa Paulus menganggap dapat diterima bagi orang lain untuk membawa [peria÷gein, periagein] istri Kristen menunjukkan bahwa rasul Paulus menjunjung tinggi perkawinan. Ia tidak mengkritik siapa pun yang membawa istri. Perjalanan itu tidaklah mudah, baik sendiri atau dengan teman; tetapi Paulus menanggung kesulitan demi upaya misinya. Tanpa mencela orang lain, ia telah melepaskan beberapa kebebasannya. Ia berharap bahwa teladannya akan mendorong saudara-saudaranya untuk mengesampingkan "hak-hak" mereka demi membangun gereja yang lebih kuat.
Meski kasus yang Paulus sedang buat sifatnya insidental, namun pelbagai acuan yang ia berikan kepada rasul-rasul lain dan saudara-saudara Tuhan dan Kefas secara sekilas cukup memberikan gambaran tentang kehidupan gereja mula-mula yang kita tidak akan miliki jika bukan karna acuan itu. "Rasul-rasul lain" pastinya setara dengan dua belas orang yang dipilih oleh Yesus (dikurangi Yudas tapi ditambah Matias; Kisah 1:21-26). Kata "rasul" kadang-kadang digunakan dalam pengertian umum yang berarti orang Kristen yang diutus oleh gereja untuk misi khusus (Kisah 14:142); tetapi Paulus memiliki pengertian yang jelas tentang "dua belas" rasul itu (1 Kor. 15:5), kelompok pilihan dengan misi khusus. Bahwa kedua belas rasul itu dipilih secara khusus sudah diterima apa adanya oleh Matius, Markus, Lukas, dan para pembaca mereka (Mat. 10:2; Mrk. 3:14; Luk. 6:13). Tidak banyak yang dikatakan tentang karya "dua belas rasul" itu, bahkan dalam Kisah Para Rasul; tetapi Paulus dan gereja Korintus setidaknya mengenal baik pelayanan penginjilan mereka. Apakah Petrus secara pribadi bersama istrinya pernah ke Korintus adalah tidak pasti (lihat komentar tentang 1 Kor. 1:12).
"Saudara-saudara Tuhan" mungkin sudah lebih aktif di gereja Yerusalem mula-mula daripada yang sering diduga. Dua dari mereka, Yakobus dan Yudas, menyumbang dokumen yang merupakan bagian dari Perjanjian Baru (lihat Yak. 1:1; Yudas 1). Yakobus, saudara Tuhan (Gal. 1:19), adalah seorang pemimpin di gereja Yerusalem (lihat Kisah 15:13-21; 21:18). Baik Paulus maupun orang-orang di Korintus mengenal baik pekerjaan misi kemana-mana yang dipimpin oleh saudara-saudara Tuhan itu, mungkin oleh semua empat saudara itu (lihat Mat. 13:55). Beberapa karya apokrifa, terutama karya-karya dari koleksi Nag Hammadi teks Gnostik, menyebutkan saudara-saudara Yesus itu. Karya-karya itu boleh jadi berisi ingatan nilai sejarah.3Komentar yang Paulus berikan itu memang menggiurkan, tapi kita dibiarkan menerka-nerka. Pada akhirnya komentar itu membolehkan adanya beberapa kesimpulan sejarah tentang pekerjaan misi oleh dua belas rasul atau saudara-saudara Tuhan.
Acuan Paulus kepada Kefas menunjukkan sikap hormat yang diberikan kepada dia oleh Paulus dan lain-lainnya. Kefas muncul hanya dua kali di dalam surat-surat Paulus, Galatia dan 1 Korintus. Tidak diketahui alasan Paulus lebih menyukai bahasa Aram, "Kefas," daripada bahasa Yunani "Petrus," yang lebih umum. Di luar surat-surat Paulus, nama "Kefas" hanya muncul sekali (Yoh. 1:42). Kedua nama itu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai "batu" atau "batu karang." Dari Injil Sinoptik, kita tahu bahwa Kefas, atau Petrus, kawin (Mat. 8:14; Mrk. 1:30; Luk. 4:38). Apakah ia pernah mengunjungi Korintus secara pribadi dengan istrinya tidaklah pasti, tapi suratnya yang pertama membuat jelas bahwa rasul itu pernah pergi ke luar Yudea. Kitab Kisah menyatakan bahwa ia masih di Yerusalem ketika Paulus dan Barnabas berkonsultasi dengan para rasul dan para penatua di sana (Kisah 15:7). Aman untuk mengatakan bahwa ketika orang-orang Kristen Yahudi memperoleh pengaruh dan membuat tuntutan yang tidak sah kepada orang-orang Kristen bukan Yahudi (lihat Kisah 21:20), Petrus meninggalkan kota itu. Akhirnya, ia pergi ke Roma, di mana ia menjadi martir. Kitab Kisah tidak membuat acuan lebih lanjut bagi keberadaannya di Yerusalem setelah 15:7, tetapi kata-kata Paulus menunjukkan bahwa istri Petrus menyertai Petrus selama sebagian besar seperjalanannya.
Ayat 6. Setelah awal perjalanan misi Paulus yang kedua, ketika ia dan Barnabas berpisah, Barnabas hilang dari kitab Kisah. Paulus mengacukan Barnabas tiga kali dalam kitab Galatia (Gal. 2:1, 9, 13), sekali dalam 1 Korintus (1 Kor. 9:6) dan sekali dalam kitab Kolose (Kol. 4:10). Rasul itu tidak berkata apa-apa lagi tentang perselisihan antara dirinya dan Barnabas dalam pelbagai acuan berikutnya. Meski kedua orang itu pernah berselisih tajam tentang membawa Yohanes Markus dalam rombongan mereka (Kisah 15:36-40), namun mereka tampaknya tetap menjalin hubungan yang baik. Paulus selalu bicara baik tentang Barnabas.
Untuk membuktikan kredibilitasnya kepada gereja di Korintus ketika ia mendesak mereka untuk melepaskan hak-hak mereka demi saudara-saudara yang lebih lemah, Paulus mengilustrasikan bahwa ia pernah melakukan persis apa yang ia sekarang sedang desak mereka untuk lakukan. Ia mengetengahkan tiga hal khusus, dan ia bisa menyebutkan lebih banyak lagi. Pertama, ia telah menolak bantuan keuangan dari gereja di Korintus, meski ia berhak sebagai seorang rasul untuk makan dan minum. Kedua, ia memilih untuk bepergian tanpa istri, meski ia berhak membawa istri untuk menemani dia. Ilustrasinya yang ketiga kembali kepada yang pertama: Ia memiliki hak untuk mengandalkan sokongan dari gereja itu, tapi ia memilih untuk bekerja dengan tangannya sendiri untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Ia bertanya, Atau hanya aku dan Barnabas sajakah yang tidak mempunyai hak untuk dibebaskan dari pekerjaan tangan?
Orang luar akan sudah memasukkan Paulus di antara kelompok orang elit di dunia Yunani-Romawi yang sumber daya dan status sosialnya memungkinkan dia memilih untuk menolak bekerja dengan tangannya sendiri. Ia terdidik; kekayaan keluarganya telah memungkinkan dia untuk pergi dari Tarsus ke Yerusalem untuk belajar di bawah asuhan seorang rabi terkenal (Kisah 22:3). Bahwa ia telah lahir sebagai seorang warga negara Romawi (Kisah 22:28) menegaskan martabat orang tuanya. Umat Kristen di Korintus tidak akan mengantisipasi orang penting seperti Paulus membayar sendiri biaya hidupnya dengan melakukan kerja tangan. Ketika orang-orang kaya Romawi dan surat-surat bicara tentang mendukung kerja keras, biasanya itu adalah kerja keras yang dilakukan budak dan orang upahan, bukan oleh mereka sendiri.4
Gagasan bahwa Paulus berhak atas kompensasi uang bagi pengajarannya adalah sesuai dengan norma-norma budaya, tapi ia dan Barnabas telah memilih untuk melepaskan hak istimewa itu demi pelayanan mereka. Penolakan mereka untuk menuntut hak-hak mereka menetapkan preseden yang perlu dipertimbangkan oleh orang Kristen lainnya. Bahkan jika gereja Korintus itu dibenarkan dalam mengatakan mereka dapat berpartisipasi dalam upacara penghormatan dewa-dewa pagan (konsesi yang Paulus tidak buat), rasul Paulus memberi mereka alasan untuk tidak melakukan hal itu.
Ayat 7. Untuk memperkuat haknya dalam menerima makanan dan minuman atas biaya gereja, rasul itu melontarkan tiga pertanyaan lagi. Semuanya bersifat retoris, dengan jawaban jelas "Tidak seorang pun." Jelasnya, mereka yang menyewa prajurit membayar biayanya. Setiap petani berharap untuk makan buah dari kebun anggurnya. Tentu saja, seorang penggembala akan meminum susu domba itu. Prajurit, petani, dan peternak boleh mengharapkan penyediaan mendasar yang disediakan oleh pekerjaan mereka.
Meski kata "biaya" (oyw÷nia, opsōnia) sering digunakan dalam pengertian upah, Paulus memperluas definisi umum itu. Kebutuhan prajurit mencakup senjata, makanan, sepatu, pakaian, dan tendanya. Dalam analogi Paulus, mereka yang bekerja di dalam Kerajaan Allah dapat dibandingkan dengan seorang prajurit yang bertugas, petani yang merawat kebun anggurnya, atau gembala yang menggembalakan ternaknya. Sungguh tidak masuk akal untuk tidak mau menyokong kebutuhan hidup mereka.
Meski ia berhak penuh untuk menerima bayaran sehingga pekerjaannya dapat berkembang, Paulus menolak untuk menerima apa saja, tidak seperti prajurit, petani, atau gembala dalam ilustrasinya. Upayanya itu mengalihkan dia dari tugas penting yang Allah telah berikan untuk ia kerjakan ketika ia bekerja guna memenuhi kebutuhannya sendiri. Rasul itu membela hak-haknya, namun ia lanjutkan dengan menunjukkan bahwa ia menolak untuk menuntut hak-haknya itu. Ia menilai hubungannya dengan gereja Korintus sebagai sedemikan rupa sehingga penerimaannya atas uang mereka akan menghambat kepemimpinan rohaninya. Tersirat di dalam penalaran rasul itu adalah ajaran bahwa gereja Korintus harus jangan berpegang teguh pada kebebasan Kristen sebagai dalih untuk makan di kuil berhala. Mereka harus jangan menuntut untuk menggunakan hak apa saja dengan cara yang dapat membahayakan pesan Kristen.
Dengan mengacu kepada nalar, Paulus telah menunjukkan bahwa mereka yang memberitakan injil berhak untuk mengharapkan gereja menyediakan kebutuhan jasmani mereka. Umat Kristen di Korintus telah diselamatkan oleh karena pesan yang mereka telah dengar, dan mereka telah diberkati oleh cara hidup yang Allah telah berikan kepada mereka untuk dijalani. Setelah menerima dengan cuma-cuma, mereka seharusnya bersemangat untuk menyokong pemberitaan injil sehingga orang lain dapat berbagi kekayaan yang mereka telah terima.
Seraya rasul itu menunjukkan dengan tegas bahwa mereka yang memberitakan injil harus hidup oleh injil itu, pertanyaan tentang penyembahan berhala, kebebasan, dan makan daging di kuil berhala memudar ke balik layar. Hak rasul itu untuk menerima uang dari gereja memang penting bagi dia, tapi begitu juga haknya untuk menolak uang itu. Gereja Korintus itu tentunya telah menyadari apa yang terjadi yang membuat Paulus menolak untuk mengambil apa pun dari mereka. Teks itu tidak pernah menjelaskan alasannya, tapi cara Paulus membahas soal itu dengan berulang-ulang membuktikan pentingnya ia memegang teguh prinsip ini.
Setelah menekankan bahwa memang tepat bagi mereka yang memberitakan injil menerima sokongan dari gereja, rasul itu lalu berpaling kepada bukti otoritatif dari Kitab Suci. Allah telah membuat jelas bahwa Ia mengharapkan mereka yang memberitakan injil untuk memperoleh nafkah hidup dengan pengajaran Injil.
TFTWMS: 1Kor 9:8-14 - Menuai Hasil Pekerjaan MENUAI HASIL PEKERJAAN (1 Korintus 9:8-14)
8 Apa yang kukatakan ini bukanlah hanya pikiran manusia saja. Bukankah hukum Taurat juga berkata-kata demi...
MENUAI HASIL PEKERJAAN (1 Korintus 9:8-14)
8 Apa yang kukatakan ini bukanlah hanya pikiran manusia saja. Bukankah hukum Taurat juga berkata-kata demikian? 9 Sebab dalam hukum Musa ada tertulis: "Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik!" Lembukah yang Allah perhatikan? 10 Atau kitakah yang Ia maksudkan? Ya, untuk kitalah hal ini ditulis, yaitu pembajak harus membajak dalam pengharapan dan pengirik harus mengirik dalam pengharapan untuk memperoleh bagiannya. 11 Jadi, jika kami telah menaburkan benih rohani bagi kamu, berlebih-lebihank kalau kami menuai hasil duniawi dari pada kamu? 12 Kalau orang lain mempunyai hak untuk mengharapkan hal itu dari pada kamu, bukankah kami mempunyai hak yang lebih besar? Tetapi kami tidak mempergunakan hak itu. Sebaliknya, kami menanggung segala sesuatu, supaya jangan kami mengadakan rintangan bagi pemberitaan Injil Kristus. 13 Tidak tahukah kamu, bahwa mereka yang melayani dalam tempat kudus mendapat penghidupannya dari tempat kudus itu dan bahwa mereka yang melayani mezbah, mendapat bahagian mereka dari mezbah itu? 14 Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu.
Penaksiran acuan Paulus kepada lembu yang mengirik di dalam 9:8-10a untuk menyatakan hak mereka yang memberitakan injil untuk mengambil bagian dari pekerjaan mereka membutuhkan pemikiran tentang konteksnya. Apa yang rasul itu tulis berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengelilingi ungkapan "[Sekarang] tentang daging persembahan berhala" di 8:1. Paulus menyatakan bahwa makan daging yang dipersembahkan kepada berhala di kuil berhala, disertai dengan upacara mempersembahkan makanan itu untuk berhala itu adalah penyembahan berhala. Sebesar apa pun pengetahuan atau pengekangan mental tidak dapat merubah itu. Bagi mereka yang tetap tidak yakin, rasul Paulus mengingatkan mereka yang berpengetahuan bahwa teladan mereka dapat membinasakan mereka yang tidak memiliki kecanggihan untuk membedakan antara tindakan yang polos dengan tindakan yang disertai oleh pengekangan mental. Pengetahuan mereka akan membinasakan yang lemah.
Paulus memperkuat ajarannya dengan mengacu kepada teladannya sendiri. Meski umat Kristen di Korintus mengalami tekanan sosial yang lebih atas diri mereka untuk makan makanan di kuil-kuil berhala daripada yang rasul itu alami, ia pernah menghadapi situasi serupa di mana ia memodifikasi tindakannya untuk kepentingan orang lain. Yang menonjol di antara tindakannya itu adalah penolakannya untuk menerima sokongan materi dari gereja di Korintus, meski menerima sokongan itu akan secara sempurna sesuai dengan hak-haknya. Pengalaman dan Kitab Suci mendukung pendiriannya.
Paulus tidak mengutip nas tentang memberangus lembu yang sedang mengirik untuk menyatakan maksud tentang kekejaman terhadap hewan. Ia sedang menggunakan kutipan itu dalam argumen "dari yang lebih rendah kepada yang lebih besar".
Ayat 8. Paulus sering menulis tentang hukum Taurat untuk menunjukkan bahwa injil Kristus telah melampaui "hukum Taurat," karena Kristus telah menggenapi hukum itu dan telah menghapuskannya (Kol. 2:14). Rasul itu tidak ragu-ragu untuk menempatkan berkat pembenaran oleh iman di sebelah "kutuk hukum Taurat" (Gal 3:13). Setiap orang Kristen yang mencoba bersandar pada hukum Taurat untuk mendapat kebenaran telah "jatuh dari kasih karunia" (Gal. 5:4). Pada saat yang sama, Paulus menyatakan hukum Taurat adalah kudus (Rom. 7:12). Dalam keadaan tertentu, ia mengacu kepada hukum Taurat untuk mendukung doktrin Kristen, sementara dalam situasi lain ia benar-benar menolak persyaratan yang hanya berlaku bagi orang-orang Yahudi. Dalam hal ini, prinsip-prinsip yang ditetapkan dalam hukum Taurat mendukung ajaran rasul itu bahwa gereja seharusnya menyediakan kebutuhan materi bagi pala pelayannya. Di luar itu, Paulus mencatat beberapa pola perilaku sehari-hari yang mendukung pokok pikirannya.
Ayat 9, 10. Kutipan di dalam 9:9 adalah dari Ulangan 25:4. Selain penyediaan bagi mereka yang tidak berdaya dan miskin, hukum Musa meminta perlakuan manusiawi terhadap hewan. Hukum itu mengatakan, "Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik" ("menginjak-injak gandum"; NIV), sebab perbuatan itu melanggar perbuatan baik yang Allah telah masukkan ke dalam dunia alam. Penyediaan lain dari hukum Taurat menuntut perawatan bagi hewan. Sebagai contoh, orang Israel dilarang membunuh seluruh keluarga burung (Ula. 22:6, 7); dan jika orang kebetulan melihat binatang pengangkut beban "terkapar tak berdaya di bawah bebannya," ia harus menyelamatkan hewan itu, bahkan jika hewan itu milik musuhnya (Kel. 23:5). Hukum Taurat menunjukkan kepedulian terhadap hewan, tetapi Paulus dengan cepat berbalik kepada kepedulian Allah terhadap umat-Nya. Ia bertanya, Lembukah yang Allah perhatikan? Jawaban yang benar untuk pertanyaannya adalah "Ya, Allah memang memperhatikan lembu, tapi Ia lebih memperhatikan umat-Nya." Perintah untuk tidak memberangus lembu diperluas oleh Paulus. Ia menyajikan perintah itu sebagai pernyataan alegoris tentang hak-hak manusia untuk berbagi hasil kerja mereka, meski dalam kitab Ulangan nas itu hanya mengajarkan perlakuan manusia terhadap binatang.
Paulus bertanya, Atau apakah Ia sedang bicara sepenuhnya untuk kepentingan kita? (NASB). Kata yang diterjemahkan "sepenuhnya" dalam NASB akan lebih baik diterjemahkan sebagai "pastinya." Apa pun kepedulian yang Allah miliki bagi perlakuan yang adil untuk seekor lembu, Ia lebih peduli terhadap manusia. Bahwa lembu harus menerima bagian dari hasil kerjanya adalah prinsip yang "pasti" berlaku terhadap manusia.
Serupa dengan lembu yang tidak diberangus adalah pembajak [yang] harus membajak dalam pengharapan dan pengirik [yang] harus mengirik dalam pengharapan untuk memperoleh bagiannya. Jika lembu yang mengirik harus memperoleh keuntungan dari pekerjaannya, betapa lebih lagi seharusnya manusia yang mengirik atau membajak memiliki harapan upah untuk tenaga kerjanya!
Setelah menggunakan ilustrasi ini, Paulus menekankan bahwa orang yang bekerja untuk mengajarkan injil kepada orang sesat harus mendapat bagian keuntungan materi dari orang-orang yang ia telah layani. Paulus, antara lain, memiliki hak untuk menerima sokongan tersebut. Ia tampaknya telah melepaskan hak ini karena ia percaya penerimaannya atas hak itu akan mengganggu iman beberapa orang saudara. Gereja Korintus harus mengikuti teladannya dengan menunjukkan perhatian bagi orang-orang di antara mereka yang lemah dalam iman. Bahkan jika Paulus harus mengakui bahwa pengekangan mental dapat merubah penyembahan berhala menjadi perilaku yang dapat diterima—dan ia tidak mengakui itu—orang Kristen yang berpengetahuan harus meninggalkan praktik itu demi orang-orang yang lebih lemah daripada dirinya.
Ayat 11. Dalam 9:8-14, Paulus datang sedekat mungkin seperti yang ia lakukan di mana saja untuk memberikan alasan bagi penolakannya untuk menerima uang dari gereja Korintus. Rupanya, beberapa orang di Korintus percaya hasil duniawi (ta sarkika, ta sarkika) yang Paulus harapkan untuk ia terima adalah berlebih-lebihan. Berdasarkan tampilan luar, ia mungkin terlihat mirip dengan para filsuf keliling yang dapat dilihat secara teratur di Korintus. Guru-guru yg mengangkat dirinya sendiri ini selalu mengharapkan bayaran, terlepas dari bagaimana tidak berharganya ajaran mereka itu. Rasul itu pastinya merasa tersinggung oleh perbandingan itu dan bertekad untuk tidak membiarkan sokongan materi menjadi penghalang bagi pemberitaan injil. Ia mencukupkan dirinya dengan sumber apa pun yang dapat diberikan oleh jemaat-jemaat lain atau, bila perlu, bekerja untuk mendapatkan penghasilan pribadinya sendiri. Keputusannya itu membungkam para pengecamnya yang mengaitkan dirinya dengan guru-guru sewaan, tapi hal itu menyinggung orang lain di Korintus. Mereka merasa terhina karena ia bersedia menerima bantuan dari orang Kristen lainnya (2 Kor. 11:8) sedangkan bantuan dari mereka ia tolak.
Paulus telah menaburkan benih rohani (ta pneumatika, ta pneumatika) di antara orang-orang percaya di Korintus ketika ia menyampaikan firman Allah kepada mereka (lihat Luk. 8:11; Kisah 18:4). Ia meyakinkan orang Yunani bahwa Allah yang esa adalah sang Pencipta yang menyatakan diri-Nya kepada nenek moyang orang Yahudi dalam menyiapkan penebusan manusia dari segala bangsa. Selanjutnya, kuil-kuil Yunani, lambang budaya mereka, telah dibangun untuk menghormati ilah-ilah yang tidak ada. Itu adalah kebenaran pahit yang mereka harus terima. Orang Yunani harus diyakinkan dengan satu cara, dan orang Yahudi harus diajar dengan cara lain. Paulus sedang meyakinkan orang-orang Yahudi bahwa Mesias yang mereka rindukan sudah datang—bahwa Yesus dari Nazaret adalah Juruselamat mereka, meski bukan seorang pejuang seperti Daud. Sebab memang penting bagi "Mesias harus menderita … untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" (Luk. 24:26; lihat Kisah 17:3). Paulus menabur pesan kasih karunia dan inisiatif Allah. Dengan berpaling dari dosa, pemberontakan, dan kematian, banyak orang yang merespons dalam iman. Sejumlah besar orang di Korintus, "yang mendengarkan … menjadi percaya dan memberi diri mereka dibaptis" (Kisah 18:8). "Hasil duniawi" apa saja (1 Kor. 9:11) yang mungkin telah diberikan kepada rasul itu oleh orang-orang Kristen ini adalah upah yang kecil dibandingkan dengan pelbagai berkat yang melimpah yang Paulus sudah bawa bagi mereka.
Ayat 12. Argumen Paulus untuk sebuah prinsip terjalin dengan responnya terhadap serangan pribadi yang dilakukan oleh musuh-musuhnya kepada jabatan rasulnya. Ia tidak sedang menyajikan kasusnya untuk menegaskan kembali hak ini. Masalah itu sudah selesai (9:15); ia tidak mau menerima sokongan materi dari saudara-saudara di Korintus. Paulus tidak mau [menimbulkan] rintangan bagi pemberitaan Injil Kristus, meski ia memiliki hak yang sama untuk menerima sokongan materi seperti pekerja lainnya. Sebenarnya, ia memiliki lebih banyak hak daripada orang lain siapa saja. Penegasan rasul itu bahwa ia tidak menggunakan hak ini menambahkan dukungan bagi pembelaannya bahwa penuntutan hak adalah kurang penting dibandingkan dengan menguatkan mereka yang imannya lemah.
Ketika Rasul itu mengulas bahwa orang lain mempunyai hak untuk mengharapkan hal itu dari pada kamu, tidak jelas siapa yang ia maksudkan dengan "orang lain." Apakah ia sedang memikirkan orang-orang tertentu yang telah diberi sokongan uang oleh gereja Korintus? Apolos mungkin orang yang mendapat sokongan (3:5, 6), tapi ia tampaknya tidak tinggal lama di kota itu (16:12). Paulus berada dalam posisi canggung dalam membela prinsip yang ia tidak mau terapkan ke atas dirinya sendiri. Secara hipotetis, gereja Korintus sanggup menyokong siapa saja yang memberitakan Kristus kepada mereka. Bagi mereka yang berpendapat bahwa klaim Paulus kepada jabatan rasul telah dikompromikan oleh penolakannya untuk menerima sokongan uang, ia menegaskan kembali posisinya. Ia menolak bantuan dari gereja Korintus untuk menghindari timbulnya kerusakan pada injil yang ia beritakan.
Mengapa Paulus berpikir bahwa penerimaannya atas sokongan materi dari gereja Korintus akan mengkompromikan usahanya? Rasul itu tidak memberikan rinciannya. Mungkin masalah timbul antara rasul itu dan beberapa orang di gereja Korintus yang telah mengisyaratkan atau menuduh bahwa Paulus mungkin menggunakan posisinya untuk keuntungan pribadi. Tidak semua orang setuju dengan tuduhan itu, tetapi tuduhan itu mungkin telah menjadi rahasia umum. Karena bertekad agar tidak ada orang yang dapat menuduh dia mendapat keuntungan finansial dari pesan injil, Paulus memutuskan untuk menanggung segala sesuatu daripada membiarkan kebutuhan pribadinya menghalangi jiwa-jiwa yang mungkin bisa dimenangkan untuk Kristus.
Terlepas dari semua itu, rasul Paulus mungkin telah mengharapkan gereja itu untuk membantu dirinya dalam cara-cara yang terbatas. Dalam 16:6 ia menulis tentang rencana untuk tinggal pada musim dingin di Korintus. Ia menambahkan bahwa, pada akhir masa tinggalnya, "kamu dapat menolong aku untuk melanjutkan perjalananku" (16:6; lihat 2 Kor 1:16). Di tempat lain, "menolong aku untuk melanjutkan perjalananku" adalah ungkapan sopan untuk mengingatkan saudara-saudara itu tentang kebutuhannya akan sokongan uang (lihat Rom. 15:24). Paulus mungkin telah siap menerima sokongan uang dari gereja Korintus untuk pekerjaan misi di luar kota itu, tapi ia menolak sokongan untuk pekerjaannya di dalam kota itu.
Ayat 13. Setelah menyimpulkan bukti dan penalarannya dalam 9:12, rasul itu tampaknya melangkah mundur dan memulai lagi. Argumennya di 9:13, 14 akan sangat cocok setelah 9:8, 9. Paulus kemungkinan menambahkan argumen itu di sini untuk mengaitkan kembali pokok-pokok pikiran ini dengan makan daging di kuil yang dipersembahkan kepada penyembahan berhala dalam pasal 8. Penolakannya untuk menerima hasil duaniwi dari gereja Korintus berfungsi sebagai dukungan bagi argumen yang lebih besar yang ia sedang buat: bahwa orang Kristen yang kuat dan berpengetahuan harus bertindak dalam semangat Kristus dengan mengorbankan hakhak mereka untuk melindungi iman orang yang lebih lemah, saudara-saudara yang kurang berpengetahuan.
Dalam pola pikir orang Yunani Korintus, mereka yang melayani dalam tempat kudus kemungkinan mengacu kepada para imam yang bertugas melakukan ritual korban di mezbah, apakah pagan atau Yahudi. Ibadah-ibadah kota Yunani biasanya tidak memiliki imamat yang turun-temurun atau profesional yang setara dengan garis Yahudi dari imam Harun atau Zadok. Orang menduduki jabatan imam di sebuah kota Yunani untuk jangka waktu tertentu lewat pemilihan, penetapan, atau pembelian.5Bagi orang Yunani, menjadi imam mirip dengan melayani dalam kedudukan resmi lainnya; kedudukan itu memiliki hak istimewa dan imbalan uang.
Paulus menarik perhatian pembacanya kepada hak istimewa penting bagi para imam: Mereka menerima bagian dari korban-korban itu untuk konsumsi mereka sendiri. Rasul itu mengacu kepada pengetahuan umum bahwa mereka yang melakukan pelayanan sakral mendapat penghidupannya dari tempat kudus itu. Kesamaan antara pekerjaan para imam dan pekerjaan seorang pengkhotbah injil adalah tidak sempurna, tapi itu mengungkapkan maksud yang rasul itu ingin nyatakan.
Ayat 14. Praktik yang diterima secara umum dalam Yudaisme dan paganisme adalah bahwa mereka yang melayani jamaah harus mendapat bagian dari apa yang dipersembahkan di mezbah. Prinsip yang sama berlaku juga bagi pelayanan Kristen. Meski tugas seorang pemberita injil dan jenis pembayaran yang ia terima tidak persis sama dengan para imam yang melayani di mezbah, namun ada satu prinsip dasar yang berlaku bagi keduanya. Bahkan jika analogi itu tidak tepat, pernyataan yang jelas dari Tuhan tidak diragukan lagi: Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu. Kutipan Paulus mungkin merupakan pernyataan dari Tuhan yang tidak tercatat di dalam Catatan Injil, atau itu mungkin merupakan adaptasi dari apa yang Tuhan katakan kepada Dua Belas Rasul ketika Ia mengutus mereka kepada orang Israel yang sesat: "Apabila kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak dan tinggallah padanya sampai kamu berangkat" (Mat. 10:11).
Meski gereja tidak memiliki imamat profesional atau keturunan, para anggotanya mendapat keuntungan dari orang-orang yang mengabdikan hidup mereka untuk mengajar, memberitakan, dan membangun tubuh itu. Konsep di sini adalah jelas: Mereka yang bekerja dalam pelayanan penuh waktu harus disokong oleh gereja-gereja yang mereka layani (lihat Gal. 6:6).
Sebuah pertanyaan muncul. Jika "Tuhan mengarahkan mereka yang memberitakan injil, harus hidup dari injil," lalu dapatkah pembayaran seperti itu dianggap sebagai pilihan oleh pemberita injil itu atau jemaat itu? Dengan kuasa apakah Paulus menulis, "Tetapi kami tidak mempergunakan hak itu. Sebaliknya, kami menanggung segala sesuatu" (9:12)? Apakah ia tidak wajib melakukan apa yang Tuhan perintahkan?
Garland menanggapi pertanyaan ini dengan cara berikut ini: "Paulus tidak mengang- gap dirinya sebagai tidak mematuhi ketetapan dari Tuhan [ketika ia menolak sokongan materi] tetapi menafsirkan itu sebagai hak yang bebas untuk ia terima atau tolak."6Seorang pelayan penuh waktu berhak mendapat sokongan materi dari orang-orang yang ia layani, tapi ia tidak diwajibkan dalam hal ini. Jika sokongan yang Paulus terima akan menghambat misinya, ia dapat menolaknya.
TFTWMS: 1Kor 9:15-18 - Menjadi Pelayan Yang Baik MENJADI PELAYAN YANG BAIK (1 Korintus 9:15-18)
15 Tetapi aku tidak pernah mempergunakan satupun dari hak-hak itu. Aku tidak menulis semuanya ini, sup...
MENJADI PELAYAN YANG BAIK (1 Korintus 9:15-18)
15 Tetapi aku tidak pernah mempergunakan satupun dari hak-hak itu. Aku tidak menulis semuanya ini, supaya akupun diperlakukan juga demikian. Sebab aku lebih suka mati dari pada...! Sungguh, kemegahanku tidak dapat ditiadakan siapapun juga! 16 Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil. 17 Kalau andaikata aku melakukannya menurut kehendakku sendiri, memang aku berhak menerima upah. Tetapi karena aku melakukannya bukan menurut kehendakku sendiri, pemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadaku. 18 Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil.
Dengan mengingat keadaan khas di Korintus dan hubungannya dengan gereja itu, Paulus menganggap bijaksana untuk tidak menerima "hasil duniawi" dari gereja di sana. Lalu, mengapa ia tidak menyerahkan kesejahteraan rohani gereja Korintus ke tangan orang lain? Paulus merasa terdorong untuk menjelaskan keputusan ini.
Seperti hamba Kristus mana saja yang setia, Paulus diberi hak (jika bukan kewajiban) untuk menerima upah atas usahanya sebagai pekerja penuh waktu di gereja itu (9:7). Namun begitu, bayaran yang diberikan kepada seorang pelayan Kristen tidak persis sama dengan upah seorang tukang kayu atau yang diterima oleh pekerja perakitan barang. Seorang pemberita injil dapat menghidupi dirinya sendiri dengan bekerja sekuler bila perlu, tapi ia tidak pernah berhenti menjadi pekerja di dalam Kerajaan Allah. Dahaganya terhadap jiwa-jiwa manusia tidak naik-turun sesuai dengan gaji yang ia terima. Bagi Paulus, pemberitaan injil lebih merupakan kebutuhan daripada pilihan.Tuhan telah mempercayakan kepada dia tugas pelayanan.
Dengan berpaling kepada Yesus dari Nazaret, Paulus telah memberikan dirinya untuk melayani sesuai dengan contoh yang Yesus telah tinggalkan (Yoh. 13:14, 15). Beberapa orang lain telah berkontribusi untuk mendukung Yesus (Luk. 8:3), seperti beberapa orang lain telah berkontribusi untuk membantu Paulus (2 Kor. 11:8, 9); tapi tidak satu pun dari pelayanan itu bergantung pada gaji. Agar menjadi milik Yesus, Paulus "telah menjadi segala-galanya" bagi semua orang (1 Kor. 9:22). Dalam proses-nya, ia telah memenangkan beberapa jiwa bagi Kristus. Bagi rasul untuk bangsa-bangsa lain itu, jiwa-jiwa itu merupakan bayaran yang cukup.
Ayat 15. Paulus telah membuat jelas alasannya menolak bantuan uang dari gereja Korintus. Menerima bantuan itu akan menjadi "rintangan bagi pemberitaan Injil Kristus" (9:12).Terlepas dari penolakan ini, beberapa orang skeptis di antara umat Kristen Korintus itu pasti ada yang sudah mengatakan, "Tawarkanlah uang kepada dia dan kita lihat apakah ia mengambil uang itu atau tidak." Mereka telah mengamati para filsuf di Korintus. Meski pesan Paulus tidak mementingkan diri sendiri seperti pesan orang lain yang mereka telah dengar, namun kritikan ini mungkin telah menganggap Paulus seperti guru bayaran yang datang ke kota itu untuk menyebarkan ajaran mereka. Rasul itu sadar ada kecurigaan dan tuduhan yang dilontarkan kepada dirinya. Bagi mereka yang menganggap ada manipulasi atas gereja Korintus dalam kata-katanya, Paulus menawarkan jaminan. Kata "Aku" (ejgw, ego) adalah tegas dalam pernyataannya: Aku tidak menulis semuanya ini, supaya akupun diperlakukan juga demikian.
Komentar Paulus bahwa ia lebih suka mati daripada menggunakan haknya untuk menerima uang dari gereja Korintus adalah ekstrim. Apakah penolakannya untuk menerima uang dari gereja Korintus itu sangat penting? Apakah kebanggaan Paulus telah merampok penilaiannya yang baik? Penggunaan frasa kemegahanku menambah ketidakpastian. Dalam bahasa modern, "kemegahan" menunjukkan watak sombong, tamak atas harta, keterampilan, atau pengaruh seseorang. Orang yang bermegah bagaimanapun ingin orang lain tahu bahwa ia memiliki lebih banyak daripada yang mereka miliki. Namun, kata bahasa Indonesia "bermegah" memiliki konotasi negatif yang tidak secara otomatis dimiliki oleh kata Yunani (kau÷chma, kauchēma). Kata Yunani itu memiliki aspek penebusan, yang artinya sesuatu yang mirip dengan "harga diri."Di zaman itu para pembual direndahkan seperti di zaman kini; tapi para orator Yunani mengarahkan para siswa mereka cara untuk memperoleh harga diri dengan memamerkan kekayaan, pelayanan publik, dan warisan mereka,7dengan tetap tidak kentara dalam mereka bermegah.
Ketika Paulus berkata bahwa ia lebih suka mati daripada siapa saja membuat kemegahannya hampa (NASB), perasaan pribadinya bukan satu-satunya persoalan. Ia lebih suka mati daripada melukai kepentingan Kristus (9:12). Ketidaksukaan Paulus diperbandingkan dengan para filsuf pengembara terjalin dengan keinginannya agar orang banyak menerima injil. Rasul itu tahu bahwa apa yang orang-orang itu pikirkan tentang dia akan mempengaruhi kesediaan mereka untuk mendengarkan dan menaati pesan salib.
Ayat 16. Pemberitaan injil Kristus oleh rasul Paulus tidak memberi dia kesempatan untuk bermegah. Jika aku memberitakan Injil, katanya, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Karena memberitakan injil adalah "keharusan" bagi Paulus, maka pemberitaan injilnya tanpa bayaran menjadi satu-satunya kesempatannya untuk bermegah. Penolakan bantuan itu adalah pilihan pribadi yang berkaitan dengan harga dirinya dan kehormatannya di tengah-tengah umat Kristen di kota itu.
Paulus tahu bahwa keyakinan yang saudara-saudaranya miliki kepada injil terkait dengan keyakinan mereka kepada dirinya. Memberitakan injil bukan pilihan; dan itu juga bukan alasan untuk bermegah. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil, katanya. Pemanggilan dirinya oleh Kristus dan penerimaannya atas misi yang diberikan Kristus kepada gereja mengharuskan dia untuk memberitakan injil, tetapi itu tidak mengharuskan dia untuk menerima uang yang akan menempatkan dia di bawah tuduhan.
Ayat 17, 18. Ada kaitan antara alasan Paulus "bermegah" dan pemberitaan injil yang ia lakukan menurut kehendak[nya] sendiri ("sukarela"; NASB). Pemberitaan injilnya yang tanpa imbalan uang itu memungkinkan dia untuk berkata, aku berhak menerima upah. Upahnya adalah ia dapat berdiri di hadapan para pengecam yang cerdas di Korintus dengan bukti bahwa motifnya adalah murni. Upahnya adalah harga diri yang ia peroleh karena menolak untuk bergantung secara finansial kepada orang-orang yang ia sedang ajar. Upah itu, dalam hal ini, tidak ada hubungannya dengan keselamatan yang Kristus telah beli di kayu salib. Itu adalah masalah antara dirinya dengan gereja Korintus.
Pemahaman yang tepat tentang penalaran Paulus bergantung pada anteseden kata ini (dalam NASB; "nya" dalam TB). Hal apakah yang ia katakan dilakukan "dengan sukarela"? Kata yang diterjemahkan "dengan sukarela" (eJkw÷n, hekōn) hanya muncul di sini dan di Roma 8:20 di dalam Perjanjian Baru. Lawannya, bukan menurut
kehendakku sendiri (a¡kwn, akōn), hanya digunakan di sini. Hal apakah yang rasul itu sudah perbuat dengan pilihan bebasnya sendiri? Ia telah memberitakan Kristus—tapi pemberitaannya itu dikombinasikan dengan penolakannya untuk menerima bantuan materi dari gereja Korintus. "Ini" adalah acuan kepada pemberitaannya yang adalah "keharusan" di 9:16, penyebaran injil yang ia lakukan karena ia telah memberikan dirinya dalam kasih kepada Kristus. Sebagaimana orangtua menyediakan kebutuhan hidup seorang anak oleh karena kasih orang tua mengharuskan hal itu, maka pemberitaan injil oleh Paulus juga diharuskan oleh kasih.
Pengertian 9:17, 18 dapat dilihat dalam ungkapan: "Karena jika aku telah melakukan ini dengan sukarela (yang nyatanya tidak), aku boleh mengharapkan upah. Sebaliknya, aku telah diharuskan. Karena mengasihi Kristus seperti yang aku lakukan, maka aku tidak dapat berbuat apa-apa selain menaati perintah-Nya. Jika memberitakan injil adalah pekerjaanku, aku akan mengharapkan upah [misqo֧, misthos, 'upah']; tapi upahku telah melekat di dalam pemberitaanku." Pekerjaan Paulus di Korintus, dikombinasikan dengan penolakannya untuk menerima bayaran bagi pekerjaannya, telah melawan kehendaknya dalam pengertian bahwa ia adalah hamba Kristus. Ia telah bekerja berdasarkan tugas dan kewajiban untuk sang Tuan yang ia kasihi. Ia sedang mencari "upah" selain uang yang diletakkan di tangannya.
Upah Paulus, kebermegahannya, adalah hal yang tidak akan ia biarkan untuk ditiadakan oleh siapa saja. Sejauh pemberitaannya di Korintus bergantung pada "kehendak bebasnya sendiri" (hekōn),8itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepada dia. Kesetiaan kepada "tugas penyelenggaraan" mengharuskan dia memberitakan injil dan menolak bayaran dari gereja Korintus. Pelayanannya selama ini bukan oleh inisiatifnya sendiri; Tuhan telah memberikan tugas penyelenggaraan itu ke dalam asuhannya (lihat 4:1). Kesulitan yang para komentator miliki dengan nas ini adalah dalam menyelaraskan konsep upah dan kasih karunia. Namun begitu, tema kasih karunia dan upah atau hukuman yang lebih besar di zaman yang akan datang tidak berhubungan dengan upah Paulus di tengah-tengah gereja Korintus.
Setelah mengambil rute memutar dalam pembahasannya, rasul itu kembali kepada subjek di tangan: Orang Kristen boleh memilih untuk mengabaikan suatu hak demi kebaikan yang lebih besar. Contoh kehidupan Paulus sendiri mengilustrasikan maksud itu. Upahnya untuk memberitakan injil di Korintus dalam memenuhi tugas penyelenggaraan yang dipercayakan kepada dia adalah harga dirinya, rasa bangganya dalam menawarkan injil kepada penduduk Korintus tanpa upah. Dalam prosesnya, ia tidak mempergunakan hak[nya] sebagai pemberita Injil. Tersirat, sekali lagi, himbauannya kepada orang-orang Kristen untuk tidak bermegah dalam pengetahuan mereka, tapi untuk melupakan hak-hak mereka dan menunjukkan kepedulian kepada saudara-saudara mereka.
TFTWMS: 1Kor 9:19-23 - Pelayan Bagi Semua Orang PELAYAN BAGI SEMUA ORANG (1 Korintus 9:19-23)
19 Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku ...
PELAYAN BAGI SEMUA ORANG (1 Korintus 9:19-23)
19 Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang. 20 Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat. 21 Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah hukum Taurat. 22 Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka. 23 Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian dalamnya.
Ayat 19. Setelah menggunakan dirinya sendiri sebagai contoh, Paulus mulai merenungkan misinya. Mungkin ia mengantisipasi kecaman, atau kecaman mungkin sudah dimulai. Rasul itu membuat perbedaan antara berdiri di atas prinsip dan pernyataan tegas tentang kebebasan. Alih-alih menyakiti hati, Paulus telah memberitakan injil di Korintus tanpa menerima bantuan uang dari gereja itu. Andaikan ia berkeras pada hak-haknya, beberapa orang yang lemah imannya mungkin telah meninggalkan Kristus. Paulus telah menjalankan kebebasan yang lebih besar dengan memilih untuk menjadikan diri[nya] hamba dari semua orang.
Dalam hal ini, rasul itu telah menolong saudara yang lemah supaya [i¢na, hina] ia dapat memenangkan sebanyak mungkin jiwa untuk Kristus. Ia tidak selalu memilih jalan pertolongan. Ketika orang Kristen bukan Yahudi di Galatia cenderung untuk mengadopsi cara-cara Yahudi, Paulus memerintahkan, "Jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan" (Gal. 5:1). Ia berdiri teguh atas hal ini, meski ia sendiri (sebagai orang Yahudi) memilih untuk menjalankan tradisi tertentu (lihat Kisah 16:3; 18:18; 21:26). Perilaku rasul itu merupakan pengingat bahwa satu pola tidak cocok untuk setiap kasus. Ketika timbul pertanyaan, orang percaya harus memeriksa dirinya sendiri, menguji kecenderungan mereka dengan contoh-contoh Alkitab, dan bertindak dengan iman yang baik. Kasih untuk Tuhan, keinginan untuk memuliakan Dia, dan kasih untuk orang yang sesat harus menjadi terang penuntun kita.
Ayat 20. Pola pikir Paulus, yang adalah seorang Yahudi, harus membedakan antara orang Yahudi dan bukan Yahudi. Namun begitu, ia akhirnya mengerti bahwa menjadi orang Yahudi tidak sama dengan memiliki hubungan yang baik dengan Allah. Bagian hukum Taurat yang penting ada kaitannya dengan menarik perbedaan antara bangsa Israel dan bangsa-bangsa lain, tapi tidak selalu begitu dalam kaitannya dengan masalah moral atau agama. Beberapa hukum itu merupakan penanda etnis bagi Yudaisme. Paulus senang menjadi orang Yahudi; tapi ia tidak punya pandangan bahwa cara hidup orang Yahudi, meski cara-cara itu ditetapkan di dalam hukum Taurat, adalah kehendak Allah bagi seluruh umat manusia.
Pelbagai tradisi Yahudi yang Paulus jalani berada di bawah judul kemanfaatan. Supaya mendapat akses kepada orang-orang Yahudi, ketika tepat waktunya, ia makan makanan mereka dan menjalankan kebiasaan mereka. Kemudian, setelah memiliki akses, ia dapat mengajar mereka tentang Kristus dan memimpin mereka kepada keselamatan. Orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat berarti orang-orang Yahudi. Pelaku hukum Taurat mengikuti aturan makan yang ketat dan melakukan sunat. Paulus menulis bahwa, pada prinsipnya, ia tidak wajib melakukan peraturan etnis di dalam hukum Taurat. Tidak juga bagi orang Kristen lainnya.
Penerimaan yang nyaris apa adanya atas keberadaan rasul Paulus yang hidup "di bawah hukum Taurat" menyiratkan bahwa pelbagai masalah akut yang dibahas di dalam 2 Korintus 3 belum muncul. Pada saat Paulus menulis para anggota jemaat itu telah jatuh di bawah pengaruh suara orang lain. Paulus membandingkan hati manusia, yang ditulis dengan kata-kata dari Allah yang hidup, dengan loh batu (2 Kor. 3:3). Ia membedakan pelayanan yang memimpin kepada kehidupan yang diberikan oleh Roh dengan "yang memimpin kepada kematian " (2 Kor. 3:7).
Ayat 21. "Hukum Taurat" di 9:20 adalah hukum Taurat yang diberikan kepada Musa. Ketika Paulus bersama bangsa-bangsa lain, ia tidak mempedulikan aspek ritual hukum Taurat, tapi ia tidak pernah bertindak seolah-olah keberadaan di dalam Kristus menghapus batasan moral dan etika. Tujuannya dalam mengabaikan aspek ritual hukum Taurat dalam kumpulan orang-orang bukan Yahudi adalah untuk memenangkan jiwa-jiwa bagi Kristus. Ia bertindak dengan tujuan yang sama ketika ia tetap melakukan ritual hukum Taurat dengan orang-orang Yahudi.
Dari kalimat tidak hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum Kristus, Herman Ridderbos menarik beberapa kesimpulan.9(1) Hukum Taurat tidak lagi memiliki validitas mutlak bagi anggota gereja Kristus. Membuat perbedaan antara orang Yahudi dan orang bukan Yahudi tidak sesuai dengan pemberitaan Paulus. (2) Hukum Taurat menawarkan ajaran yang tetap bermanfaat bagi orang Kristen.
"Hukum Taurat" dalam nas ini hanya dapat berarti apa yang sering diartikan dalam tulisan-tulisan Paulus: hukum Musa. (3) Paulus membatasi keberlanjutan pentingnya hukum Taurat dengan mengatakan ia hidup di bawah "hukum Kristus." Kristus telah menetapkan bagian mana dari hukum Taurat yang memiliki arti yang mengikat dan bagian mana yang tidak lagi mengikat orang-orang di bawah perjanjian baru .
Paulus berasumsi bahwa berada di dalam Kristus adalah berada di bawah hukum-Nya. Ia mendesak orang-orang percaya untuk "bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus" (Gal. 6:2). Rasul itu menegaskan bahwa berserah kepada Kristus berarti menaati hukum-Nya. Ia tidak membenci kata "hukum." Bagaimanakah Paulus menentukan isi khusus "hukum Kristus"? Apakah ia mengacu kepada koleksi perkataan Yesus? Kutipan-kutipannya menunjukkan bahwa hukum Kristus mencakup beberapa aspek hukum Musa, tapi kriteria apakah yang dapat kita gunakan untuk mengetahui kapan hukum Kristus terpisah dari hukum Musa? Paulus bersandar pada bimbingan Roh Kudus untuk membuat perbedaan yang diperlukan. Dengan cara yang unik ia menggabungkan hukum Musa, ajaran Yesus saat di dunia, dan pengilhaman oleh Roh Kudus. Ia memiliki jaminan batin bahwa Tuhan yang berdaulat memediasi kehendak-Nya kepada rasul-Nya melalui Roh.
Ayat 22. Paulus berkata, Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah. Untuk membantu orang lain bertumbuh di dalam Kristus, rasul itu bersedia untuk menyesuaikan perilakunya dengan apa pun yang memuaskan hati nurani saudara yang lemah—asalkan perilaku yang terlibat itu bukan perbuatan yang salah. Tentu saja, pertolongan Paulus itu memiliki batasan. Ben Witherington III menunjukkan ini: "Ia tidak mengatakan bahwa ia menjadi penyembah berhala bagi para penyembah berhala atau pezinah bagi para berzinah."10Rasul itu tidak memiliki agenda pribadi, tidak ada kebanggaan untuk dibela, dan tidak ada kebiasaan untuk dipertahankan. Satu-satunya tujuannya adalah menemukan orang-orang yang sesat dalam dosa dan memimpin mereka kepada Kristus dan keselamatan. Ia menyesuaikan diri dengan kebiasaan orang lain sejauh mungkin, supaya [ia] sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka. Dengan mencocokan kata-katanya dengan perilakunya, Paulus dapat mengatakan, "Jangan seorangpun yang mencari keuntungannya sendiri, tetapi hendaklah tiap-tiap orang mencari keuntungan orang lain" (lihat 10:24).
Ayat 23. Paulus berfokus dalam kegiatannya. Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, tulisnya. Setiap perbuatan hidupnya adalah untuk kemajuan kerajaan Kristus. Pemberitaan dan pengajarannya tidak hanya untuk kepentingan kaum laki-laki dan kaum perempuan yang sesat dalam dosa; itu juga untuk pencerahan dan pertumbuhan dirinya sendiri. Ia mengatakan, dalam memimpin orang sesat kepada Kristus, ia mendapat bagian dalamnya. Anteseden "nya" dalam frasa "dalamnya" (aujtou, autou) adalah injil yang Paulus beritakan. Dalam melakukan apa yang ia lakukan, ia ambil bagian lagi dari berkat-berkat injil. P. T. O'Brien menyatakan bahwa kalimat terakhir itu harus dipahami untuk berarti "partisipasi Paulus dalam kemajuan injil yang dinamis"; dan ia lalu menambahkan, "Ia adalah sesama pembagi injil atau mitra."11
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Masalah-Masalah Jemaat dan Pemecahannya
Tanggal Penulisan: Tahun 55/56
Latar Belakang
Korintus, sebuah...
Penulis : Paulus
Tema : Masalah-Masalah Jemaat dan Pemecahannya
Tanggal Penulisan: Tahun 55/56
Latar Belakang
Korintus, sebuah kota kuno di Yunani, dalam banyak hal merupakan kota metropolitan Yunani yang terkemuka pada zaman Paulus. Seperti halnya banyak kota yang makmur pada masa kini, Korintus menjadi kota yang angkuh secara intelek, kaya secara materi, dan bejat secara moral. Segala macam dosa merajalela di kota ini yang terkenal karena perbuatan cabul dan hawa nafsu.
Bersama dengan Priskila dan Akwila (1Kor 16:19) dan rombongan rasulinya sendiri (Kis 18:5), Paulus mendirikan jemaat Korintus itu selama delapan belas bulan pelayanannya di Korintus pada masa perjalanan misinya yang kedua (Kis 18:1-17). Jemaat di Korintus terdiri dari beberapa orang Yahudi tetapi kebanyakan adalah orang bukan Yahudi yang dahulu menyembah berhala. Setelah Paulus meninggalkan Korintus, berbagai macam masalah timbul dalam gereja yang masih muda itu, yang memerlukan wewenang dan pengajaran rasulinya melalui surat-menyurat dan kunjungan pribadi.
Surat 1 Korintus ditulis selama tiga tahun pelayanannya di Efesus (Kis 20:31) pada waktu perjalanan misinya yang ketiga (Kis 18:23--21:16). Berita mengenai masalah-masalah jemaat di Korintus terdengar oleh Paulus di Efesus (1Kor 1:11); setelah itu utusan dari jemaat Korintus (1Kor 16:17) menyampaikan sepucuk surat kepada Paulus yang memohon petunjuknya atas berbagai persoalan (1Kor 7:1; bd. 1Kor 8:1; 1Kor 12:1; 1Kor 16:1). Sebagai tanggapan atas berita dan surat yang diterimanya dari Korintus, Paulus menulis surat ini.
Tujuan
Paulus memiliki dua alasan pokok dalam pikirannya ketika ia menulis surat ini:
- (1) Untuk membetulkan masalah yang serius dalam jemaat di Korintus yang telah diberitahukan kepadanya. Hal-hal ini meliputi pelanggaran yang dianggap remeh oleh orang Korintus, tetapi dianggap oleh Paulus sebagai dosa serius.
- (2) Untuk memberikan bimbingan dan instruksi atas berbagai pertanyaan yang telah ditulis oleh orang Korintus. Hal-hal ini meliputi soal doktrin dan juga perilaku dan kemurnian sebagai perorangan dan sebagai jemaat.
Survai
Surat kiriman ini menangani macam persoalan yang dialami oleh gereja yang para anggotanya tetap hidup "duniawi" (1Kor 3:1-3) dan tidak secara tegas memisahkan diri dari masyarakat di sekelilingnya yang menyembah berhala (2Kor 6:17) - masalah seperti sifat memecah belah (1Kor 1:10-13; 1Kor 11:17-22), toleransi terhadap dosa seperti perzinaan (1Kor 5:1-13), kebejatan seksual pada umumnya (1Kor 6:12-20), perkara hukum sekular antara orang Kristen (1Kor 6:1-11), pikiran manusiawi tentang kebenaran rasuli (pasal 15; 1Kor 15:1-58) dan perselisihan mengenai "kemerdekaan Kristen" (pasal 8, 10; 1Kor 8:1-13; 1Kor 10:1-33). Paulus juga menasihati orang Korintus tentang perkara yang berkaitan dengan hal membujang dan perkawinan (pasal 7; 1Kor 7:1-40), ibadah bersama, termasuk Perjamuan Kudus (pasal 11-14; 1Kor 11:1--14:40), dan pengumpulan uang bagi orang-orang kudus di Yerusalem (1Kor 16:1-4).
Antara berbagai kebenaran yang paling penting dari surat 1 Korintus terdapat pengajaran Paulus mengenai manifestasi karunia Roh Kudus dalam konteks ibadah bersama (pasal 12-14; 1Kor 12:1--14:40). Lebih dari lain tempat dalam PB, pasal-pasal ini memberikan pemahaman terhadap sifat dan unsur-unsur ibadah dalam gereja mula-mula (bd. 1Kor 14:26-33). Paulus menunjukkan bahwa maksud Allah bagi gereja meliputi berbagai manifestasi Roh yang terjadi melalui orang percaya yang setia (1Kor 12:4-10) dan orang-orang yang dipanggil untuk pelayanan-pelayanan tertentu (1Kor 12:28-30) -- keanekaragaman dalam kesatuan yang disamakan dengan banyaknya fungsi dari tubuh manusia (1Kor 12:12-27). Ketika memberikan pedoman bagi fungsi bersama karunia rohani, Paulus membuat suatu perbedaan yang penting antara hal membangun pribadi dan hal membangun segenap anggota (1Kor 14:2-6,12,16-19,26), dengan menegaskan bahwa semua manifestasi dan karunia yang bersifat umum harus mengalir keluar dari kasih (pasal 13; 1Kor 13:1-13) dan berada demi pembangunan orang percaya yang sedang berhimpun (1Kor 12:7; 1Kor 14:4-6,26).
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini:
- (1) Surat ini paling berpusat pada persoalan dibandingkan dengan kitab lain dalam PB. Dalam menangani berbagai masalah dan perkara di Korintus, Paulus memberikan prinsip rohani yang jelas dan kekal (lih. Garis Besar), di mana setiap prinsip itu dapat diterapkan secara menyeluruh dalam seluruh jemaat (mis. 1Kor 1:10; 1Kor 6:17,20; 1Kor 7:7; 1Kor 9:24-27; 1Kor 10:31-32; 1Kor 14:1-10; 1Kor 15:22-23).
- (2) Secara menyeluruh ditekankan kesatuan jemaat lokal sebagai tubuh Kristus, suatu fokus yang ada dalam pembahasan tentang perpecahan, Perjamuan Kudus, dan karunia-karunia rohani.
- (3) Surat ini berisi pengajaran PB yang paling luas mengenai berbagai pokok penting seperti pembujangan, perkawinan dan nikah ulang (pasal 7; 1Kor 7:1-40); Perjamuan Kudus (1Kor 10:16-21; 1Kor 11:17-34); berkata-kata dengan bahasa Roh, nubuat, dan karunia rohani dalam perhimpunan bersama (pasal 12, 14; 1Kor 12:1-31; 1Kor 14:1-40); kasih agape (pasal 13; 1Kor 13:1-13); dan kebangkitan tubuh (pasal 15; 1Kor 15:1-58).
- (4) Surat ini memberikan hikmat yang tak ternilai untuk pengawasan para gembala sidang berhubungan dengan disiplin gereja (pasal 5; 1Kor 5:1-13).
- (5) Surat ini menekankan adanya kemungkinan untuk undur dari iman oleh mereka yang berkanjang dalam perilaku yang tidak benar dan tidak berpegang kepada Kristus dengan sungguh-sungguh (1Kor 6:9-10; 1Kor 9:24-27; 1Kor 10:5-12,20-21; 1Kor 15:1-2).
Full Life: 1 Korintus (Garis Besar) Garis Besar
Pendahuluan
(1Kor 1:1-9)
I. Pembahasan Masalah-Masalah yang Telah Diberitahukan kepada Paulus
(1Kor 1:10-6:20)
...
Garis Besar
- Pendahuluan
(1Kor 1:1-9) - I. Pembahasan Masalah-Masalah yang Telah Diberitahukan kepada Paulus
(1Kor 1:10-6:20) - A. Perpecahan dalam Jemaat
(1Kor 1:10-4:21) - 1. Empat Golongan
(1Kor 1:10-17) - 2. Penyebab Perpecahan
(1Kor 1:18-4:5) - a. Suatu Pandangan yang Salah Mengenai Hikmat
(1Kor 1:18-3:4) - b. Suatu Pandangan yang Salah Mengenai Pelayanan Kristen
(1Kor 3:5-4:5) - 3. Imbauan untuk Berdamai
(1Kor 4:6-21)
Prinsip: Jemaat sebagai tubuh Kristus (bd. 1Kor 12:12-20) tidak
boleh terpecah-belah menjadi bagian-bagian yang terpisah
(1Kor 1:10,13) - B. Masalah-Masalah Moral dalam Jemaat
(1Kor 5:1-6:20) - 1. Masalah Perzinaan dan Disiplin Gereja
(1Kor 5:1-13) - 2. Masalah Perkara-Perkara Hukum Sekular di Antara Orang-Orang Kristen
(1Kor 6:1-11) - 3. Masalah Kebejatan Seksual
(1Kor 6:12-20)
Prinsip: Kamu yang telah dipersatukan dengan Tuhan, hendaknya
berperilaku baik supaya membawa hormat bagi Dia
(1Kor 6:17,20) - II. Jawaban Terhadap Pertanyaan yang Ditulis Dalam Surat dari Jemaat Korintus
(1Kor 7:1-16:9) - A. Pertanyaan Mengenai Perkawinan
(1Kor 7:1-40) - 1. Perkawinan dan Hal Hidup Membujang
(1Kor 7:1-9) - 2. Tanggung Jawab Kristen dalam Perkawinan
(1Kor 7:10-16) - 3. Prinsip Kepuasan Hati
(1Kor 7:17-24) - 4. Nasihat kepada Orang yang Tidak Menikah
(1Kor 7:25-38) - 5. Pengarahan Tentang Nikah Ulang
(1Kor 7:39-40)
Prinsip: Allah memberikan sebagian orang karunia menjadi seorang
suami atau istri; kepada orang lainnya, Ia berikan karunia
untuk tinggal membujang demi kepentingan kerajaan-Nya
(1Kor 7:7,32) - B. Pertanyaan Mengenai Penggunaan Kemerdekaan Kristen
(1Kor 8:1-11:1) - 1. Masalah Makanan yang Dipersembahkan kepada Berhala
(1Kor 8:1-13) - 2. Disiplin Paulus dalam Menggunakan Kemerdekaannya
(1Kor 9:1-27) - 3. Peringatan Terhadap Percaya Diri yang Berlebih-lebihan
(1Kor 10:1-13) - 4. Ketidaksesuaian Pesta Penyembahan Berhala dengan Meja Tuhan
(1Kor 10:14-23) - 5. Beberapa Prinsip Umum dan Nasihat Praktis
(1Kor 10:24-11:1)
Prinsip: Lakukan segala sesuatu untuk membawa kemuliaan kepada
Allah; jangan melakukan sesuatupun yang bisa menyebabkan
orang lain tersandung (1Kor 10:31-32) atau mungkin saudara
didiskualifikasi dari pertandingan (1Kor 9:24-27) - C. Pertanyaan Mengenai Ibadah Bersama
(1Kor 11:2-14:40) - 1. Tudung Kepala Wanita dalam Jemaat
(1Kor 11:2-16) - 2. Sikap dalam Mengikuti Perjamuan Tuhan
(1Kor 11:17-34) - 3. Karunia-Karunia Rohani
(1Kor 12:1-14:40)
Prinsip: Segala sesuatu harus dilakukan secara sopan dan teratur
(1Kor 14:40) - D. Pertanyaan Mengenai Kebangkitan
(1Kor 15:1-58) - 1. P. Bagaimana Mungkin Ada Orang yang Mengatakan Bahwa Tidak Ada
Kebangkitan Orang Mati? (1Kor 15:12) - J. Kepastian Kebangkitan
(1Kor 15:1-34) - 2. P. Bagaimanakah Orang Mati Dibangkitkan? Dan dengan Tubuh Apakah
Mereka Akan Datang Kembali? (1Kor 15:35) - J. Sifat Tubuh Kebangkitan
(1Kor 15:35-57) - 3. Kesimpulan Terhadap Pertanyaan Itu
(1Kor 15:58)
Prinsip: Kebangkitan Kristus dari kematian menjamin kebangkitan
mereka yang menjadi milik Kristus ketika Ia datang kembali
(1Kor 15:22-23) - E. Pertanyaan Mengenai Pengumpulan Uang bagi Orang Kudus
(1Kor 16:1-9) - Pengarahan-Pengarahan Akhir
(1Kor 16:10-24)
Matthew Henry: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab)
Korintus adalah sebuah kota Yunani yang terpenting di bagian wilayah khusus Yunani yang disebut Akhaya. Kota ini terletak di atas sebuah daratan me...
- Korintus adalah sebuah kota Yunani yang terpenting di bagian wilayah khusus Yunani yang disebut Akhaya. Kota ini terletak di atas sebuah daratan memanjang sempit yang menghubungkan wilayah semenanjung Peloponesus dengan wilayah Yunani lainnya di bagian Selatan. Kota ini memiliki dua pelabuhan yang berhubungan. Pelabuhan yang pertama terletak di bagian bawah Teluk Korintus yang dinamakan Lekheum, tidak jauh dari pusat kota, dari tempat itu mereka berniaga sampai ke Italia dan negeri-negeri di sebelah Barat lainnya. Pelabuhan satunya terletak di bagian bawah Sinus Saronikus, yang disebut Kengkrea, yang letaknya sedikit lebih jauh, dari tempat itu mereka berdagang ke arah Asia. Melihat keadaan ini, tidak heran kalau Korintus berkembang menjadi sebuah kota perniagaan yang besar dan sangat makmur. Karena kayanya, kota ini cenderung menghasilkan barang-barang mewah dari berbagai jenis, dan tidak heran jika tempat yang begitu terkenal akan kekayaan dan seni itu juga menjadi terkenal akan kebejatannya. Secara khusus kota ini terkenal karena percabulannya. Begitu terkenalnya percabulan di kota itu, sehingga perkataan perempuan Korintus diartikan dalam sebuah pepatah sebagai “pelacur.” Kata korinthiazein, korinthiasesthai, yaitu mempermainkan orang Korintus, maksudnya melacur atau bersundal. Namun, di dalam kota yang cabul inilah Rasul Paulus, oleh berkat Allah atas pekerjaan-pekerjaannya, menanam dan mendirikan sebuah jemaat Kristen, khususnya di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi. Melihat sejarahnya, mungkin sekali ini yang dikisahkan dalam Kisah Para Rasul 18:1-18. Bandingkan dengan beberapa bagian dari surat kerasulan ini, khususnya pasal 12:2, di mana Rasul Paulus berkata kepada mereka, Kamu tahu, bahwa pada waktu kamu belum mengenal Allah, kamu tanpa berpikir ditarik kepada berhala-berhala yang bisu, walaupun sangat mungkin banyak juga orang-orang Yahudi yang bertobat dan percaya kepada Injil ada di antara mereka, sebab kita tahu bahwa Krispus, kepala rumah ibadat itu, menjadi percaya kepada Tuhan bersama-sama dengan seisi rumahnya (Kis. 18:8). Selanjutnya rasul Paulus masih tinggal di kota ini sampai hampir dua tahun lamanya, sebagaimana dijelaskan di dalam Kisah Para Rasul 18:11 dan kemudian bandingkan dengan ayat 18. Pekerjaannya sangat berhasil karena dikuatkan dengan suatu penglihatan ilahi yang meyakinkan dia bahwa Allah memiliki banyak umat di kota ini (Kis. 18:9-10). Ia juga tidak biasa tinggal lama di suatu tempat di mana pelayanannya tidak diterima dan tidak berhasil.
- Beberapa waktu kemudian, setelah ia meninggalkan mereka, ia menulis surat kerasulan ini kepada mereka. Dengan surat tersebut ia hendak mengairi apa yang telah ia tanam dan memperbaiki beberapa kekacauan besar yang terjadi selama ia tidak berada di sana. Kekacauan itu sebagian ditimbulkan oleh kepentingan sejumlah pengajar palsu yang ada di antara mereka, dan sebagian lagi karena pengaruh lama dari perilaku dan pengajaran lama mereka yang sebenarnya belum tersingkir sepenuhnya oleh asas-asas Kristen yang mereka pegang. Dari beberapa kesalahan yang ditegur oleh Rasul Paulus, sangat jelas kelihatan bagaimana kemakmuran mereka berperan dalam menghancurkan akhlak mereka. Kesombongan, ketamakan, kemewahan, dan hawa nafsu (turunan alamiah dari pikiran duniawi dan rusak), semuanya disuburkan dan didorong oleh kekayaan jasmaniah. Dengan semua ini seluruh jemaat atau beberapa orang tertentu di antara mereka ditegur oleh Rasul Paulus. Kesombongan mereka terungkap dengan sendirinya di dalam pesta-pesta dan kelompok-kelompok mereka, serta ketidaktertiban mereka yang terkenal buruk di dalam menggunakan karunia-karunia rohaniah mereka. Kebejatan ini tidak sepenuhnya disuburkan oleh kemakmuran mereka, tetapi juga oleh pikiran mereka yang dipengaruhi oleh pengajaran dan filsafat Yunani. Beberapa naskah kuno menunjukkan kepada kita bahwa kota ini dipenuhi oleh orang-orang ahli pidato dan ahli-ahli filsafat. Orang-orang ini dari sifat pembawaannya itu sudah melakukan kesia-siaan, penuh dengan kesombongan diri, dan suka me rendahkan ajaran Injil yang sudah sangat jelas, karena dianggap tidak dapat memuaskan rasa ingin tahu dan watak mereka yang suka berbantah, serta tidak dapat menyenangkan telinga mereka dengan pidato-pidato yang berseni disertai aliran kata-kata yang indah. Keserakahan mereka diwujudkan di dalam berbagai gugatan hukum dan tuntutan perkara tentang meum – hakku, dan tuum – hakmu, di hadapan hakim-hakim yang tidak mengenal Allah. Kemewahan mereka tampak dalam berbagai hal, di dalam pakaian-pakaian mereka, di dalam pesta makan minum mereka yang berlebihan, bahkan juga di dalam perjamuan Tuhan yang mereka selenggarakan, karena orang-orang kaya, yang lemah dalam perkara ini, juga bersalah, sebab dengan berbuat begitu mereka dengan angkuh telah menghina dan berbuat jahat terhadap saudara-saudara mereka yang miskin. Hawa nafsu mereka bahkan merebak di dalam perbuatan yang paling mencolok dan keji, yang belum pernah disebut-sebut di antara bangsa-bangsa lain, tidak pernah dibicarakan tanpa diikuti oleh rasa kebencian, yaitu bahwa ada seorang laki-laki yang hidup dengan istri ayahnya, sebagai istrinya, atau melakukan perbuatan cabul dengan perempuan itu. Tampaknya hal ini memang merupakan kesalahan dari satu orang tertentu, namun jemaat secara keseluruhan disalahkan karena tidak menunjukkan rasa kebencian yang mendalam terhadap perbuatan itu, sehingga jemaat membiarkan begitu saja kejahatan akhlak yang sangat rusak dan perilaku yang begitu memalukan di antara mereka. Keterlibatan mereka di dalam dosa orang ini akan menjadi semakin besar, seperti yang dituliskan di dalam beberapa naskah kuno, jika mereka berbangga diri dengan pengajaran dan kefasihan orang yang melakukan percabulan dengan anggota keluarga sendiri itu. Tampak jelas dari bagian-bagian lain surat kerasulan ini bahwa mereka tidak sepenuhnya bebas dari kecenderungan lama mereka untuk berbuat cabul, sehingga merasa tidak perlu terlampau ketat untuk berjaga-jaga dan menegur percabulan itu dengan keras (lihat 6:9-20). Kesombongan atas pengetahuan mereka juga membawa banyak orang di antara mereka untuk menjadi tidak percaya dan membantah pengajaran mengenai kebangkitan. Sangat mungkin bahwa mereka memperlakukan pertanyaan ini sebagai suatu bahan perdebatan, seperti yang banyak mereka lakukan dalam berfilsafat, dan menguji keterampilan mereka dengan memperdebatkannya untuk mendukung dan menentang.
- Dari banyak hal yang dinyatakan di sini, tampak bahwa ada banyak hal yang memang pantas untuk dicela dan perlu diperbaiki di dalam jemaat ini. Di bawah tuntunan dan pengaruh Roh Kudus, Rasul Paulus menempatkan dirinya untuk melakukan kedua hal itu dengan kebijaksanaan dan kesetiaan sepenuhnya, serta dengan campuran kelemahlembutan dan kewenangan yang semestinya, seperti layaknya seorang yang begitu ditinggikan dan menduduki kedudukan yang penting di dalam jemaat. Setelah pendahuluan yang singkat di bagian permulaan surat kerasulan ini, pertama-tama Rasul Paulus menegur adanya perselisihan dan perpecahan di antara mereka, menjelaskan asal-usul dan sumbernya, menunjukkan kepada mereka betapa sombong dan sia-sianya kebohongan ilmu dan pengetahuan serta kefasihan lidah dari rayuan pengajar-pengajar palsu yang turut menimbulkan perpecahan yang memalukan itu. Ia juga meminta perlunya kepatuhan kepada perintah-perintah ilahi, pengajaran Allah melalui Roh-Nya, baik melalui pewahyuan dari luar maupun pencerahan dari dalam sebagai penangkal terhadap kejahatan yang memenuhi mereka. Paulus menunjukkan kesia-siaan dari ilmu pengetahuan dan kefasihan mereka dalam banyak hal. Ini ia lakukan melalui empat pasal pertama. Pada pasal yang kelima, ia membicarakan perkara orang yang berbuat cabul dengan anggota keluarganya, dan memerintahkan supaya orang itu dijauhkan dari antara mereka. Seperti yang dikatakan berbagai catatan kuno, sangatlah mungkin bahwa orang yang berbuat cabul ini adalah seorang pembesar dan menjadi kepala dari salah satu kelompok yang setidaknya ada di antara mereka. Tampaknya Rasul Paulus menuduh mereka merasa bangga dengan perbuatan orang ini (ay. 2). Di dalam pasal yang keenam Rasul Paulus menyalahkan tindakan mereka yang membawa tuntutan-tuntutan hukum ke hadapan hakim-hakim yang tidak mengenal Allah, sementara perselisihan mereka mengenai harta milik sebenarnya dapat diputuskan dengan baik di antara mereka sendiri. Di dalam bagian penutup pasal ini ia memperingatkan mereka akan dosa percabulan, dan ia mendesakkan peringatan-peringatannya dengan berbagai pesan. Di dalam pasal yang ketujuh, ia memberikan nasihat atas sebuah perkara yang menyangkut hati nurani, yang pernah ditanyakan oleh beberapa orang dari jemaat itu di dalam sebuah surat, yaitu mengenai perkawinan. Ia menunjukkan bahwa perkawinan telah ditentukan oleh Allah sebagai penangkal terhadap percabulan, bahwa ikatan perkawinan itu tidak boleh dibatalkan, walaupun seorang suami atau istri tetap menjadi orang yang tidak percaya kepada Allah, sementara pasangannya telah menjadi seorang Kristen. Singkatnya, Kekristenan tidak melakukan perubahan atas keadaan dan hubungan hak perseorangan. Di sini ia juga memberikan beberapa petunjuk mengenai para gadis, sebagai jawaban atas pertanya-an-pertanyaan orang Korintus. Di dalam pasal yang kedelapan ia mengatur mereka tentang daging yang dipersembahkan kepada berhala, dan memperingatkan mereka supaya tidak menyalahgunakan kebebasan Kristen mereka. Dari hal ini ia juga mengambil kesempatan untuk sedikit membicarakan pengaturannya sendiri atas pokok bahasan mengenai kebebasan ini. Sebab, walaupun ia dapat menuntut biaya hidup dari jemaat-jemaat yang ia layani, ia melepaskan haknya atas tuntutan ini, supaya ia boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan di samping itu mematuhi dan menyesuaikan diri dengan perasaan dan keadaan orang-orang yang ia layani, demi kebaikan mereka. Pada pasal yang kesepuluh, sesuai dengan contoh yang diambil dari orang-orang Yahudi, ia melarang mereka supaya jangan menjalin persekutuan dengan para penyembah berhala dengan cara memakan persembahan-persembahan mereka. Sebab pada waktu yang bersamaan mereka tidak dapat memperoleh bagian dalam perjamuan Tuhan dan sekaligus juga dalam perjamuan roh-roh jahat. Memang mereka tidak perlu mempersoalkan daging yang dijual di pasar daging, atau atas segala sesuatu yang dihidangkan di hadapan mereka dalam pesta yang diadakan oleh orang-orang yang tidak percaya, apakah makanan itu merupakan bagian dari persembahan kepada berhala atau tidak, mereka bebas untuk makan tanpa bertanya mengenai itu. Di dalam pasal yang kesebelas ia memberi petunjuk mengenai kebiasaan mereka di dalam kebaktian umum, menyalahkan ketidakteraturan dan kekacauan mereka yang memalukan dalam menerima perjamuan Tuhan. Dengan sungguh-sungguh ia memperingatkan mereka akan penyalahgunaan ketetapan yang sangat kudus ini. Di dalam pasal kedua belas ia membahas karunia-karunia Roh, yang dicurahkan dengan limpah kepada jemaat ini, di mana tidak sedikit mereka merasa ditinggikan. Di dalam pasal ini ia memberi tahu mereka bahwa semua karunia berasal dari sumber yang sama, dan semuanya ditujukan kepada maksud yang sama. Karunia-karunia itu datang dari Roh yang satu dan dimaksudkan untuk mendatangkan kebaikan bagi jemaat, dan jika tidak dipakai untuk melayani sesuai dengan tujuan ini, berarti karunia itu telah disalahgunakan. Pada bagian penutup pasal ini ia memberitahukan mereka bahwa karunia-karunia itu memang sesungguhnya adalah karunia yang sangat berharga, namun ia menunjukkan kepada mereka sesuatu yang jauh lebih utama lagi, yang ia uraikan di dalam pasal ketiga belas, untuk memuji dan menghargai perbuatan kasih. Dan kemudian, di dalam pasal keempat belas ia mengajarkan kepada mereka bagaimana menjaga kesopanan dan ketertiban di dalam jemaat di dalam menggunakan karunia-karunia Roh mereka, yang tampaknya telah menjadi sangat kacau karena kesombongan mereka atas karunia-karunia itu dan kesia-siaan yang mereka lakukan dengan cara memamerkan semua karunia itu. Pasal kelima belas digunakan untuk menegaskan dan menjelaskan pengajaran yang agung mengenai kebangkitan. Pasal terakhir terdiri atas beberapa nasihat khusus dan salam, dan dengan demikian surat kerasulan ini ditutup.
Jerusalem: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) SURAT PERTAMA RASUL PAULUS KEPADA UMAT KORINTUS
KATA PENGANTAR
Kota Korintus jang termasjhur dalam sedjarah Junani kuno, musna dari bumi
dalam perang ...
SURAT PERTAMA RASUL PAULUS KEPADA UMAT KORINTUS
KATA PENGANTAR
Kota Korintus jang termasjhur dalam sedjarah Junani kuno, musna dari bumi dalam perang dengan orang Roma, dalam tahun 146 seb. Kr. Dalam tahun 44 ia dilahirkan kembali oleh kaisar Sesar sebagai suatu kolonisasi Romawi, tempat menampung para bekas pradjurit.
Letaknja pada genting tanah, hanja 8 km lebarnja, jang menghubung Semenandjung Peloponesus dengan daratan Junani, dengan pelabuhan jang baik disebelah-menjebelah genting tanah itu, membuat kota itu mendjadi pusat lalu- lintas Laut-Tengah dan kota dagang jang ramai. Pemerintahan Roma mengangkatnja mendjadi ibu kota propinsi Achaja. Dizaman Paulus penduduknja kira-kira 600.000 orang, sebagian besar terdiri dari orang-orang Romawi dan Junani, tetapi terdapat golongan-golongan dari hampir segala bangsa keliling Laut-Tengah. Golongan Jahudi rupanja sangat besar djuga. Tidak ada penduduk asli, melainkan semua pendatang, sehingga segenap penduduk merupakan suatu tjampuran pelbagai bangsa dan persatuan kemasjarakatan longgar sadja. Tiap-tiap golongan ada agamanja dan memelihara kebudajaannja sendiri.
Susunan sosialpun aneh. Dua pertiga dari penduduk terdiri dari budak-belian atau bekas budak-belian. Rakjat djelata jang lain umumnja miskin pula. Djumlah orang-orang kaja tidak besar.
Kota ini dewasa itu terkenal djuga dimana-mana sebagai jang paling buruk achlaknja dalam segala bidang. Perajaan ibadat kepada Afrodite, dewi agung kota itu, jang tiap-tiap hari dilakukan, setjara resmi bergandengan dengan pertjabulan umum. Dapat dimengerti bahwa Paulus, ketika ia tiba disitu dalam tahun 50 atau 51, lalu dari dekat mengenal kerendahan taraf kesusilaan itu, harapannja akan berhasil disini sangat ketjil. Rupanja perlu Kristus sendiri menabahkannja. Pada suatu malam Tuhan menampakkan diri kepadanja serta berkata: djangan engkau takut-takut; berbitjaralah dan djangan mendiamkan diri; Aku tetap sertamu; tak seorangpun jang akan berhasil berbuat djahat padamu; sebab kaum milikku dikota ini djumlahnja banjak sekali (Kis. Ras. 18:9). Lalu Paulus tinggal kira-kira 18 bulan. Pada golongan Jahudi ia berhasil sedikit sekali, tetapi dari golongan-golongan lain, chususnja dari orang Junani "banjak jang pertjaja dan dipermandikan" (Kis. Ras.18:8). Umat berkembang pesat dan kegiatan serta semangat iman nampak baik sekali. Paulus dibantu oleh Silas dan Timoteus.
Tentang perkundjungan Paulus jang pertama kepada Korintus dan terdirinja umat disitu batjalah Kis. Ras. 18:1-17. Perkembangan umat selandjutnja dan chususnja perkembangan batiniah, kita akan saksikan dalam membatja kedua surat kepada umat itu, jang ditulis 6 dan 7 tahun sesudah umat mulai didirikan.
Sesudah Paulus meninggalkan Korintus, datang disitu seorang bernama Apolos sebagai pengadjar Indjil. Ia seorang Jahudi jang lahir dan dididik di Aleksandria, berpendidikan tinggi, pandai berpidato dan mahir dalam Kitab Kudus. la sudah tahu banjak tentang Kristus dan Indjil, tetapi hanja dipermandikan dengan permandian Joanes Pemandi. Ia tiba di Efesus ketika Paulus tidak ada disitu, tetapi mempeladjari Indjil lebih luas dan dalam pada Priskila dan Akuila, dan dipermandikan disitu. Lalu ia pergi mengadjar ke Korintus. Batja Kis. Ras. 18: 23-28.
Karena kemahirannja dan keindahan gaja bitjaranja, orang-orang Korintus merasa amat tertarik kepadanja. Ia berhasil mejakinkan baik orang Jahudi maupun penduduk-penduduk lain, sampai banjak bertobat.
Sementara itu Paulus memulai perdjalanannja jang ketiga dalam tahun 54. Kira- kira dalam tahun 55 ia sampai ke Efesus dan menetap disitu 2 atau 3 tahun. Apolos pergi bertemu dengan dia disitu, tentu untuk memberi laporan tentang pekerdjaannja dan keadaan umat di Korintus. Dari I Kor. 5:9-13 dapat diduga, bahwa waktu itu Paulus sudah menulis satu surat kepada umat itu, jang tidak tersimpan.
Kemudian, dalam tahun 56 atau permulaan 57, datang suatu utusan dari umat Korintus ke Efesus untuk memperbintjangkan kesulitan-kesulitan dalam umat dan mengantar suatu surat dengan persoalan-persoalan untuk dipetjahkan dengan resmi oleh Paulus. Hal itu mendjadi alasan bagi Paulus untuk menulis surat jang berdjudul "Surat pertama R.P. kepada umat Korintus", singkatnja: I Kor. Surat ini kaja berisi dan penting sekali, karena didalamnja beberapa misteri pokok dibitjarakan setjara luas dan mendalam. Paulus berbitjara sebagai "gembala sedjati" atas nama Kristus kepada umat Kristus, karena tjintanja kepada Kristus dan umat. Djiwa Kristus jang telah mendjadi djiwa Paulus mendjiwai seluruh surat, dan tak boleh tidah mendjiwai tiap pembatja jang berminat.
Surat ini mendjadi pedoman tak ternilai bagi pimpinan Geredja untuk segala abad, dan bagi masing-masing pribadi mendjadi sumber pengetahuan dan pengertian jang mendalam, lagi dorongan untuk menghajati Indjil dalam tjinta murni kepada Allah, Kristus dan sesama manusia. Seperti Paulus didorong oleh tjinta Kristus, demikian pembatja merasa terdorong oleh tjinta Kristus jang hidup dalam Paulus. Tidak mengherankan bahwa umat jang begitu pesat tumbuhnja menundjukkan lagi tjiri-tjiri kekanak-kanakan dan keremadjaan. Tak mungkin matang dalam keseluruhannja dalam kira-kira 5 tahun.
Biarpun Roh Kudus melimpah-limpahkan kurnia-kurnia jang istimewa kepada umat ini, adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil tidak segera meresap dalam-dalam sampai segala tjara berpikir, perasaan dan kebiasaan kafir melenjap sampai dengan akarnja. Kita akan menjaksikan itu dalam membatja surat, dan tentu dengan banjak faedah bagi diri kita sendiri, setjara meluas dan memperdalam pandangan kita, untuk mengetahui bagaimana patut dan dapat kita mewudjudkan tjita-tjita Indjil dengan sempurna.
Tidak perlu kami memaparkan disini hal-hal itu dalam perintjian- perintjiannja.
TFTWMS: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) PASAL 9 PERBUDAKAN YANG BERTANGGUNG JAWAB
Orang-orang di Korintus yang mencoba untuk membenarkan praktik makan daging yang dipersembahkan kepada berh...
PASAL 9 PERBUDAKAN YANG BERTANGGUNG JAWAB
Orang-orang di Korintus yang mencoba untuk membenarkan praktik makan daging yang dipersembahkan kepada berhala mengunakan dua pendekatan. Pertama, mereka mengacu kepada pengetahuan. Bagian penting penyembahan berhala, kata mereka, adalah niat. Untuk terlibat dalam penyembahan berhala, mereka beranggapan bahwa seorang penyembah harus percaya pada keberadaan obyek sembahannya. Mereka berpendapat bahwa penyembahan berhala adalah tindakan pikiran, bukan tindakan tubuh.
Kedua, mereka yang mempertanyakan Paulus berkeras bahwa larangan makan daging yang dipersembahkan kepada berhala di kuil berhala adalah pembatasan yang tidak perlu terhadap kebebasan mereka. Kebebasan berada pada urutan paling atas pada daftar nilai-nilai Kristen. Yesus menentang orang-orang Farisi atas kebebasan-Nya untuk makan dengan orang-orang berdosa (Mat. 9:10-13). Petrus membela dirinya ketika dikecam oleh orang-orang Kristen Yahudi di Yerusalem karena makan dengan "orang-orang yang tidak bersunat" (Kisah 11:3). Paulus menegaskan bahwa orang Kristen telah dibebaskan dari batasan-batasan ritual hukum Taurat (Gal. 5:1). Saudara-saudara di Korintus yang berpartisipasi dalam ritual pagan di kuil-kuil berhala berpendapat bahwa mereka bebas dari bahaya penyembahan berhala apa saja, karena mereka tahu dewa-dewa palsu itu tidak ada. Mereka mempertahankan bahwa orang yang mendefinisikan berhala secara berbeda dari yang mereka definisikan tidak dapat membatasi kebebasan mereka.
Paulus menangani argumen pertama dengan menolak definisi penyembahan berhala dari para pengkritiknya. Sebesar apa pun pengetahuan, katanya, tidak dapat meniadakan yang sudah jelas. Ketika orang datang ke tempat sakral berhala, menyaksikan para imam mengorbankan binatang untuk suatu dewa, duduk bersama para jamaah di perjamuan berhala, dan ikut makan bersama mereka, apa yang mereka lakukan adalah musyrik. Sebesar apa pun pengekangan mental atau definisi cerdas tidak dapat merubah hal itu. Apa yang orang lakukan dalam tubuh ia lakukan sebagai kese-luruhan dirinya. Argumen Paulus itu masuk akal; itu konsisten dengan apa yang telah ia ajarkan selama ini. Sebelumnya rasul itu telah mengulas bahwa orang Kristen telah dibasuh dan dikuduskan. Tubuhmu, ia berpendapat, adalah anggota Kristus. Sebagaimana tidak ada pendefinisian ulang yang cerdas atas percabulan, tidak ada acuan kepada pengetahuan, tidak ada pertindihan rohani dan jasmani, yang membenarkan menyatunya diri seseorang dengan seorang pelacur (6:11-15), begitu juga tidak ada acuan kepada pengetahuan, tidak ada pengekangan mental, yang dapat merubah penyembahan berhala dari apa yang jelas-jelas penyembahan berhala. Ketika orang duduk di samping para penyembah berhala dan melakukan apa yang mereka lakukan, ia menyembah bersama mereka. Ia berbagi kemuliaan berdaulat milik Allah sejati dengan berhala. Pembenaran perilaku atas dasar pengekangan mental adalah antinomianisme. Dalam pemikiran seperti itu, perbuatan apa pun bukan pelanggaran hukum.
Mereka yang ingin berpegang pada manfaat sosial dan ekonomi dengan menghadiri makan di kuil-kuil berhala berkeberatan atas pembatasan kebebasan mereka. Rasul itu menjawab bahwa kebebasan Kristen mensyaratkan penerapan perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima sebagaimana yang telah Allah definisikan. Ketika perilaku seseorang mengancam perdamaian dan kekuatan rohani gereja— komunitas orang percaya—perilaku itu salah. Ia sebelumnya telah menegaskan bahwa orang Kristen berbuat baik ketika ia membiarkan dirinya dirugikan daripada memperkarakan kasusnya untuk melawan saudaranya seiman (6:7). Ketika Paulus mengulas bahwa duduk dalam perjamuan berhala adalah batu sandungan bagi saudara-saudara yang lemah, maka praktik itu salah, terlepas dari bagaimana orang itu dapat mempertahankan itu sebaliknya. Bahkan jika lawan-lawannya memang benar dalam acuan mereka kepada pengetahuan, kebebasan Kristen bukan pembenaran untuk merusak iman saudara-saudari yang tidak memiliki kedewasaan rohani.
TFTWMS: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) PENERAPAN(1 KORINTUS 9)
Hak Untuk Melupakan Kebebasan
Biasanya, orang menuntut kemerdekaan untuk mempraktikkannya. Ketika warga Afro-Amerika dan kau...
PENERAPAN(1 KORINTUS 9)
Hak Untuk Melupakan Kebebasan
Biasanya, orang menuntut kemerdekaan untuk mempraktikkannya. Ketika warga Afro-Amerika dan kaum perempuan memperoleh hak untuk memberikan suara dalam pemilihan umum di Amerika, mereka mempraktikkannya. Sedikit orang yang siap untuk berjuang dan mati demi hak yang diberikan hanya dalam teori. Apakah guna hak yang orang tidak praktikkan? Namun demikian, Paulus dengan penuh semangat membela kebebasan yang ia pilih untuk tidak ia gunakan. Orang Kristen bebas untuk disunat atau tidak disunat, katanya (Gal. 5:6); tapi karena tidak bersunat bisa sudah menutup pintu kesempatan bagi pembe-ritaan Kristus, maka Paulus menyuruh Timotius disunat (Kisah 16:3). Rasul Paulus mengklaim hak untuk menerima bantuan keuangan (1 Kor. 9:14; Gal. 6:6), namun ia menolak untuk menerima bantuan materi dari gereja Korintus itu (1 Kor. 9:12). Paulus menuntut hak-hak yang ia tidak berniat untuk menggunakannya.
Pada inti diskusi Paulus dalam pasal 8 dan 9 terdapat desakan oleh saudara-saudara di Korintus bahwa mereka memiliki hak untuk makan daging yang telah dikorbankan kepada berhala. Paulus mengakui bahwa daging yang dibeli di pasar belum secara rohani dicemarkan lewat cara dipersembahkan kepada berhala (10:25); namun begitu, rasul itu dengan tegas mengatakan bahwa makan daging di kuil berhala sebagai bagian dari ritus memuji ilah palsu adalah dosa (lihat 10:21). Tidak ada iman atau pengetahuan yang dapat mengubah tindakan seperti apa yang terlihat itu: penyembahan berhala. Selain itu, Paulus menunjuk kepada pengaruh negatif yang orang Kristen mungkin miliki terhadap orang lain dengan makan dalam perjamuan berhala. Bahkan jika orang Kristen itu dapat menghindari penyembahan berhala sambil makan di kuil berhala, ia tetap masih mendorong orang Kristen yang lemah untuk berbuat dosa (8:9). Orang Kristen yang kuat harus bersedia melupakan kebebasannya demi saudaranya yang lemah.
Orang Kristen saat ini mungkin memiliki dilema yang sama. Kapankah orang harus melepaskan haknya demi hati nurani saudaranya yang lemah, dan kapankah ia harus menolak untuk diikat oleh tradisi orang lain? Jawaban Alkitab adalah bahwa hal itu tergantung pada keadaan. Para pengikut Yesus makan dengan tangan kotor; mereka harus jangan dipaksa untuk menjalankan upacara pembasuhan yang dipaksakan manusia hanya untuk jangan sampai menyinggung orang-orang Farisi (Mat. 15:2; Mrk. 7:5). Memang mustahil untuk hidup berdasarkan hati nurani setiap orang yang kita jumpai sehari-hari. Namun begitu, dalam beberapa kasus, ketika kita tahu ketulusan sesama orang Kristen dalam cara ia menafsirkan Alkitab, kita harus bersedia untuk melepaskan hak-hak tertentu daripada menuntut hak-hak kita dan menyebabkan saudara itu tersandung.
Perkawinan Adalah Terhormat
Memang hampir bukan hal yang luar biasa bagi asketisme untuk muncul di dalam denominasi dengan cara yang tidak pantas. Selibat dapat menjadi bentuk asketisme. Tanpa perintah Alkitab beberapa orang berpendapat bahwa hubungan seks pada dasarnya kurang suci daripada kehidupan selibat. Argumennya mengatakan bahwa orang Kristen bisa berpuasa dan dengan cara itu menolak makanan untuk dirinya bagi pertumbuhan rohani, begitu juga halnya penolakan kenikmatan seks dapat menimbulkan pertumbuhan rohani. Selama berabad-abad, Katholik Roma telah memerintahkan hidup selibat bagi para imamnya. Sebaliknya, penulis kitab Ibrani menulis, "Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah" (Ibr. 13:4). Paulus menempatkan orang-orang yang melarang perkawinan di tengah-tengah mereka yang telah menyangkal iman (1 Tim. 4:1-3). Selain itu, ia menulis dalam 1 Korintus 9:5 "Tidakkah kami mempunyai hak untuk membawa seorang isteri Kristen, dalam perjalanan kami, seperti yang dilakukan rasul-rasul lain dan saudara-saudara Tuhan dan Kefas?" Alkitab tidak mendukung mereka yang mengklaim bahwa kehidupan selibat lebih unggul secara rohani daripada kehidupan kawin.
Pekerja Mendapatkan Upahnya
Seorang pemberita injil mendapatkan dirinya dalam posisi canggung setelah bekerja dengan suatu jemaat lokal untuk alasan yang tidak terkait dengan imbalan uang, namun begitu ia butuh sokongan finansial dari gereja itu untuk memberi makan keluarganya. Terdapat banyak ajaran Alkitab dan contoh-contoh sebelumnya tentang bantuan keuangan bagi para pekerja di dalam kerajaan Allah. Paulus mengutip kata-kata Musa, "Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik" (Ula. 25:4), untuk menyatakan bahwa seorang rasul atau seorang penatua yang berjerih payah bagi jiwa-jiwa manusia harus menerima bantuan materi bagi usahanya itu (1 Kor. 9:9; 1 Tim. 5:18). Selain itu, argumen Paulus itu berlaku dengan tekanan yang sama kepada para penginjil atau orang lain yang juga berjerih payah untuk kepentingan kerajaan itu. Dalam 1 Timotius 5:18, Paulus mengutip sebuah pernyataan yang Yesus buat ketika Ia mengutus Dua Belas rasul pada amanat terbatas mereka: "seorang pekerja patut mendapat upahnya" (lihat Mat. 10:10). Kepada gereja Galatia, rasul itu menulis, "Dan baiklah dia, yang menerima pengajaran dalam Firman, membagi segala sesuatu yang ada padanya dengan orang yang memberikan pengajaran itu" (Gal. 6:6). Paulus menyatakan penghargaannya kepada gereja di Filipi untuk bantuan mereka (Flp. 4:15; lihat 2 Kor. 11:9).
Di dalam Kitab Suci ada banyak contoh tentang memberikan bantuan materi kepada pemberita injil, tetapi rinciannya tergantung pada pilihan bijaksana dari orang-orang yang menyediakan bantuan itu. Mereka yang bekerja di gereja bukanlah jenis pekerja sewaan. Seorang pemberita injil yang bekerja hanya untuk bayaran mengingatkan perbedaan yang Yesus buat antara gembala dan orang sewaan (Yoh. 10:11, 12). Setiap pekerja penuh waktu di dalam Kerajaan Allah perlu memeriksa jiwanya. Orang yang memberikan hidupnya untuk memberitakan Kristus akan merugikan Tuhan dan umat-Nya jika ia terus-menerus meminta gaji yang lebih tinggi atau kondisi yang lebih nyaman. Pada saat yang sama, ia secara sempurna berhak menuntut gaji yang memadai untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Gereja memiliki kewajiban untuk memberikan perlakuan yang adil bagi mereka yang mencurahkan waktu dan tenaga mereka untuk menyebarkan Injil. Paulus membuat jelas hal ini: "Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu" (1 Kor. 9:14). Apa yang dimaksud dengan "perlakuan yang adil" adalah keputusan untuk dibuat oleh setiap jemaat. Biasanya, pemberita injil harus jangan memiliki gaji yang paling menguntungkan maupun yang paling tidak memadai di dalam gereja itu. Tenaga, kemampuan alami, pelatihan, stabilitas, teladan, dan pengetahuan pemberita injil perlu semuanya dipertimbangkan ketika besaran gajinya ditetapkan.
Pilihan seseorang untuk melayani Kristus dan gereja-Nya secara penuh waktu tidak menjamin keserakahan akan berhenti beroperasi di dalam hatinya. Ada beberapa godaan yang sifat meresap dan melumpuhkannya sama dengan keserakahan bagi roh manusia. Pada intinya, itu adalah kurangnya iman. Keserakahan merampas kasih Allah dan memberikan kasih kepada hal-hal yang tidak memuaskan.
Penggunaan Kitab Suci Secara Kiasan
Diskusi Paulus dalam 9:8, 9 menunjukkan bahwa, sebagai seorang rasul yang terilham, ia memiliki kuasa untuk mengambil satu nas dari Perjanjian Lama dan memberikan arti kiasan. Namun begitu, apakah umat Kristen zaman kini dapat menerima untuk mengambil pernyataan Alkitab di luar konteksnya dan menerapkannya kepada satu hal yang tidak ada kaitannya? Kita mungkin dapat menyimpulkan sebanyak ini: Penggunaan Kitab Suci secara kiasan di zaman kini rentan terhadap pendapat penafsir. Aman untuk menyimpulkan bahwa orang Kristen harus jangan melangkah lebih jauh daripada penulis Alkitab itu sendiri dalam menggunakan sebuah kiasan.
TFTWMS: 1 Korintus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 David E. Garland, 1 Corinthians, Baker Exegetical Commentary on the New Testament (Grand Rapids, Mich.: Baker Academic, 2003), 405...
Catatan Akhir:
- 1 David E. Garland, 1 Corinthians, Baker Exegetical Commentary on the New Testament (Grand Rapids, Mich.: Baker Academic, 2003), 405.
- 2 Bentuk kata untuk "rasul" ( aÓpo/stoloß, apostolos ) diterjemahkan "utusan jemaat-jemaat" dalam 2 Korintus 8:23 "utus[an]" dalam Filipi 2:25.
- 3 John Painter, Just James: The Brother of Jesus in History and Tradition, 2nd ed. (Columbia, S.C.: University of South Carolina Press, 2004), 159-81.
- 4 Sumber-sumber Yunani-Romawi menunjukkan bahwa tenaga kerja tidak dipandang rendah secara universal. Teks-teks itu tidak menyebutkan bahwa biasanya orang-orang kayalah yang memuji kerja orang lain yang melayani mereka dengan baik. (Robert M. Grant, Early Christianity and Society [London: Collins, 1977], 66-95.)
- 5 Sebuah ringkasan singkat tentang para imam di dunia Yunani-Romawi muncul dalam karya Everett Ferguson, Backgrounds of Early Christianity (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1987), 141-43.
- 6 Garland, 415.
- 7 Rudolf Bultmann, " kauca÷omai," dalam Theological Dictionary of the New Testament, ed. Gerhard Kittel, trans. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1965), 3:645-54.
- 8 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3rd ed., rev. and ed. Frederick William Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 313.
- 9 Herman Ridderbos, Paul: An Outline of His Theology, trans. John Richard DeWitt (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1975), 284-86.
- 10 Ben Witherington III, Conflict and Community in Corinth: A Socio-Rhetorical Commentary on 1 and 2 Corinthians (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1995), 213.
- 11 P. T. O'Brien, Gospel and Mission in the Writings of Paul: An Exegetical and Theological Analysis (Grand Rapids, Mich.: Baker Books, 1995), 96.
Pengarang: Duane Warden
Hak Cipta © 2017 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 52
BIS: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS YANG PERTAMA KEPADA JEMAAT DI KORINTUS
PENGANTAR
Surat Paulus Yang Pertama Kepada Jemaat di Korintus ditulis untuk membahas
persoalan-p
SURAT PAULUS YANG PERTAMA KEPADA JEMAAT DI KORINTUS
PENGANTAR
Surat Paulus Yang Pertama Kepada Jemaat di Korintus ditulis untuk membahas persoalan-persoalan yang timbul di dalam jemaat yang telah didirikan oleh Paulus di Korintus itu. Persoalan-persoalan tersebut adalah mengenai kehidupan dan kepercayaan Kristen. Pada waktu itu Korintus adalah sebuah kota Yunani, ibukota provinsi Akhaya yang termasuk wilayah pemerintahan Roma. Kota ini, yang penduduknya terdiri dari banyak macam bangsa, terkenal karena kemajuannya dalam perdagangan, kebudayaannya yang tinggi, tetapi juga karena keadaan susilanya yang rendah dan karena adanya bermacam-macam agama di situ.
Yang terutama menjadi pikiran Rasul Paulus ialah persoalan tentang perpecahan dan kebejatan di dalam jemaat, dan tentang persoalan-persoalan seks dan perkawinan, persoalan hati nurani, tata tertib dalam jemaat, karunia-karunia Roh Allah, dan tentang bangkitnya orang mati. Dengan pandangan yang dalam, Paulus menunjukkan bagaimana Kabar Baik dari Allah itu menyoroti persoalan-persoalan tersebut.
Pasal 13 (1Kor 13:1-13) melukiskan ciri-ciri kasih yang sejati. Pasal ini mungkin merupakan pasal yang paling terkenal di antara semua pasal lainnya di buku ini.
Isi
- Pendahuluan
1Kor 1:1-9 - Keretakan dalam gereja
1Kor 1:10-4:21 - Soal seks dan kehidupan keluarga
1Kor 5:1-7:40 - Orang Kristen dan orang yang tidak menyembah Allah
1Kor 8:1-11:1 - Kehidupan jemaat dan ibadah
1Kor 11:2-14:40 - Perihal bangkitnya Kristus dan orang-orang Kristen dari kematian
1Kor 15:1-58 - Sumbangan untuk orang-orang Kristen di Yudea
1Kor 16:1-4 - Hal-hal pribadi dan penutup
1Kor 16:5-24
Ajaran: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Korintus,
dan melakukannya di dalam kehidupan mereka.
Pendahuluan
Pen
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Korintus, dan melakukannya di dalam kehidupan mereka.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 56 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen di kota Korintus. (Dan juga orang-orang Kristen di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab I Korintus terbagi atas 16 pasal. Di dalamnya kita dapat melihat ajaran tentang cara-cara kehidupan anggota gereja.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Korintus
Pasal 1-4 (1Kor 1:1-4:21).
Pengajaran tentang kenyataan bahwa setiap orang Kristen hanyalah milik Tuhan Yesus
Dalam bagian ini Rasul Paulus menegur orang-orang Kristen karena adanya perpecahan dan iri hati atau pertengkaran.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Kor 1:10. _Tanyakan_: Apakah sebabnya terjadi perpecahan di antara jemaat Korintus? Dan apakah yang dikatakan Rasul Paulus tentang perpecahan itu?
- Bacalah pasal 1Kor 3:3. _Tanyakan_: Apakah yang menunjukkan seseorang masih hidup secara duniawi?
- Bacalah pasal 1Kor 4:6. _Tanyakan_: Apakah yang dikatakan Rasul Paulus tentang kesombongan?
Pasal 5-6 (1Kor 5:1-6:20).
Pengajaran tentang kehidupan moral di dalam jemaat
Di dalam bagian ini, Rasul Paulus menjelaskan persoalan yang timbul dalam jemaat karena percabulan dan mencari keadilan pada orang-orang yang tidak beriman.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Kor 5:11-13. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan Allah kepada orang Kristen?
- Bacalah pasal 1Kor 6:6-11. _Tanyakan_: Bagaimanakah perintah Allah?
- Bacalah pasal 1Kor 6:12-20. _Tanyakan_: Mengapakah Rasul Paulus melarang percabulan? Siapakah yang empunya tubuh orang Kristen?
Pasal 7-16 (1Kor 7:1-16:24).
Pengajaran tentang kemerdekaan orang Kristen dan kehidupan dalam ibadah
Di bagian ini, Rasul Paulus menjawab pertanyaan dari jemaat tentang kemerdekaan orang Kristen, sikap dalam kebaktian dan mengenai karunia-karunia Roh, juga tentang kebangkitan orang-orang percaya.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Kor 7:8-13. _Tanyakan_: Bagaimanakah perintah Allah tentang pernikahan? Mengapakah orang Kristen tidak boleh bercerai?
- Bacalah pasal 1Kor 8:8-9. _Tanyakan_: "Apakah makanan membawa seseorang lebih dekat kepada Allah?"
- Bacalah pasal 1Kor 15:12-19. _Tanyakan_: Mengapakah pengakuan akan kebangkitan orang percaya itu penting?
- Bacalah pasal 1Kor 15:57-58. _Tanyakan_: Apakah jerih payah dalam melayani Tuhan Yesus itu sia-sia?
II. Kesimpulan
Melalui Kitab I Korintus, Allah mengajarkan arti kehidupan menjadi murid Tuhan Yesus dan bagaimana kehidupan sebagai orang-orang yang sudah diselamatkan (orang Kristen).
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Kitab I Korintus?
- Apakah tujuan Kitab I Korintus?
- Apakah arti kebangkitan orang percaya dalam iman Kristen?
- Bagaimanakah seharusnya kehidupan orang yang sudah diselamatkan?
Intisari: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) Surat kepada gereja yang terpecah belah
BAGAIMANA GEREJA DI KORINTUS DIMULAI.Paulus pertama kali mengunjungi Korintus pada perjalanan misionarisnya y
Surat kepada gereja yang terpecah belah
BAGAIMANA GEREJA DI KORINTUS DIMULAI.
Paulus pertama kali mengunjungi Korintus pada perjalanan misionarisnya yang kedua (Kis. 18:1). Sejumlah orang Yahudi, termasuk Krispus yang menjadi kepala rumah ibadat, dan banyak orang bukan Yahudi menjadi Kristen. Paulus memulai sebuah sekolah Alkitab untuk mereka, yang letaknya strategis dan mencolok karena berdampingan dengan rumah ibadat (Kis. 18:1-18). Ia tinggal di sana selama delapan belas bulan dan digantikan oleh Apolos sebagai guru Alkitab.
BAGAIMANA BERITA TENTANG GEREJA DI KORINTUS SAMPAI KEPADA PAULUS.
Paulus sedang berada di suatu tempat di Asia (1 Kor. 16:19), mungkin di Efesus (16:8), pada akhir masa perjalanan misionarisnya yang kedua, ketika Stefanus dan dua orang kawannya datang dengan membawa sepucuk surat dari jemaat di Korintus (16:17 dan 7:1).
SEBUAH GEREJA YANG TERPECAH BELAH.
1. Mereka terpecah karena soal kepemimpinan (1:12).
2. Mereka terpecah karena standar moral (5:1-8).
3. Mereka terpecah karena kasus pendakwa dan terdakwa (6:1-8).
4. Mereka terpecah karena kasus orang Kristen yang lemah dan yang kuat (8:7-12).
5. Mereka terpecah antara yang kaya dan yang miskin (11:17-22).
6. Bahkan karunia Roh menjadikan mereka terpecah belah (12:12-26 ).
EMPAT PUCUK SURAT UNTUK JEMAAT KORINTUS?
Rupanya Paulus menulis empat pucuk surat kepada jemaat di Korintus: kita hanya memiliki surat kedua dan yang terakhir.
1. Surat pertama disebut dalam 5:9; "Dalam suratku telah kutuliskan kepadamu". Akan tetapi tidak ada lagi yang dapat kita ketahui mengenai surat itu.
2. Suratnya yang kedua adalah Surat I Korintus kita ini.
3. Surat yang ketiga tampaknya disebut-sebut dalam I I Korintus 2:3, 4 dan seringkali disebut "surat yang sangat menyedihkan". Surat ini boleh jadi I Korintus, tetapi surat itu tidak benar-benar cocok dengan apa yang disebut oleh Paulus sebagai "surat yang sangat menyedihkan".
4. Surat yang keempat adalah Surat 11 Korintus.
PERTANYAAN-PERTANYAAN ANDA TERJAWAB.
I Korintus sangat besar nilainya, karena surat itu menjawab banyak pertanyaan yang banyak ditanyakan dewasa ini:
o Bagaimana sikap yang benar terhadap para pemimpin kita?
o Di mana letak pendidikan dalam kehidupan Kristen?
o Bagaimana tentang disiplin gerejawi?
o Bolehkah Kristen membawa Kristen lain ke pengadilan?
o Bagaimana seharusnya sikap kita terhadap agama-agama lain?
o Apa yang dimaksud dengan kebebasan?
o Bolehkah wanita berdoa di gereja?
o Apa karunia-karunia Roh itu?
o Karunia Roh mana yang paling penting?
o Apa yang terjadi setelah kematian?
Mempelajari surat ini dengan saksama akan mengungkapkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas dan banyak pertanyaan lainnya.
Pesan
Surat ini disusun bagaikan elips dengan dua "titik pusat",bukannya satu.1. Skandal gereja yang terpecah (pasal 1-4) Gereja terpecah ke dalam empat
golongan dengan "nama" yang berbeda-beda:
o Saya golongan Paulus
o Saya golongan Petrus
o Saya golongan Apolos
o Saya golongan Kristus
Bagian mengenai kelemahan dalam pasal 1 mungkin ditujukan kepada apa yang
dikatakan oleh para pengritik tentang Paulus (lihat 2Kor 10:10)
dan bagian tentang hikmat dalam pasal yang sama mungkin ditujukan kepada Apolos
dan pendidikannya (Kis. Kis 18:24). Paulus menggunakan lima sebutan
yang mencolok bagi dirinya dan para pemimpin gereja lainnya untuk menunjukkan
bagaimana seharusnya sikap kita:
o Sebagai pelayan (diakonia). 1Ko 3:5
o Sebagai kawan sekerja. 1Ko 3:9
o Sebagai ahli bangunan. 1Ko 3:10
o Sebagai hamba, pembantu. 1Ko 4:1
o Sebagai orang yang dipercaya. 1Ko 4:1
2. Kebingungan mengenai kebebasan (pasal 8-10)
o Orang Kristen 'yang kuat' berpendapat bahwa mereka bebas memakan makanan dalam
rumah-rumah berhala di Korintus, sekalipun orang Kristen 'yang lemah'
dibingungkan dan dilemahkan oleh perbuatan mereka.
o Wanita-wanita 'yang bebas' merasa boleh menanggalkan kerudung walaupun
sebagian pria Kristen tradisional berpikir bahwa mereka terlalu maju.
Paulus memarahi hal-hal tersebut. Ia mengambil contoh sederhana: haknya untuk
menerima upah bagi pekerjaannya sebagai seorang pengkhotbah.
Ia membuat tujuh argumentasi yang mendukung prinsip membayar pengkhotbah:
o Contoh dari para rasul. 1Ko 9:5
o Ilustrasi tentang seorang prajurit. 1Ko 9:7
o Ilustrasi tentang seorang tukang kebun. 1Ko 9:7
o Ilustrasi tentang seorang gembala. 1Ko 9:7
o Ajaran hukum Taurat. 1Ko 9:8
o Contoh dari para imam di Bait Allah. 1Ko 9:13
o Pengajaran dari Yesus sendiri. 1Ko 9:14
Dan setelah membuktikan haknya atas upah, ia menolak untuk dibayar
(1Ko 9:15). Maksudnya jelas: Walau aku mempunyai hak, tidak berarti
bahwa aku harus menggunakannya.
Dan inilah prinsipnya: 'Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku
menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak
mungkin orang'. (1Ko 9:19)
Penerapan
1. Kepandaian manusia pasti bertentangan dengan hikmat Allah.
2. Orang Kristen yang mengidolakan pemimpin mereka:
o memecah belah gereja o menipu pemimpin mereka o meremehkan Allah
3. Disiplin gereja, yang kini banyak dilupakan:
o memulihkan para pemberontak o memperingatkan mereka yang tidak mantap o menjadi saksi bagi dunia o memuliakan Allah
4. Orang Kristen dibebaskan:
o bukan untuk menyenangkan diri sendiri o tetapi supaya dapat melayani Allah o dan dapat memenangkan orang lain
5. Kebangkitan merupakan hakikat kekristenan.
o kebangkitan BUKAN sebagai pilihan tambahan
Tema-tema Kunci
o Bacalah dengan saksama 1Ko 1:17 sampai 1Ko 2:13, dancatatlah hal-hal yang berhubungan dengan hikmat, kuasa, kebodohan atau
kelemahan. Paulus menggunakan masing-masing ini dalam dua cara: sebagaimana
dilihat oleh manusia dan sebagaimana Allah melihatnya. Coba jelaskan semua
pokok ini.
o Dalam pasal 5 dan 6 Paulus mulai mengajukan tujuh pertanyaan dengan 'Tidak tahukah kamu?':
- sedikit ragi mengkhamiri seluruh adonan. 1Ko 5:6
- orang kudus akan menghakimi dunia. 1Ko 6:2
- kita akan menghakimi malaikat-malaikat. 1Ko 6:3
- orang-orang yang tidak benar tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. 1Ko 6:9
- tubuhmu adalah anggota Kristus. 1Ko 6:15
- siapa yang mengikatkan dirinya dengan pelacur, menjadi satu tubuh dengan dia. 1Ko 6:16
- tubuhmu adalah bait Roh Kudus. 1Ko 6:19
Atas dasar apa Paulus berharap agar orang Kristen di Korintus mengetahui
ketujuh prinsip ini? Jika kita tahu ketujuh prinsip ini, apa pengaruhnya atas
tingkah laku kita?
o Empat dasar injil. Dalam 1Ko 15:3-5 Paulus mempersingkat Injil menjadi empat dasar pengajaran.
1. Kristus mati untuk dosa-dosa kita sesuai dengan apa yang tertulis dalam kitab suci.
2. Ia dikuburkan.
3. Ia dibangkitkan pada hari ketiga sesuai dengan apa yang tertulis dalam kitab suci.
4. Ia menampakkan diri...
Selidikilah dalam seluruh Perjanjian Lama dan tunjukkan bahwa Kristus mati
untuk dosa-dosa kita sesuai dengan kitab suci dan bahwa Kristus dibangkitkan
pada hari ketiga sesuai dengan kitab suci.
o Pasal 15 mengenai kebangkitan. Apa konsekuensi dari kepercayaan yang tidak
mengakui adanya kebangkitan (ayat 12-19)?
Perhatikan tiga pasangan yang mencolok yang ditunjukkan oleh Paulus dalam ayat
45-49:
1. Adam pertama dan Adam terakhir.
2. Manusia pertama dan Manusia kedua.
3. Manusia dari debu dan Manusia dari surga.
Mengapa Yesus dikatakan Adam terakhir, tetapi Manusia kedua? (Pelajarilah
dengan saksama Rom 5:6-21 untuk lebih mendalami hal yang sangat
kontras antara Adam dan Kristus).
Garis Besar Intisari: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) [1] PENGANTAR 1Ko 1:1-9
1Ko 1:1-3Salam
1Ko 1:4-9Beberapa komentar yang mengejutkan
[2] SKANDAL GEREJA YANG TERPECAH 1Ko 1:10-4:21
1Ko 1:
[1] PENGANTAR 1Ko 1:1-9
1Ko 1:1-3 | Salam |
1Ko 1:4-9 | Beberapa komentar yang mengejutkan |
[2] SKANDAL GEREJA YANG TERPECAH 1Ko 1:10-4:21
1Ko 1:10-31 | Manusia dipermuliakan: Kristus disalibkan |
1Ko 2:1-3:4 | Hikmat rohani |
1Ko 3:5-4:5 | Pikirkan tentang para pemimpin seperti ini |
1Ko 4:6-21 | Kesombongan luar biasa, kemiskinan dan kuasa |
[3] SKANDAL IMORALITAS 1Ko 5:1-6:20
1Ko 5:1-13 | Skandal seksual yang memalukan |
1Ko 6:1-8 | Skandal peradilan |
1Ko 6:9-20 | Kesucian bagi Bait Roh Kudus |
[4] PERTANYAAN-PERTANYAAN TENTANG PERKAWINAN 1Ko 7:1-40
1Ko 7:1-9 | Tentang hak dan kewajiban |
1Ko 7:10-24 | Tentang perceraian |
1Ko 7:25-38 | Bagaimana tentang orang-orang yang melajang? |
1Ko 7:39-40 | Ringkasan |
[5] DIBEBASKAN... TETAPI SEBERAPA BEBAS? 1Ko 8:1-11:1
1Ko 8:1-13 | Dibebaskan dari penyembahan berhala, tetapi... |
1Ko 9:1-27 | Bebas dari pengaruh masyarakat, tetapi... |
1Ko 10:1-13 | Bebas karena anugerah Allah, tetapi... |
1Ko 10:14-11:1 | Bebas untuk melayani manusia dan menyukakan Allah |
[6] KEKACAUAN DALAM IBADAH DI GEREJA 1Ko 11:2-14:40
1Ko 11:2-16 | Rambut panjang, topi dan kerudung |
1Ko 11:17-34 | Perjamuan Kudus: dalam gereja yang terpecah? |
1Ko 12:1-31 | Karunia-karunia Roh |
1Ko 13:1-13 | Karunia yang terbesar |
1Ko 14:1-40 | Bahasa lidah dan nubuatan |
[7] KEBANGKITAN 1Ko 15:1-58
1Ko 15:1-11 | Inilah kabar baik |
1Ko 15:12-19 | Jika Kristus tidak bangkit... |
1Ko 15:20-34 | Tetapi Ia telah bangkit dan kita pun akan dibangkitkan |
1Ko 15:35-50 | Apa arti kebangkitan |
1Ko 15:51-58 | Kemuliaan kebangkitan |
[8] KESIMPULAN 1Ko 16:1-24
1Ko 16:1-9 | Rencana-rencana Paulus |
1Ko 16:10-20 | Beberapa orang penting |
1Ko 16:21-24 | Salam pribadi |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi